“Kami menilai penting untuk mempertahankan kota suci Yerusalem atau al-Quds sebagai warisan bagi seluruh umat manusia, khusus umat dari tiga agama. Yerusalem adalah sebuah tempat pertemuan dan simbol ko-eksistensi perdamaian, dimana sikap saling menghormati dan dialog dapat dilestarikan,” tutur Raja Maroko dan Paus Fransiskus dalam pertanyaan bersama tersebut.
Vatikan turut mendukung solusi dua atas penyelesaian konflik Israel – Palestina. Paus Fransiskus dan Raja Mohammed VI setuju menentukan status kepemilikan Yerusalem adalah bagian dari proses perdamaian.
Palestina ingin Yerusalem Timur menjadi ibu kota negara itu sebagai sebuah negara yang merdeka. Namun Israel menginginkan keseluruhan wilayah Yerusalem, tidak terpecah-pecah dan menjadi ibu kota yang abadi.
Dalam lawatannya selama dua hari tersebut, Paus Fransiskus menyerukan kebebasan beragama dan upaya untuk mengatasi ‘fanatisme’ dalam beragama. Paus melakukan kunjungan ke Maroko untuk bertemu dengan para pemimpin Muslim dan para imigran di negeri dengan mayoritas adalah pemeluk Muslim.
Fransiskus menegaskan pentingnya untuk melawan fanatisme dalam agama dan melawan aksi kekerasan dengan mengatas-namakan Tuhan.
Sebelum Paus Fransiskus, Paus Yohanes Paulus II juga pernah melakukan kunjungan perdana pada tahun 1985 ke negara Maroko.
Paus memulai hari keduanya (31/3/2019) di Maroko dengan mengunjungi Pusat pedesaan untuk Layanan Sosial di kota Mers El-Kheir di Temara, di pinggiran Rabat. Ia dijadwalkan bertemu dengan sekitar 33 ribu umat Katolik yang tinggal di Maroko. Sebagian besar adalah mahasiswa dari Afrika yang kuliah di sejumlah universitas di Maroko dan sejumlah karyawan kontrak dari Asia.
Paus juga mengunjungi Katedral Rabat, menjumpai puluhan orang Kristen Katolik dan para imam yang berkarya di Maroko. Paus mengakhiri kunjungannya dengan misa bersama di Stadion Moulay Abdellah yang dihadiri ribuan orang.