Kongres APTIK Ke-41: Bagaimana Menghadapi Tantangan Besar Zaman Ini

184
Pemotongan tumpeng 40 Tahun APTIK oleh Ketua APTIK, B.S. Kusbiantoro disaksikan oleh Kardinal Ignatius Suharyo (paling kanan); Ketua KWI, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC (ketiga dari kiri); Wakil Ketua APTIK, Pastor Yulius Yasinto, SVD (laing kiri) dan Sekretaris APTIK, Kasdin Sihotang (kedua dari kiri).

HIDUPKATOLIK.COM – ASOSIASI Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) baru-baru ini menggelar Kongres ke-41 di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta Selatan. Menurut AD/ART APTIK, Kongres merupakan wadah tertinggi dan berwenang penuh dalam segala hal yang menyangkut perkumpulan. Sifatnya formal dan terbatas untuk anggota dan calon anggota.

Kongres kali ini dilaksanakan secara berbeda. “Di acara formal ini, ada sesuatu istimewa. APTIK akan merayakan 40 tahun. Karena itu, acaranya perlu dikemas secara berbeda dengan kegiatan serupa di tahun sebelumnya,” ujar Ketua APTIK, B.S. Kusbiantoro, dalam rapat pengurus lengkap beberapa waktu lalu.

Terkait hal ini, pengurus APTIK dan panitia Kongres dari Yayasan Atma Jaya Jakarta merangkai acara demi acara secara variatif dan atraktif, tanpa melupakan unsur formalnya. Kegiatan terdiri atas tiga bagian, yakni Kongres, Perayaan 40 Tahun APTIK, dan Pertemuan Anggota APTIK dengan Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

Kongres berlangsung pada tanggal 21-22 Maret 2024. Perayaan Ekaristi, yang dipersembahkan oleh Pastor Yustinus Budi Hermanto – Ketua Yayasan Widya Mandala Surabaya, mengawali acara formal ini. Selanjutnya adalah sambutan Ketua Yayasan Atma Jaya, Linus M. Setiadi, dan Ketua APTIK.

Linus mengajak peserta Kongres untuk bersama-sama menghadapi tantangan besar sebagai dampak perkembangan dunia dewasa ini. Ia juga menekankan pentingnya APTIK untuk mempertahankan nilai-nilai pendirinya. “Dengan saling bekerja sama, kerelaan saling berbagi dan saling membantu antara anggotanya, APTIK akan mampu berjalan bersama menghadapi berbagai tantangan yang berat. Kekuatan APTIK ada pada sikap saling berbela rasa itu,” ujarnya.

Sementara Kusbiantoro menyoroti dua hal, yakni kesehatan mental generasi muda dan stunting. Menurutnya, mental health generasi muda, termasuk mahasiswa, mengalami gangguan dewasa ini. Oleh karena itu, guru besar emeritus Universitas Parahyangan ini mengajak peserta memikirkan cara dan memberikan solusi guna mengatasi situasi seperti ini demi masa depan bangsa dan menyongsong Indonesia Emas 2045.

“Kita bertanggung jawab terhadap masa depan generasi muda yang dipercayakan pada APTIK di perguruan tinggi kita. Karena itu kita perlu melakukan sesuatu seperti mengintensifkan pendampingan bagi mahasiswa,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan tentang peran APTIK dalam mengatasi stunting. “Tema stunting sudah kita perbincangkan pada Hari Studi APTIK di Makassar pada 19-21 Oktober 2023. Topik itu masih sangat relevan menjadi pembahasan APTIK. APTIK perlu mengambil bagian dalam memecahkan persoalan ini demi terciptanya manusia Indonesia yang bermutu,” tegasnya.

Proses Sidang

Selanjutnya empat pendiri APTIK – Linus dan Pastor Hermanto serta Ketua Yayasan Parahyangan Bandung, Pastor Basilius Hendra Kimawan, OSC dan Ketua Yayasan Sanata Dharma Yogyakarta, Pastor Albertus Budi Susanto, SJ – menabuh gendang serta memukul gong dan tiga anak gamelan dengan nada yang berbeda, tanda sidang resmi dimulai.

Namun sebelum sidang dimulai, Sekretaris APTIK, Kasdin Sihotang, membacakan tata tertib Kongres, melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen formal peserta seperti surat mandat dan surat tugas, dan menghitung jumlah peserta pemegang hak suara yang hadir untuk menentukan sah atau tidaknya pengambilan keputusan. Juga dibacakan rangkaian acara kongres dan pengesahan dari peserta sidang.

Setelah pengesahan, Kasdin menyampaikan laporan pertanggungjawaban kegiatan pengurus dan laporan keuangan tahun 2023. “Secara umum keputusan Kongres tahun 2023 terlaksana dengan baik. Partisipasi besar dari anggota APTIK dalam berbagai kegiatan yang merupakan keputusan kongres cukup besar. Ini pertanda bahwa perhatian para anggota APTIK sangat intensif dan ingin maju. Sepanjang tahun 2023, sosialisasi dokumen identitas dan misi perguruan tinggi Katolik di Indonesia sebagai salah satu keputusan Kongres 2023 dilaksanakan oleh semua anggota APTIK. Ini juga pertanda bahwa anggota APTIK ingin tetap berjalan pada arah yang benar sebagai perpanjangan tangan Gereja,” ujarnya.

Sidang Organisasi berlangsung pada Jumat, 22 Maret 2024, pagi dengan dipimpin oleh  Wakil Ketua APTIK, Pastor Yulius Yasinto, SVD. APTIK menerima empat yayasan yang terdiri atas satu anggota biasa – Yayasan Panti Rapih Yogyakarta yang mengelola STIKES Panti Rapih – dan tiga anggota kerabat – Yayasan STIKES Santa Elisabeth Semarang yang mengelola STIKES Santa Elisabeth Semarang, Yayasan Pendidikan Santo Paulus (YASPAR) Ruteng yang mengelola Universitas Katolik Indonesia Santo Paulus Ruteng, dan Yayasan Persekolahan Santo Paulus Ende (YASSPA) yang mengelola Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero, Ende.

Dalam sidang ketiga, Direktur Program APTIK, Augustinus Widyaputranto, dan Bendahara APTIK, Julianti Syarief, memaparkan program kerja dan rencana anggaran kegiatan APTIK tahun 2024 dan meminta persetujuan kongres atas kedua hal ini.

Dalam sidang selanjutnya, Kasdin membacakan 20 butir keputusan Kongres Ke-41. Keputusan ini akan menjadi pijakan APTIK dalam menjalankan kegiatan tahun 2024.

Pesan KWI

            Bagian kedua adalah Perayaan Ulang Tahun APTIK Ke-40, yang diawali dengan Perayaan Ekaristi di Kapel St. Albertus Magnus. Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo – yang juga berkarya sebagai pembina Yayasan Atma Jaya – memimpin Perayaan Ekaristi dengan didampingi oleh Ketua KWI, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC; Pastor Yulius; dan Kepala Campus Ministry Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Pastor Stefanus Harry Yudanto.

Dalam khotbahnya, Mgr. Antonius mendorong APTIK agar senantiasa mendekatkan diri dengan terang supaya dapat berjalan menuju arah yang benar sekaligus menjadi pembawa terang bagi generasi muda. “Tiga orang majus dari Timur selalu dekat dengan terang. Seperti tiga raja, APTIK harus dekat dengan sumber terang itu. Semakin APTIK dekat dengan terang itu, semakin cahaya bintang itu bersinar. Semakin jauh dari terang itu, kehidupannya semakin gelap. Terang itu adalah Tuhan. Karena itu dalam pengelolaan APTIK, kedekatan dengan Tuhan sangat penting,” ujarnya.

Ia juga mengajak APTIK untuk menjadi terang dalam menghadapi situasi politik dewasa ini, walaupun berat. “Stunting yang paling berat dewasa ini adalah stunting moral, stunting etika dalam kehidupan bersama. Karena itulah APTIK harus hadir mengatasi stunting moral itu,” imbuhnya.

Seusai Perayaan Ekaristi, acara berlanjut dengan peluncuran buku “Mencari Arah Bintang seperti Tiga Orang Majus dari Timur: Refleksi 40 Tahun Perjalanan APTIK,” pemotongan tumpeng, pengumuman lomba pemenang Metode Pengajaran Berbasis Pemikiran Driyarkara dan Andragogi, lomba video tentang APTIK, dan hiburan.

Saat peluncuran buku, Pastor Paulus Wiryono Priyotamtama, SJ – salah satu penulis, membeberkan secara singkat tentang isi buku. Kemudian Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Gregorius Sri Nurhartanto menyampaikan tanggapan. Selain para mantan pengurus APTIK, sejumlah mahasiswa dari empat perguruan tinggi APTIK – STIK Sint Carolus, Unika Atma Jaya Jakarta, Universitas Parahyangan, dan Universitas Santo Boromoeus Bandung – turut hadir.

Pada Sabtu, 23 Maret 2024, pertemuan Ketua KWI dengan peserta sebagai bagian ketiga dari rangkaian Kongres. Kembali Mgr. Antonius mengingatkan tentang peran tiga orang majus dari Timur, seraya menegaskan pentingnya APTIK untuk berjalan bersama Gereja. ”Gereja sedang menghidupkan kegiatan bersinodal, berjalan bersama. Gerakan ini perlu diteruskan oleh APTIK dalam pengelolaannya,” ujarnya.

Ia mendorong APTIK agar menjadikan pendidikan sebagai tempat divinisasi, yakni tempat menghidupkan iman bagi generasi muda bangsa, selain hominisasi dan humanisasi, meminjam inti pendidikan Driyarkara.

Terakhir adalah pertemuan antaran yayasan anggota APTIK dan pertemuan jaringan, gugus tugas, dan pimpinan perguruan tinggi.

Kasdin Sihotang (Sekretaris APTIK/Dosen Unika Indonesia Atma Jaya)

Majalah HIDUP, Edisi No. 15, Tahun Ke-78, Minggu, 14 April 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini