Kardinal Suharyo: Konferensi Katolik Tuli Asia Ketiga Semakin Menguatkan Misi Penginjilan

419
Peserta dari Korea Selatan berfoto bersama Kardinal Ignatius Suharyo dan konselebran seusai Perayaan Ekaristi pembukaan ADCC Ke-3. (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

HIDUPKATOLIK.COM – Tahun ini Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Katolik Tuli Asia (ADCC, Asia Deaf Catholic Conference) Ke-3. Berlangsung selama enam hari di Pusat Pastoral Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Samadi, Klender, Jakarta Timur, program ini dibuka secara resmi pada Jumat (07/09/2023) sore dengan Perayaan Ekaristi yang dirayakan secara konselebrasi di Paroki Katedral.

Selebran utama pada Perayaan Ekaristi konselebrasi yang dimulai pukul 15:00 WIB tersebut adalah Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo. Ia didampingi oleh lima konselebran, termasuk Vikep Kategorial KAJ, Romo Yosephus Edi Mulyono, SJ.

“Tujuan menyelenggarakan, saya tidak mengatakan kebetulan, pembukaan konferemsi ini tepat pada waktu Gereja merayakam Pesta Kelahiran Santa Maria. Semoga pertemuan ini juga melahirkan Maria-Maria kecil – kalau putri – atau Marius-Marius kecil – kalau laki-laki – pada zaman sekarang ini,” ujar Kardinal Suharyo dalam homili. 

Merujuk pada tema ADCC Ke-3, “Mission and Collaboration,” Kardinal Suharyo mengatakan tema tersebut menggambarkan harapan KAJ bahwa konferensi ini akan menguatkan para Tuli untuk menjalankan misi penginjilan dalam kolaborasi dengan semua umat beriman.

“Bagi umat Allah di Keuskupan Agung Jakarta, saya berharap konferensi ini dapat meningkatkan kesadaran kita semua akan kehadiran dan kontribusi kaum Tuli dalam kehidupan sehari-hari. Mereka memiliki karunia-karunia yang berbeda yang tentunya memperkaya masyarakat dan Gereja dengan berbagai cara,” katanya, seperti tertulis dalam buku pegangan ADCC Ke-3.

Kardinal Ignatius Suharyo (nomor tiga dari kanan) dan Romo Min Seo Park (nomor dua dari kanan) tengah berbincang dengan konselebran seusai Perayaan Ekaristi. (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

“Melalui berbagai cara, kita berusaha untuk membangun sebuah Gereja yang inklusif bagi semua, menghargai martabat manusia, bertumbuh dalam solidaritas, dan bertujuan untuk mewujudkan kebaikan bersama bagi semua.”      

Lebih dari 150 orang Katolik tunarungu dari sekitar 13 negara di Asia, seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, Kamboja, Sri Lanka, Korea Selatan, India, Jepang, dan Thailand menghadiri konferensi tersebut. Mereka didampingi beberapa imam dan interpreter bahasa isyarat.

ADCC Ke-3 yang diorganisasi oleh Paguyuban Tuli Katolik (Patuka) KAJ meliputi berbagai kegiatan, antara lain Adorasi Sakramen Mahakudus, wisata rohani, sesi konferensi, dan pertunjukan budaya. Program ditutup secara resmi pada Selasa (12/09/2023) dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Min Seo Park, imam penyandang tunarungu pertama di Asia yang berasal dari Korea Selatan dan juga penasihat ADCC.

Asosiasi Tingkat Asia

Menurut Romo Min Seo, ADCC Ke-3 seharusnya digelar pada tahun 2021 tetapi harus ditunda karena pandemi Covid-19. Meski demikian, penyandang tunarungu Katolik di Asia tidak kehilangan harapan karena mereka memiliki pengharapan dalam Kristus.

“Anda tidak hanya memiliki ide dan memutuskan untuk berpartisipasi dalam konferensi ini sendiri. Namun Tuhan ingin Anda bertemu dengan Saudara-Saudari Anda di dalam Kristus dan berbagi pengalaman Anda dengan mereja, sehingga Dia mengutus Anda ke konferensi ini. Tuhan memanggil Anda untuk menjadi rasul-rasul yang memberitakan Injil kepada orang-orang Tuli dalam bahasa isyarat. Anda diberkati dan istimewa,” ujarnya.

Peserta ADCC Ke-3 tengah mengikuti lomba di komplek Katedral Jakarta. (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

Sementara Fransiskus Xaverius Dwi Susanto dari Patuka KAJ mengatakan kepada HIDUPKATOLIK.COM bahwa konferensi tersebut menghasilkan sebuah asosiasi penyandang tunarungu beragama Katolik tingkat Asia.

“Semoga nanti bisa sampai pada tahap internasional. Setidaknya mereka menjadi bagian yang bisa kita pertimbangkan untuk menjadikan Gereja yang inklusif, ramah disabilitas, khususnya bagi umat tuli. Indonesia, khususnya Jakarta, sudah on the right track,” ujarnya.

Martabat Manusia

Ketika ditemui HIDUPKATOLIK.COM, Romo Edi mengatakan ADCC Ke-3 merupakan salah satu wujud dari penghormatan martabat manusia. Selama Tahun Penghormatan Martabat Manusia, KAJ semakin meningkatkan aksesibilitas umat Tuli untuk mengikuti Perayaan Ekaristi dan devosi. Selain itu, ada pula pelatihan bagi interpreter bahasa isyarat.

Ia pun berharap konferensi tersebut mendorong peserta untuk semakin menjalankan misi Gereja, mewartakan Kabar Gembira, dan bekerja sama dengan komunitas lain dari berbagai negara.

Peserta ADCC Ke-3 saat mengikuti Perayaan Ekaristi di Katedral Jakarta. (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

“Satu catatan, bagi banyak orang Tuli ini, mereka itu kelompok kategori khusus. Jadi jangan dibayangkan sama dengan orang disabilitas lainnya. Mereka itu seperti indigenous people yang punya bahasa khusus. Kalau mereka tidak dilibatkan, diberi kesempatan, mereka bisa hilang atau kurang berkembang. Maka pertemuan-pertemuan itu, interaksi di antara mereka sendiri menjadi penting untuk mengembangkan diri mereka termasuk bahasa mereka,” ungkapnya.

Senada, Romo Peter Bhuravaj Searaariyah dari Thailand mengatakan ADCC Ke-3 semakin mendekatkan hubungan penyandang tunarungu beragama Katolik di Asia.

“Kami punya rencana untuk masa depan, kami akan bekerja sama dalam sebuah misi dan menjalin kolaborasi. Ini adalah konferensi terbaik bagi para penyandang tunarungu beragama Katolik, karena semua berbagi pengalaman dan percaya akan satu Allah,” katanya, seraya menambahkan bahwa rombongan dari negaranya terdiri atas empat penyandang tunarungu dan seorang volunter.

Ia juga berjanji untuk menyampaikan hasil konferensi kepada para uskup dan imam serta umat awam di negaranya, terutama bagaimana mereka seharusnya menaruh perhatian kepada penyandang tunarungu dan membantu mereka serta mewartakan Kabar Gembira kepada mereka.

Singopranoto, seorang peserta dari Surabaya, mengaku senang mengikuti konferensi tersebut.

“Perasaan senang dapat bertemu dengan teman-teman dari negara lain. Juga menambah ilmu, saling cerita pengalaman. Pertemuan yang menyenangkan. Harapan saya, teman-teman Tuli Katolik semakin berkembang. Tetap semangat!” ujarnya.

Sejarah ADCC  

ADCC bertujuan untuk mengumpulkan para penyandang tunarungu beragama Katolik di Asia guna memberdayakan dan menguatkan iman mereka. ADCC merupakan kelanjutan dari Konferensi Asia Tenggara yang diprakarsai oleh almarhum Romo Henry Andrew Stocks. Setelah ia meninggal dunia pada tahun 2013, tidak ada rencana untuk mengadakan konferensi.

Dalam kunjungan kepada para penyandang tunarungu beragama Katolik di Bangkok, Thailand, Romo Min Seo menyampaikan ide untuk melanjutkan konferensi Tuli Katolik dan memperluas wilayah di luar Asia Tenggara untuk mengikutsertakan para penyandang tunarungu beragama Katolik di Asia.

Seorang interpreter bahasa isyarat saat Perayaan Ekaristi pembukaan ADCC Ke-3 di Katedral Jakarta. (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

ADCC Ke-1 diselenggarakan pada tanggal 13-19 November 2015 di Baan Phu Waan (Pusat Pelatihan Pastoral Keuskupan Agung Bangkok), Thailand. Bertema “Efata, Jadilah Terbuka,” konferensi ini dihadiri oleh sekitar 150 orang dari lebih dari 15 negara.

ADCC Ke-2 digelar pada tanggal 27 November sampai 1 Desember 2018 di Kota Tagaytay, Filipina. Sekitar 100 orang dari 10 negara menghadiri konferensi bertema “Inklusi dan Persekutuan” ini. 

Katharina Reny Lestari  

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini