Uskup Purwokerto, Mgr. Ch. Tri Harsono: Pilih dan Jadilah Benih yang Baik

164
Mgr. Ch. Tri Harsono

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 23 Juli 2023 Minggu Biasa XVI, Hari Orang Tua, Kakek-Nenek Sedunia, Keb.12:13, 16-19; Mzm.86:5-6, 9-10, 15-16a; Rm.8:26-27; Mat.13:24-43 (panjang) atau Mat.13:24-30

SAUDARA-saudariku yang dikasihi Allah! Kita sangat sering mendengar ada ungkapan Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Menariknya, ini hanya diungkapkan kepada anak yang nakal atau yang berbuat kejahatan. Perkataan ini juga sering diungkapakan oleh tetangga bahkan keluarga atau saudara seiman dengan kita dengan nada yang mengejek.

Hari ini gereja mengajak kita semua merayakan Hari Orang Tua atau Hari Kakek-Nenek Sedunia. Maksud dari perayaan ini untuk mengajak kita mengingat dan merenungkan hal-hal yang lebih penting, dan mendalam untuk menapaki kehidupan di dunia ini, yaitu, dengan penuh kasih, perhatian, kebaikan, kesetiaan, pelayanan, dan pengorbanan, bahkan pengampunan yang berasal dari orang tua kita masing-masing.

Injil hari ini sangat mendukung dengan tema yang ada pada tiap bacaan, yakni Tuhan memberikan contoh teladan yang begitu lengkap, baik, dan sempurna kepada kakek-nenek kita. Kepada kita semua yang beriman kepada-Nya untuk selalu berbuat kebaikan dan menghindari perbuatan jahat yang melanggar kehendak-Nya. Kita mesti ingat, di dunia ini kita semua masih berjuang terus-menerus dan ini sungguh tidak mudah. Agar kita senantiasa memilih kebaikan yang menjadikan kita tanda bahwa berasal dari benih yang baik, yakni Allah sendiri harus selalu melekat pada-Nya. Kita bisa belajar dari kakek-nenek kita yang dengan taat berjuang mempertahankan imannya. Mencerap kebijaksanaan mereka.

Banyak Sekali Kontradiktoris

Dalam kehidupan kita di dunia ini, kalau kita sadari banyak sekali kontradiktoris nilai keimanan yang membingungkan. Dunia sering kali melawan nilai-nilai keimanan Katolik kita dan sering kali membuat kita berada dalam kebingungan. Apakah kita masih mau mengikuti ajak Tuhan? Apakah kita masih mau mengikuti jejak kakek-nenek kita yang jadi teladan perjuangan iman yang boleh kita saksikan?

Perlu kita ingat, kehadiran kontradiksi itu sebenarnya bukan untuk diseimbangkan tetapi menjadi suatu penegasan bahwa sesuatu yang baik dari Allah sungguh terbukti baik adanya.  Yang baik dan benar meskipun dipermulaan melewati kesukaran dengan airmata namun menuai sukacita pada akhirnya. Bertahanlah dalam iman seperti kakek-nenek kita sebab mempertahankan kebaikan dan kebenaran merupakan ciri manusia beriman. Jangan biarkan diri kita lepas dari Allah jika tidak ingin timbul akar pahit penyesalan di akhir hidup.

Di dunia ini, kebaikan dan kejahatan selalu disandingkan, tetapi tetaplah pilih kebaikan. Segala kebaikan yang berasal dari Allah sudah dan sungguh terbukti berkualitas dan pasti akan menang dalam kehidupan kita. Ini terbukti dari kakek-nenek kita yang setia memilih Kristus. Tuhan telah memberikan rahmat-Nya agar kita kuat melewati segala macam tantangan sebab emas ditempa di dalam api. Ia ingin kita bukan sekadar hidup tetapi tumbuh menjadi benih yang baik dan berbuah dan membantu benih lain untuk tumbuh. Kita harus bersinar sebab kita adalah putra dan putri Sang Terang.

Meskipun demikian, perjuangan untuk bertekun dan bersukacita untuk melakukan kebaikan, tidaklah mudah. Si jahat juga rajin membuat orang baik merasa lelah agar akhirnya menyerah, kalah, dan putus asa. Dengan berbagai strategi melalu tawaran yang nyaman, menyenangkan, memberikan mimpi yang serba indah kedepan, ia berusaha mengelabui dan menyesatkan manusia. Ini semua agar manusia membalikan hatinya dari Tuhan dan memilih yang jahat.

Atas dasar itulah, setiap orang hendaknya jangan sampai beranggapan dirinya lebih baik atau lebih beriman daripada orang lain. Jangan sampai kita rajin menghakimi orang lain tetapi lupa mengoreksi diri sendiri. Terlebih lagi, kita kerap membandingkan diri dengan mereka yang dilabeli sebagai penjahat atau pendosa dan menganggap diri lebih baik dan saleh. Janganlah terjerumus di dalam liang kesombongan itu.

Perlu Latihan

Oleh karena kita tidak dapat bebruat baik tanpa kekuatan dari Kristus, maka ada beberapa latihan untuk selalu menjadi benih baik yang berasal dari Tuhan. Latihan ini juga sering diterapkan oleh orang tua dan kakek-nenek kita.

Pertama, rajin mendekatkan diri pada Tuhan dengan mengikuti perayaan Ekaristi dan bertekun dalam doa-doa pribadi. Bangunlah komunikasi dengan-Nya.

Kedua, berusahalah selalu berbuat baik terhadap sesama. Berbagi apa saja yang baik, adalah cara yang paling tepat dan cepat, serta efektif, untuk merealisasikan kasih kepada sesama. Contohnya, dengan waktu kita, tenaga, perhatian, kasih, harta, dan yang paling berat adalah pengampunan kita. Dengan ini, kita akan mengetahui diri kita pantas menyandang benih dari Allah atau tidak.

 

Paus Fransiskus dan para imam lansia.

Ketiga, “Kesempatan baik jarang datang dua kali, tetapi kalau kejahatan datang berkali-kali dan terus-mene- rus”. Maka perlu membiasakan dengan mengingat pepatah Yunani “Phantha Rai kai Uden Menei” yang berarti, air sungai yang mengalir tidak akan kembali, dan tinggal di tempat yang sama. Dengan demikian kita harus cepat menyambut, menanggapi, dengan tidak menunda-nunda kesempatan baik yang diberikan secara cuma-Cuma atau gratis dari Allah, tetapi sebaliknya harus terus-menerus menolak tawaran-tawaran iblis kepada kita walaupun itu tampaknya nyata.

Keempat, jagalah nama baik, Tuhanmu, orang tuamu, keyakinanmu, keluarga besarmu, nama baptismu, bangsa dan negaramu, almamatermu, gerejamu, dan yang lainnya yang kita sangat hormati dan kasihi. Su- paya kita tidak jatuh dalam dosa berat, yaitu, dengan menyeret nama baik mereka atau mempertanggung jawabkan kesalahan dan dosa kita kepada mereka, yang tidak mereka lakukan.

Perjuangan dan Kesetiaan

Dalam Kitab Kejadian, dikatakan bahwa Allah adalah Hakim yang adil dan penuh dengan belas kasihan. Walaupun demikian,  tidak seorang pun layak membenarkan diri dan menentukan diri kalau ia sungguh berasal dari Allah.  Justru karena Tuhan Mahakuasa dan Mahatahu akan segalanya, maka hanya Tuhanlah yang layak dan pantas menghakimi dan menentukan seseorang untuk masuk Surga atau pun tidaknya.

Pada Hari Kakek-Nenek Sedunia ini, kita juga hendaknya belajar dari mereka mengenai perjuangan dan kesetiaan dalam hal-hal yang baik, terutama untuk mencintai Tuhan Sang Sumber Kebaikan. Walaupun me- reka juga bukan pribadi-pribadi yang tanpa luput dari kelemahan, kesalahan, dan dosa. Namun kita hen- daknya yakin, bahwa orang tua kita senantiasa mengajarkan yang baik dan benar kepada kita sejak kecil, de- ngan teladan hidup mereka yang beriman kepada Allah.

Melalui orang tua dan kakek-nenek, kita akan tahu apa yang baik dan yang jahat, yang beramal dan berdosa, dan membiasakan diri untuk selalu melakukan kebaikan dengan tekun berdasarkan cinta kasih. Mereka tahu bahwa memilih kebaikan akan selalu membawa kita kepada kebahagiaan dan keselamatan serta kepada Kristus sendiri, sumber kebahagiaan kita yang utama. Ini semua agar kita berbuah limpah karena kita sadar akan identitas kita sebagai benih baik yang berasal dari Allah. Kristus telah memberikan teladan hidupnya dan marilah kita ikuti itu. Kita tidak berjuang sendirian sebab Ia selalu ada mendampingi. Amin.

“Bertahanlah dalam iman seperti kakek-nenek kita sebab mempertahankan kebaikan dan kebenaran merupakan ciri manusia beriman.”

HIDUP, Edisi No. 30, Tahun Ke-77, Minggu, 23 Juli 2023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini