HIDUPKATOLIK.COM – Hari Raya Kelahiran St. Yohanes Pembaptis. Yes.49:1-6; Mzm.139:1-3, 13- 14ab, 14c-15; Kis.13:22-26; Luk.1:57-66, 80
KEBANYAKAN orang kudus dirayakan hari wafatnya. Bagi Yohanes Pembaptis keduanya, yaitu kelahiran dan wafatnya. Sesuatu yang istimewa. Kelahiran nabi perintis jalan Tuhan ini ditandai dengan keheranan, mulai sejak dikandung Elisabeth dalam rahimnya, penyucian, dan pemberian nama yang menjadi pemulihan Zakharia ayahnya dapat bicara lagi. Elisabeth dan Zakharia dikaruniai anak di usia tua, bahkan Elisabeth dikatakan mandul. Maka peristiwa kelahiran itu sungguh sukacita.
Sesuai tradisi, pada hari kedelapan disunatkan dan hendak memberi nama Zakharia, tetapi Elisabeth berkata: “Jangan, ia harus dinamai Yohanes” (Luk. 1:66). Seketika itu juga, Zakharia dapat berbicara kembali, yang selama Yohanes dalam kandungan sempat membisu. Keheranan sehingga orang berkata: “Menjadi apakah anak ini nanti? Sebab tangan Tuhan menyertai dia” (Luk. 1:66).
Yohanes adalah Nabi yang mempersiapkan umat akan kedatangan Mesias. Dia menyerukan pertobatan sebagai persiapan batin menyambut Sang Juru Selamat. Yohanes sebagai nabi besar itu diakukan Yesus sendiri: “Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah ada seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis” (Mat. 11:11). Yohanes berkomitmen dalam perutusannya. Hati dan pikirannya tertuju pada Mesias. Dia tidak mau mengambil kesempatan untuk kepentingan dirinya tetapi melulu tertuju kepada Kristus. “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3:30).
Pastor Octavianus Situngkir, OFMCap Komisi Kateketik Keuskupan Agung Medan (KAM)