Uskup Sanggau, Mgr. Valentinus Saeng, CP: Kemuliaan Yesus dan Anak-anak Allah

234
Mgr. Valentinus Saeng, CP bersama umat. (Foto: Samuel)

HIDUPKATOLIK.COM Renungan Minggu, 6 Agustus 2023, Pesta Yesus Menampakkan Kemulian-Nya. Dan.7:9-10, 13-14; Mzm.97:1-2,5-6,9;2Ptr.1:16-19; Mat.17:1-9.

PESTA Yesus menampakan kemuliaan-Nya merupakan sebuah penegasan tentang identitas asli Yesus serta misi yang diemban-Nya sekaligus sebagai antisipasi dari kemuliaan surgawi yang akan dihidupi oleh Yesus, Sang Putra Terkasih Bapa (Mat. 17:5) dan jati diri serta jalan hidup para pengikut-Nya. Yesus adalah Putra Manusia (Dan. 7:13), yang kepada-Nya diserahkan kekuasaan, kemuliaan, dan kerajaan (Dan. 7:14). Karena Bapa telah menyerahkan kepada Yesus kekuasaan ilahi, maka Yesus adalah Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai (Yes. 9:5) yang telah dijanjikan kepada bangsa Israel.

Berkat Yesus, mereka yang menjadi murid-murid-Nya akan diangkat ke tingkat ilahi dengan menjadi saudara dan saudari-Nya dari Bapa yang satu dan sama (Luk. 8:21). Karena itu, perayaan ini merupakan suatu penegasan yang paripurna tentang identitas Yesus sebagai Pribadi Allah, Putra Terkasih Bapa, Sang Raja abadi yang berkuasa atas surga dan bumi (Dan. 7:14) serta suatu jaminan tentang dimensi kalvari-paskali serta eskatologis seluruh hidup umat kristiani, sebagai saudara dan saudari Yesus.

 Siapakah Yesus?

Apa arti Yesus sebagai Putra Terkasih Bapa? Siapakah Yesus yang sebenarnya? Gelar Putera Allah dalam tradisi Yudaisme diberikan kepada para malaikat, bangsa terpilih, anak-anak Israel dan kepada para raja dalam artian sebagai anak angkat (KGK, 441). Namun, ketika dikenakan pada Yesus, gelar tersebut mendapatkan arti yang hakiki, sejati dan sebenarnya. Sebab, Yesus adalah pribadi Allah sendiri: Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar, sebagaimana kita akui dalam pengakuan iman atau Aku Percaya.

Sesuai dengan arti nama yang diberikan oleh malaikat Gabriel kepada Maria, Yesus adalah pribadi Allah yang turun dari Surga dan masuk ke dalam dunia (Yoh. 10:36) untuk membebaskan dan menyelamatkan manusia dari segala dosa (Mat. 1:21; 1Yoh. 3:5). Karena bermaksud menghapus surat hutang (Kol. 2:14) manusia, maka Allah Bapa melalui sabda-Nya memutuskan untuk memasuki ruang dan waktu, ambil bagian dalam sejarah kehidupan ciptaan-Nya sendiri, dengan mengambil rupa sebagai seorang manusia.

Secara hakiki kelahiran dan keputraan Yesus memiliki dua makna yang hakiki. Pertama dan utama kelahiran dan keputraan Yesus merujuk pada Sabda yang keluar dari Bapa dan menjadi sebuah Wujud yang otonom, suatu Entitas, Substansi, Persona yang terpisah dari Bapa. Istilah kelahiran dan keputraan itu dapat digambarkan dengan sebuah ide seorang penulis yang diwujudkan dalam sebuah karya. Dalam hal ini, aneka macam buah tangan demikian sering disebut dengan “karya yang lahir” dari tangan seorang penulis, sehingga wajar bila buah karya itu dianggap sebagai “anak” atau “putra” dari penulis bersangkutan. Kedua, ketika Sang Sabda itu diutus oleh Bapa ke dalam dunia, bersemayam dalam rahim perawan Maria dan kemudian dilahirkan dalam rupa manusia. Karena itu, di dalam pribadi Yesus terdapat dua kodrat yang otonom: kodrat Allah dan kodrat manusia, sehingga Yesus adalah Allah-manusia yang membebaskan.

Dalam melaksanakan misi-Nya, Yesus membebaskan dan menyelamatkan seluruh manusia bukan dengan memamerkan kekuasaan-Nya, misalnya dengan mendatangkan air bah, menurunkan api dari langit untuk membinasakan para pendosa. Yesus membebaskan dan menyelamatkan manusia dengan menjadikan diri-Nya sebagai kurban persembahan dan tebusan melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya (Fil. 2:6-7). Jadi, Yesus adalah Allah yang menebus.

Sebagai kurban, Yesus menghadirkan diri sebagai santapan yang memberikan hidup yang kekal bagi para pengikut-Nya (Yoh. 6:51-58). Jadi, Yesus adalah Sang Sumber hidup dan Hidup itu sendiri.

Yesus menjelaskan maksud kedatangan-Nya ke dalam dunia: Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mat. 20:28). Menebus berarti mengganti kerugian, kerusakan, menutup biaya, menanggung  beban atau membayar harga, denda, kesalahan yang  senilai dan sebanding dengan suatu barang atau orang yang hendak ditukar atau dibebaskan. Itulah intisari Hukum Taurat yang dijabarkan dalam nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki (Ul. 19:21). Yesus harus menjadikan diri-Nya sebagai tebusan, karena dosa Adam tersebut telah menghancurkan hubungan manusia dengan Allah, merusak citra ilahi dalam diri manusia dan mendatangkan maut ke dalam dunia. Rasul Paulus berkata bahwa upah dosa adalah maut (Roma 6:22) dan karena itu, dosa Adam telah menyebabkan kematian bagi seluruh keturunannya (1Kor 15:22). Jadi Yesus adalah Allah Penyelamat.

Seharusnya manusia yang harus dihukum mati karena telah melakukan segala dosa dan pelanggaran terhadap hukum Tuhan, tetapi Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Maka seturut kehendak dan rencana Bapa-Nya (Yoh. 4:34, 5:30), Yesus mempersembahkan nyawa-Nya untuk manusia: Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin berlalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu (Mat. 26:42) dan merelakan darah-Nya untuk menyucikan manusia dari segala noda dan dosa (Mat. 26:28). Jadi, Yesus ialah  Hamba Tuhan yang menderita.

Ini Pesannya

Apa pesan dari Pesta Yesus menampakkan kemuliaan-Nya? Pertama, kita diajak untuk menyadari identitas Yesus dan misi-Nya di dalam dunia: Yesus adalah Allah beserta kita, Sang Mesias, Sang Penebus, Sang Pembebas dan Sang Penyelamat, Anak Manusia, Putra Manusia, Putra Terkasih Allah, Hamba Tuhan yang tanpa noda dan dosa, tetapi sekaligus manusia yang nyata, lahir dari perawan Maria. DIA berasal dari keabadian: berasal dari Bapa sendiri, sehakikat dengan-Nya, Dia dilahirkan dan bukan diciptakan. Itulah identitas Yesus Kristus, yang kita imani.

Kedua, umat manusia telah ditebus dan dibebaskan oleh Yesus Kristus melalui jalan sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya dari alam maut. Surat hutang kita sudah dihapus oleh Bapa (Kol 2:14), karena Yesus Kristus telah berkenan menggantikan kematian kita dengan nyawa-Nya sendiri dan membersihkan kita dengan darah-Nya yang ditumpahkan di kayu salib. Karena itu, setiap pengikut Yesus Kristus adalah manusia yang bebas dan merdeka (Gal 5:1-14); kita bukan lagi anak-anak perhambaan menurut daging (Gal 4:23-24), anak-anak hamba perempuan, tetapi anak-anak perempuan merdeka, yang diperanakkan menurut Roh (Gal 4:29, 31) dan kuasa dosa tidak berlaku lagi bagi kita.

Ketiga, penebusan dan penyelamatan oleh Yesus Kristus tidak hanya berhenti pada status sebagai anak-anak yang merdeka, tetapi dilanjutkan dengan mengangkat kita ke tempat yang agung dan mulia, menjadi sahabat Tuhan sendiri (Yoh. 15:15).

Keempat, lebih daripada itu, Yesus meninggikan para pengikut-Nya ke taraf ilahi dengan menjadikan mereka sebagai anak-anak Allah (Yoh 1:12-13). Hal itu diwujudkan Yesus dengan mengajarkan mereka berdoa Bapa kami yang ada di surga… (Mat. 6:9-13). Karena itu, rasul Paulus dengan tegas berkata kepada jemaat di Galatia bahwa, Kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Kristus Yesus (Gal 3:26), Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: ‘ya Abba, ya Bapa (Gal 4:6).

Kelima, dengan diangkat menjadi anak-anak Allah, maka kita pun menjadi ahli waris surga. Bacalah Yohanes 14:1-3. Berkat Kristus Yesus, kita memiliki kediaman di rumah Bapa dan akan hidup bersama-sama dengan Dia.

Lalu, masihkah kita mau menukar Yesus dan Surga dengan hal-hal yang lain, mengkhianati-Nya seperti Yudas karena alasan uang, harta, karir, dan jodoh? Jadi, pesan Bapa hari ini penting diingat: Dengarkanlah Dia! Dia sedang berbicara pada kita!

 “Berkat Kristus Yesus, mereka yang menjadi murid-murid-Nya akan diangkat ke tingkat ilahi dengan menjadi saudara dan saudari-Nya dari Bapa yang satu dan sama (Luk 8:21).

HIDUP, Edisi No. 32, Tahun Ke-77, Minggu, 6 Agustus 2023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini