HIDUPKATOLIK.COM – KABAR gembira tentang rencana kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia terjawab. Berita tentang perjalanan apostolik Paus sempat simpang-siur. Namun, Duta Besar Indonesia untuk Takhta Suci, Michael Trias Kuncahyono menyampaikan ke majalah ini, juga keterangan KWI sebelumnya, Paus akan berada di Indonesia pada tanggal 3-6 September 2024. Diagendakan, dalam perjalanan apostoliknya kali ini, selain ke Indonesia, Paus akan melawat ke negara di Asia-Pasifik lain, yaitu Singapura, Papua Nugini, dan Timor Leste. Untuk Indonesia, inilah kunjungan ketiga Paus. Pada tanggal 3 Desember Paus Pius VI datang ke Jakarta; tanggal 8-12 Oktober 1989, Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Jakarta, Medan, Yogyakarta, Ende, dan Dilli (saat itu masih provinsi ke-27 RI).
Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Vatikan telah terjalin baik sejak tahun 1947 tatkala Vatikan mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia. Vatikan adalah negara Eropa pertama yang mendeklarasikan dukungan pada Indonesia sebagai negara berdaulat. Presiden RI pertama, Soekarno pun mengadakan kunjungan ke Vatikan pada masa pemerintahannya. Bahkan, hubungan Indonesia dan Vatikan terjalin sejak zaman revolusi ketika Paus Pius XII memberikan dukungan dan doa untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia atas diplomasi Mgr. A. Soegijapranata, SJ.
Kunjungan Pastoral Paus Fransiskus ini sendiri sebenarnya telah diagendakan tahun 2020. Namun karena pademi, rencana itu ditunda. Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia dapat dimaknai dari pelbagai sudut. Sebagai pemimpin umat Katolik tertinggi di dunia, kedatangannya akan memberi dukungan rohani bagi umat Katolik di Indonesia yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Jumlah umat Katolik hanyalah kawanan kecil dari sekitar 280 juta penduduk Indonesia.
Mengingat Paus adalah Kepala Negara Vatikan, maka kedatangan ini akan semakin meningkatkan, tepatnya mengeratkan hubungan bilateral kedua negara dalam arti yang sangat luas. Kita tahu, sejak masa pontifikatnya, Paus Fransiskus berjuang untuk menciptakan perdamaian dunia, kepedulian pada penghargaan martabat manusia (di dalamna korban perang dan pengungsi), perdamaian, dan kelestarian lingkungan hidup (ekologi). Ensiklik-ensiklik yang diterbitkan pada masa kepausannya, seperti, antara lain, Laudato Si’, Fratelli Tutti mengindikasikan misi tersebut. Begitu juga dengan pembangunan dialog dan persaudaraan sejati dengan semua (pemimpin) agama di dunia. Hal itu, misalnya tercermin dalam Deklarasi Abu Dhabi. Maka, kedatangan ke Indonesia diharapkan akan menguatkan gerakan dialog antarumat beragama yang selama ini telah terjadi di Indonesia dan mengajak semua kalangan untuk bergandengan tangan, bahu-membahu membangun persaudaraan sejati tanpa memandang suku, ras, agama, dan golongan.
Bagaimana kita menyambut rencana kedatangan Paus ini? Selain mengucap syukur atas berkat Allah ini, kita berharap, perjalanan sang gembala menemui domba-dombanya ini ini akan membawa dampak yang besar bagi keberlangsungan seluruh upaya Gereja Katolik hadir di Indonesia membangun keharmonisan, kerukunan, perdamaian dan keadilan terhadap kaum miskin dan tersingkir. Kita berdoa, agar rencana kedatangan Paus ini akan berjalan dengan baik dan Paus dianugerahi kekuatan dan kesehatan.
Majalah HIDUP, Edisi No. 16, Tahun Ke-78, Minggu, 21 April 2024