
HIDUPKATOLIK.COM – Seberapa jauhkah pengenalan kita terhadap benda-benda rohani yang kita jumpai saat perayaan ekaristi berlangsung?
Saat ekaristi berlangsung, terkadang juga masih ada sebagian umat yang pada bagian tertentu tidak perlu disebutkan, tetapi sebaliknya pada bagian lain malah tidak diucapkan.
Komik nan ciamik yang dibuat oleh Tegar Andito ini semoga bisa membantu pengenalan/ pemahaman kita akan ber-ekaristi dan liturgi serta sarana yang digunakan, sebagaimana dilansir dari akun fb “Seputar Liturgi dan Perayaan Ekaristi Gereja Katolik”.
(A.Bilandoro)
1 dari 11

Ekaristi dan kesatuan umat beriman. Karena keagungan misteri ini, Santo Agustinus berseru: "O, Sakramen kasih sayang, tanda kesatuan, ikatan cinta" (ev. Jo 26,6,13) Bdk. SC 47. Dengan demikian orang merasa lebih sedih lagi karena perpecahan Gereja yang memutuskan keikutsertaan bersama pada meja Tuhan; dengan demikian lebih mendesaklah doa-doa kepada Tuhan, supaya saat kesatuan sempurna semua orang yang percaya kepada-Nya, pulih kembali. (Katekismus Gereja Katolik, 1398)

Lilin itu merupakan simbol terang, dan pada perayaan Ekaristi, lilin di altar dinyalakan, yang menjadi lambang kehadiran Kristus yang adalah Sang Terang dunia (Yoh 8:12). Cahaya Lilin melambangkan Pengorbanan dan Kasih, lilin yang membiarkan dirinya terbakar habis merupakan simbol Pengorbanan dan cahaya yang dihasilkan menerangi seluruh sisi kegelapan merupakan Kasih Tuhan Yesus yang menerangan seluruh umatnya. Lilin digunakan dalam Misa sebagai pertanda Kristus yang membawa terang kepada dunia dan terang iman itu sendiri. Dalam Misa, lilin digunakan baik sebagai cahaya di altar, cahaya di tabernakel, pada saat perarakan masuk dan keluar, pada saat pembacaan Injil oleh imam, serta pada saat pembagian komuni.

Sakramen Tobat harus dilaksanakan dengan penuh hormat dengan terlebih dahulu memeriksa batin kita. Jangan pernah menyiapkan Sakramen Tobat dengan asal-asalan, tanpa memeriksa batin. Kita harus mempunyai sikap penyesalan, mengakukan dosa dengan jujur, dan mempunyai niat yang tulus untuk memperbaiki diri – sehingga tidak jatuh dalam dosa yang sama lagi. Niatan yang tulus untuk memperbaiki diri bukan bergantung pada kekuatan sendiri, namun terutama bergantung pada rahmat Allah.