Uskup Tarunga Minta Perhatian atas Meningkatnya Ketidakamanan di Chad

158
Fanna Hamit, seorang janda Chad yang menampung 11 keluarga Sudan di kompleks rumahnya.

HIDUPKATOLIK.COM – Menyusul bentrokan antar-komunitas yang penuh kekerasan dalam beberapa minggu terakhir di wilayah selatan Chad, Uskup Keuskupan Moundou dan Wakil Presiden Konferensi Waligereja Chad, Joachim Kouraleyo Tarounga, memperingatkan tentang iklim ketidakamanan yang terjadi di wilayah tersebut.

Dalam sebuah wawancara dengan Berita Vatikan, Uskup Tarounga mengatakan Pemerintah Chad perlu memikul tanggung jawabnya dan menertibkan wilayah yang bergolak.

“Chad Selatan saat ini hidup dalam iklim ketidakamanan karena konflik antara penggembala dan petani. Bentuk kekerasan baru yang dikaitkan dengan orang-orang yang oleh pemerintah disebut sebagai bandit sedang berkembang dan juga menimbulkan kekuatiran. Jenis serangan baru menebar benih teror di desa-desa dan pedesaan,” kata Uskup Tarunga.

Yang disebut bandit mengeksploitasi suasana keamanan yang rapuh untuk membunuh, memeras, dan melukai.

Apa yang menyebabkan kekerasan antarkomunitas?
Konflik antarkomunal atas penggunaan lahan dan hak atas air antara komunitas berbasis pertanian dan penggembala nomaden sering menjadi penyebab kekerasan antarkomunal di wilayah tengah dan selatan Chad. Akibat konflik seringkali mematikan. Menurut analis, situasi tersebut diperparah dengan kondisi cuaca buruk yang dialami di banyak negara di Sahel. Di Chad, perubahan iklim telah mengakibatkan kekeringan atau banjir. Akibat kelangkaan makanan dan pencarian padang rumput, oleh para penggembala, membawa masyarakat ke dalam konflik. Pihak berwenang Chad sejak itu mengidentifikasi ujaran kebencian sebagai katalis yang berkembang untuk beberapa bentrokan antarkomunal.

Militer harus melindungi rakyat

Uskup Tarounga bertanya-tanya mengapa pasukan Chad, yang memiliki reputasi luar biasa untuk memukul mundur dan memerangi pemberontak secara efektif di wilayah tersebut, tampaknya berjuang untuk menemukan solusi yang efektif untuk kekerasan antar-komunal dan bandit yang telah menyerang.

Dia mengingatkan militer akan tugasnya untuk memastikan keselamatan rakyat dan mencegah serangan dari “bandit”, yang memperburuk situasi keamanan yang sudah rapuh.

Perubahan iklim: krisis tambahan

“Anda bisa melihatnya di wajah orang-orang, apakah Anda pergi ke pedesaan atau ke kota. Kami semua kuatir tentang ketidakamanan umum, tentara memerangi pemberontak, tingginya biaya hidup dan perubahan iklim,” jelas Uskup Tarunga.

Uskup lebih lanjut mengenang bahwa banjir tahun lalu menyebabkan panen yang buruk bagi masyarakat. “Karena kami adalah daerah pedesaan, dan kehidupan sebagian besar orang pada dasarnya bergantung pada pertanian ketika panen tidak baik, ada ancaman kelaparan,” katanya.

Sebagai negara, Chad kini juga harus menampung ribuan pengungsi Sudan yang melarikan diri dari konflik di negara tetangga Sudan. **

Myriam Sandouno (Vatican News)/Frans de Sales

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini