Paskah: Pembaruan Jati Diri

114
Umat mengikuti Misa Paskah Pontifikan di halaman samping Katedral Jakarta

PADA lilin Paskah tertulis angka tahun saat Paskah dirayakan. Setiap tahun ganti lulun ini selalu baru. Maksud dari lilin yang baru ini adalah sebuah ajakan bagi setiap umat agar merayakan Paskah tidak saja sebagai kenangan akan apa yang dulu pernah terjadi melainkan bertanya tentang makna Paskah pada saat ini. Hal ini disampaikan Mgr Ignatius Suharyo saat memimpin Misa Paskah Pontifikal di Katedral St Perawan Maria Diangkat Ke Surga, Jakarta, 16/4.

Pesan paskah yang utama, lanjut Mgr Suharyo, adalah transformasi, perubahan dan pembaruan. Transformasi yang paling jelas dapat diamati dalam diri maria Magdalena. Semula ia adalah pendosa akhirnya ia menjadi murid teladan. “Ketika murid-murid yang lain lari tercerai berai, Maria Magdalena mengikuti Yesus sampai di bawah salib.”

Awalnya Maria Magdalena mengatakan, bahwa Tuhan telah diambil orang. Dengan pernyataan ini, terang Mgr Suharyo, Tuhan seolah-olah orang lain. Di akhir cerita Maria Magdalena tidak lagi menyebut Yesus sebagai “Tuhan” namun dengan “Tuhanku”. Dengan sebutan ini, Yesus bukanlah yang lain lagi, Dia adalah “Tuhanku”. “Dengan kata lain jati diri Maria Magdalena terbarukan oleh pengalaman kebangkitan.”

Antonius E. Sugiyanto

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini