Siswa SMA Pangudi Luhur Jakarta Diajak Jadi “Remaja Keren” Tanpa Pornografi

178
Nathanael E.J. Sumampouw berbicara di depan 330 siswa SMA Pangudi Luhur Jakarta Selatan. (HIDUP/Felicia Permata Hanggu)

HIDUPKATOLIK.COM – “Marilah jadi remaja laki-laki keren yang menginspirasi, bisa stand up, punya karakter yang oke, brave, confident, dan punya empati.”

Demikian ajakan Nathanael E.J. Sumampouw, dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), kepada 330 siswa SMA Pangudi Luhur di Jakarta Selatan dalam seminar sehari bertema “Wake up: A Seminar on Becoming A True Gentleman” yang berlangsung pada Jumat (14/07/2023) di aula sekolah.

Nathanael adalah satu dari tiga narasumber yang menyampaikan paparan seputar pornografi dan dampaknya terhadap remaja dalam seminar yang diselenggarakan bersama oleh Komunitas Jalan Kerahiman Ilahi (KJKI) dan sekolah tersebut. Dua narasumber lainnya adalah Elizabeth Kristi Poerwandari, guru besar Fakultas Psikologi UI, dan Romo Ignatius Ismartono, SJ, moderator Sahabat Insan.

Menurut Nathanael, menjadi remaja adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari.

“Remaja seperti apa? Secara fisik, pubertas dan kondisi prima. Matang dan emosi sudah mulai bermacam-macam. Lalu pemikiran makin kritis. Ada relasi sosial. Identitas diri terbentuk. Mulai ada solidaritas dan antusias terhadap hal-hal baru. Ada perilaku berisiko,” ujarnya.

“Masa remaja adalah masa yang penuh badai, tekanan. Karena satu kaki masih anak-anak, kaki satunya beranjak dewasa. Masa remaja adalah masa yang sulit. Maka perlu bekal dan strategi.”

Ia mengatakan dunia saat ini membutuhkan remaja laki-laki yang kreatif, respek, dan energik. Selain itu, laki-laki yang berkontribusi dan berdampak positif.

“YOLO: You Only Live Once. Jadi isi waktu kalian dengan hal positif,” ujarnya.

Pornografi dan Dampaknya

Sementara Kristi mengajak para siswa agar lebih berhati-hati terhadap pornografi.

“Karakteristik remaja seusia kalian dalam fase pertumbuhan psikologis yang paling cepat, termasuk hal-hal seksual. Kalian jadi tahu dari internet. Ini sesuatu yang wajar. Masalahnya kalian belum seperti orang dewasa dan belum memiliki status yang terdefinisikan,” tuturnya.

“Kalian ada dalam situasi di mana kalian belum mantap. Maka ada kebutuhan mengeksplorasi pilihan kalian, berselancar di internet untuk cari informasi. Ingin tahu.”

Elizabeth Kristi Poerwandari menyampaikan paparan tentang pornografi dan dampaknya. (HIDUP/Felicia Permata Hanggu)

Terkait pertanyaan seorang siswa tentang pornografi, ia menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk seksual sehingga tertarik dengan pornografi. Selain itu, adiksi merupakan aspek neurologisnya.

“Maksudnya, ketika kita mengonsumsi itu, kita butuh lagi. Soal pornografi, awalnya jenis tertentu. Lalu masuk pornografi yang sangat keras. Jadi ada eskalasi. Sehingga memang orang bilang tidak bisa membantu diri sendiri dan harus dibantu orang lain,” ungkapnya.

Namun ia mengakui bahwa pada umumnya orang yang sudah kecanduan pornografi malu untuk mengakuinya. 

Wake up!

Narasumber lainnya, Romo Ismartono, mengajak para siswa untuk menyadari bahaya pornografi. Menurutnya, kenikmatan yang dianugerahkan kepada manusia dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi bahan dagangan yang diproduksi secara massal dengan cara baru dalam bentuk gambar, gerak, dan suara dan kemudian dipasarkan secara digital.

Romo Ignatius Ismartono tengah menyampaikan paparan. (HIDUP/Felicia Permata Hanggu)

“Anak muda tidak usah pergi ke tempat-tempat mesum. Tetapi imajinasi kemesuman itu masuk ke dalam hatinya secara berkali-kali lewat gawainya, mulai bangun tidur sampai tertidur lagi,” ujarnya.

“Maka sedini mungkin bahaya itu harus disadari, dan bersama-sama masyarakat berusaha menanggulanginya dengan memperoleh informasi yang secukupnya. Wake up! Wake up!”

 

Katharina Reny Lestari

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini