HIDUPKATOLIK.COM – Misa Perdana Uskup Tanjungkarang, Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo diadakan di Kapel Seminari St. Paulus Palembang, Jumat, 12 Mei 2023. Perayaan penuh syukur ini bersamaan dengan Perayaan Puncak Yubelium 75 tahun Seminari Menengah St. Paulus Palembang.
Uskup Avien, sapaan akrabnya, adalah alumnus angkatan 1987-1991.
Mgr. Avien mengaku, selama menjalankan masa pembinaan di Seminari ini, ia mendapatkan empat poin penting.
Pertama, melatih kemandirian
Sejak lulus SMP, ia jauh dari orangtuanya. Maka, ia harus bisa hidup mandiri. Tidak tergantung dari orang lain. Ini baru di tahap pertama. Lingkaran dalam: dari keberhasilan orang lain. Ia berniat untuk meningkatkan ke tahap selanjutnya yakni: tahap kebersamaan atau wilayah sosial. “Inilah yang harus saya asah seterusnya,” ujar kelahiran Sindang Jati, Rejang Lebong, Curup Bengkulu, 5 April 1971 ini.
Kedua, tanggung jawab moral
Dalam, latihan tanggung jawab moral ini, ia banyak dibantu lewat tugas pribadi dan tanggung jawab bersama.
“Hari Rabu sore, saya bertugas mengepel lantai. Tetapi dalam perjalanan selama empat tahun, tidak semua teman dapat menyelesaikan tugas itu dengan baik. Lantai masih kotor. Maka saya terpanggil secara moral untuk menyelesaikan tugas itu. Membiarkan lantai masih kotor, ini bisa memalukan seluruh seminari. Contoh lain, misalnya mengambil jemuran yang jatuh, membersihkan sampah-sampah. Itu latihan tanggungjawab moral. Saat atas nama kelompok, lembaga, atau kebersamaan, saya rela berkorban untuk melakukan hal hal yang baik,” ujarnya.
Ketiga, mempertajam rasa solidaritas
“Saya tidak nyaman bila ada teman yang dihukum, terlambat bangun, misalnya. Ada teman yang keluar meski akibat dari kesalahannya sendiri. Saya punya prinsip, saya ingin lulus bersama teman-teman saya. Kalau punya kelemahan, saya berusaha membantu,” tuturnya.
Keempat, memantapkan panggilan
“Ketika berpikir untuk menjadi imam, saya sudah memandang jauh ke depan. Saya tahu jalannya, yakni saya harus melewati pembinaan di seminari menengah dan seminari tinggi. Saya berusaha mempertahankannya dengan setia, tekun, dan taat. Di seminari saya tidak menonjol. Tidak berani bicara. Kalau saya terpilih menjadi uskup, saya tidak bisa menjelaskannya, silakan bertanya pada Tuhan,” paparnya.
Saking cintanya
“Saya sangat mencintai Seminari Menengah ini. Maka, ketika saya sudah berkarya di paroki-paroki, saya berusaha tetap terlibat. Maka, ada SK-SK mandiri: SK yang tidak ditetapkan oleh keuskupan. Saya mengajar dan melatih sepakbola, ini murni kecintaan saya pada seminari. Tidak ada SK resmi dari keuskupan. Jadi, yang pernah saya ajar, mungkin tidak sah untuk lulusnya… Tetapi saya yakin, Tuhan pasti mengampuni kita semua,” katanya.
Mgr. Avien mengucapkan terima kasih atas segala bentuk cinta dan perhatian dari berbagai pihak yang telah diberikan dengan tulus kepada keluarga besar seminari ini.
Ia berharap, semoga segala yang terjadi di seminari ini merupakan berkat Tuhan. “Saya ingin mempersatukan kerja antara Keuskupan Agung Palembang dengan Keuskupan Tanjungkarang, karena saya begitu berat meninggalkan Keuskupan Agung Palembang. Siapa tahu nanti Keuskupan Tanjungkarang juga bisa mempersembahkan imamnya untuk menjadi staf Seminari Menengah Santo Paulus, Palembang ini,” ujar Mgr. Avien.
Sr. M. Fransiska, FSGM (Kontributor, Lampung)