Menggapai Mimpi, Merangkul Difabel

198
Jessica Wirawan (kanan) saat memotong pita peresmian (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

HIDUPKATOLIK.COM – Billy Evert, seorang penyandang tunanetra, nampak tenang duduk di  kursi barbershop berwarna hitam setelah menunggu nomor antrian selama beberapa saat. Tak lama kemudian, seorang barber datang menghampiri dan mengenakan kain kip kepadanya. 

“Rambut saya dirapikan saja ya,” ujarnya kepada barber yang mengenakan kaos berwarna abu-abu. 

Billy Evert saat rambutnya digunting seorang barber (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

Hari itu, Jumat (21/6/2024), ia bersama belasan difabel yang berada di bawah naungan Komunitas Living Word – yang diprakarsai oleh Rosita Djuwana, Ketua Seksi Kerasulan Kitab Suci Paroki Kelapa Gading dan beberapa awam Katolik lainnya – turut menyaksikan peresmian Groom Guru Barbershop yang berlokasi di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Doa singkat yang dipimpin oleh seorang imam Keuskupan Ruteng yang tengah menempuh studi S2 di Jakarta, Pastor Pankrasius Nudan, Pr mengawali rangkaian kegiatan. Doa Rosario menyusul kemudian.

“Groom Guru Barbershop buka pertama di Kelapa Gading. Dalam waktu dekat kami akan membuka cabang di Grogol. Di sana kami juga akan membuka Groom Guru Academy dalam waktu empat-lima bulan ke depan. Akademi ini membutuhkan gedung seperti sekolah. Rencana ada dua kelas,” ujar Jessica Wirawan, pemilik Groom Guru Barbershop.

Menurutnya, pendirian akademi bertujuan untuk mengedukasi orang-orang kurang mampu secara finansial serta difabel agar mereka memiliki ketrampilan mencukur rambut dan massage. Harapannya, mereka memperoleh peluang kerja lebih besar.

“Kami mau membuka lapangan kerja yang lebih besar untuk mereka yang tersingkirkan dan orang-orang tidak mampu. Sekarang mencari kerja untuk orang biasa saja susah. Jadi mereka harus punya skills,” imbuhnya.

Dengan motto “Crafting Confidence” (merangkai kepercayaan diri), Groom Guru memiliki makna tersendiri. Groom artinya merapikan, merawat, dan memelihara diri, sementara Guru mengandung makna seperti spiritual leader.

Para difabel dari Komunitas Living Word tengah berdoa Rosario (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

“Dalam arti kami akan membuat akademi dan service untuk masyarakat, khususnya mereka yang kurang skills khusus dan penyandang disabilitas. Harapannya, kami dapat mengedukasi banyak orang,” ungkap Jessica.

Antonius Aries, seorang penyandang low vision, mengapresiasi rencana pendirian akademi tersebut.

“Menurut saya, ini langkah yang bagus. Selain usaha, ini merupakan pendidikan dalam arti mendorong masyarakat untuk bekerja dengan ketrampilan yang mereka miliki,” ujarnya.

Katharina Reny Lestari

  

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini