Seni Jatilan Menyemarakkan Penutupan Bulan Maria di Pajar Mataram, Lampung Tengah

425
Berduyun-duyun umat mengikuti Perayaan Ekaristi Penutupan Bulan Maria di Pajar Mataram. (Foto; HIDUP/Sr. M. Fransiska, FSGM)

HIDUPKATOLIK.COM – Uskup Tanjungkarang Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo atau akrab disapa Mgr. Avien, memukul gong tiga kali tanda berakhirnya bulan Maria, Pajar Mataram, Lampung Tengah, 31/5/2024.

Uskup Tanjungkarang Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo  memukul gong 3 kali tanda berakhirnya Bulan Maria didampingi oleh Pastor Paroki Pajar Mataram, Pastor Widianto dan Kepala Kampung Suprianto. (Foto: HIDUP/Sr. M.Fransiska, FSGM)

Sebelum pemukulan gong ditampilkan paguyuban Seni Jatilan yang dimainkan oleh Gagak Rimang. Penampilan ini selain dalam rangka menutup bulan Maria juga untuk menyelenggarakan salah satu poin dari arah dasar Keuskupan Tanjungkarang ke VII yakni: “Tahun Pendidikan Cinta Budaya Dan Kaderisasi Politik Cinta Tanah Air.”

Cinta Budaya

“Tampilan seni Jatilan ini sebagai tanda bahwa kita mencintai budaya. Selain itu, melatih dan mendidik anak-anak kita untuk mencintai budaya. Karena kita berada di bumi Lampung, maka sedapat mungkin kita mempelajari seni budaya Lampung. Dan itu akan kita tampilkan juga di acara penutupan tahun Ardas ke VII nanti,” kata Mgr. Avien.

Uskup mengatakan, bahwa Gereja Katolik Indonesia baru saja memperingati Seratus Tahun KWI. Dalam rangka 100 Tahun KWI, para uskup memilih tema,  “Membangun Gereja dan Bangsa.” Tema tersebut menegaskan kembali visi Gereja yakni: memajukan kesejahteraan umum di mana pun kita berada.

“Pemukulan gong ini memang mengkhiri bulan Maria. Tetapi, kita akan menutup Ardas VII Keuskupan Tanjungkarang ini hingga bulan November 2024,” tandas Uskup.

Tampilan Seni Jatilan Paguyuban Gagak Rimang. (Foto: HIDUP/Sr. M. Fransiska, SFGM)

Tampilan Seni Jatilan ini terus dimainkan hingga sore hari di lapangan bola. Semakin sore semakin seru. Semakin banyaklah yang orang-orang yang datang untuk menyaksikan seni tradisional yang satu ini. Sebagian besar masyarakat di Pajar Mataram ini, termasuk umat Katoliknya adalah pemain jaranan atau jatilan. Hadir di acara sore itu Kepala Kampung Pajar Mataram Suprianto beserta aparat-aparatnya dan juga Perwakilan dari Koramil Seputih Mataram.

Seribu Lilin

Sebelum acara tampilan Jaranan di lapangan bola, diadakan Perayaan Ekaristi di Gua Maria Pajar Mataram yang dipimpin oleh Mgr. Avien didampingi para pastor.

Hari itu Gereja merayakan Pesta Perawan Maria Mengunjungi Elisabet. Dalam homilinya, Uskup mengatakan, “Maria sadar bahwa ia dipakai oleh Tuhan. Itu dikatakannya lewat Magnificat, bahwa Allah adalah  juruselamatku,” ungkapnya.

Ia juga mengatakan bahwa Maria adalah perawan yang mengandung dari Roh Kudus. “Bagi manusia ini mustahil. Tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil.”

Uskup Tanjungkarang Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojopara (memegang tongkat), para pastor dan umat berdoa rosario di di depan Gua Maria Pajar Mataram. (Foto: HIDUP/Sr. Fransiska, FSGM)

Usai Perayaan Ekaristi diadakan pesta seribu lilin. Di depan Gua Maria sambil memegang lilin bernyala, Uskup, para romo, dan umat menyanyikan lagu baru, Salam Maria ciptaan Mgr. Avien. Acara dilanjutkan dengan doa rosario. Saat peristiwa ke tiga dalam rosario itu, perlahan semua beranjak menuju lapangan bola sambil terus berdoa rosario hingga selesai. Perayaan Ekaristi ini dihadiri sekitar 3.000 orang.

Sr. M. Fransiska, FSGM (Lampung)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini