Korupsi telah menjadi Prestasi termasuk di Gereja! Apakah Anda Setuju?

111
Mgr Saku bersama sejumlah perwakilan akademisi, rohaniwan, biarawati, mengangkat buku Nota Pastoral KWI.
[Dok. Dokpen KWI]

HIDUPKATOLIK.com - Mgr Saku bersama sejumlah perwakilan akademisi, rohaniwan, biarawati, mengangkat buku Nota Pastoral KWI.

BILA korupsi di Indonesia dicatat sebagai prestasi, maka itulah prestasi terbesar Orde Reformasi. Para Uskup se-Indonesia sempat mengemukakan pertanyaan, apa yang perlu dibuat Gereja untuk menangkal praktik koruptif? Sebab, para Uskup sadar, di dalam Gereja juga masih penuh dengan segala macam persoalan. Pengakuan itu disampaikan Uskup Atambua Mgr Dominikus Saku, saat peluncuran Nota Pastoral Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), di Kantor KWI Cikini, Jakarta Pusat, Rabu, 31/5. Nota Pastoral ini berdasarkan Seruan Pastoral “Stop Korupsi: Membedah dan Mencegah Mentalitas serta Perilaku Koruptif”, yang dihasilkan dalam Sidang Tahunan Para Uskup November tahun lalu.

Sementara Muliawan Margadana mengatakan, sebagai pelaku usaha, korupsi bisa dicegah bila tiap perusahaan memiliki etika bisnis yang ketat. “Korupsi umumnya dilakukan dua pihak, yaitu perusahaan dan birokrat,” terang Ketua Bidang Pertambangan dan Mineral Asosiasi Pengusaha Indonesia.

Sementara pembicara lain, Yudas Sabaggalet meyakini, perencanaan keuangan daerah secara elektronik atau e budgeting dapat mengurangi kecenderungan untuk menyelewengkan anggaran daerah. Bupati Mentawai ini menambahkan, perizinan satu pintu juga menjadi strategi lain dalam mencegah korupsi. “Sebagai seorang pejabat Katolik sangat penting untuk tetap dekat dengan Gereja, jadi tidak saat Pilkada saja dekat dengan Gereja tapi setelah itu menjauh.”

Antonius E. Sugiyanto

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini