Renungan Kamis, 20 Juli 2017 : Agama Membebaskan

191
[77903.stablerack.com]

HIDUPKATOLIK.com - Pekan Biasa XV; Kel 3:13-20; Mzm 105; Mat 11:28-30

SEMANGAT undangan Allah pada Sir 24:19: “Hai kamu sekalian yang menginginkan Daku, datanglah kemari,” kembali ditunjukkan Yesus melalui sapaan, “marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat” (Mat 11:28). Sapaan itu sangat berlawanan dengan sikap dan semangat para ahli Taurat dan para pemimpin agama Yahudi.

Mzm 119, mazmur terpanjang, memadahkan, hidup menurut Taurat Tuhan itu sangat membahagiakan. “Betapa kucintai Taurat-Mu!…. Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (ay 97.105). Namun, di tangan para ahli Taurat, hukum Tuhan itu menjadi beban karena ada 613 perintah dan aturan yang diturunkannya. “Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya” (Mat 23:4).

Taurat Allah menjadi beban bagi jemaat karena mereka yang “menduduki kursi Musa” (lih Mat 23:2), telah memisahkan religi dari kehidupan. Agama bukan merupakan penghayatan, tapi telah menjadi obyek dan komoditi untuk mencari nafkah dan kemapanan hidup. Di sinilah Yesus berbeda. Religiusitas yang diwartakan-Nya memberi kelegaan karena “kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan”. Kehadiran-Nya itulah yang meringankan, karena dalam Dia, kita telah dibebaskan dari beban maut dan dosa (lih. Rom 7:6). “Kasih-Nya itu telah mengubah tugas (hidup keagamaan) menjadi sesuatu yang ringan,” ungkap St Teresa dari Avilla.

Henricus Witdarmono

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini