HIDUPKATOLIK.COM – Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, mengajak umat Katolik di wilayah keuskupannya untuk menyalakan lilin kecil di tengah kehidupan masyarakat yang diliputi berbagai persoalan yang sungguh menciderai martabat bangsa.
Tema Paskah tahun ini, “Partisipasi Mewujudkan Kesejahteraan Bersama,” mengandung makna yang sangat luas, kata prelatus itu kepada wartawan pada konferensi pers yang digelar seusai Misa Pontifikal di Katedral St. Perawan Maria Diangkat ke Surga di Jakarta pada Minggu (9/4/2023).
“Kesejahteraan bersama, ini kata yang sangat besar, artinya sangat banyak. Kalau kita belajar sedikit mengenai apa yang termasuk di dalam kesejahteraan bersama itu, misalnya masalah air, polusi, lingkungan hidup, kemiskinan. Segala macam masalah, masalah keadilan antar-generasi. Temanya sangat besar,” ujarnya.
“Intinya, itu yang kami prihatinkan. Saya kira kita semua warga negara Indonesia yang punya hati itu prihatin.”
Ia lantas menyinggung soal cita-cita kemerdekaan yang belum terwujud sepenuhnya dan menegaskan bahwa berbagai arus yang melawan kesejahteraan sosial semakin deras mengalir di media massa.
“Tadi saya menggunakan contoh kata-kata asing yang masuk ke dalam perbendaharaan Bahasa Indonesia. Bukan hanya katanya yang masuk, tetapi watak yang ada di balik kata-kata itu masuk. Salah satu contohnya adalah mafia. Mafia itu terkenal di Italia. Itu pasti bukan Bahasa Indonesia. Tetapi sekarang kita mendengar macam-macam kata yang dihubungkan dengan mafia,” katanya.
“Lalu yang terakhir-terakhir ini di televisi, di koran, ditunjukkan bupati ini ditangkap KPK, anggota DPR ini ditangkap KPK, hakim agung ini ditangkap KPK. Ini kan lengkap. Yang mestinya menjamin, memastikan kesejahteraan bersama, negara – legislatif, eksekutif, yudkatif – semuanya diberitakan dalam koran itu justru menciderai cita-cita kemerdekaan. Saya mengatakan ini dengan sangat serius, menciderai cita-cita kemerdekaan.”
Oleh karena itu, Kardinal Suharyo mengajak umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) untuk menyadari berbagai persoalan tersebut meskipun tidak mudah karena terbentur pada kekuasaan yang cenderung korup.
“Saya mengajak umat Katolik yang merayakan Paskah tidak hanya merayakan Paskah … . Kalau menang umuk, kalau kalah ngamuk. Itu kan bukan watak bangsa Indonesia. Entah dari mana. Tetapi itulah realitas, tidak bisa kita hindari. Kita hanya bisa – daripada menyesali kegelapan, lebih baik menyalakan lilin-lilin kecil. Moga-moga dapat menyala terus, tidak padam, meskipun ditiup angin yang kencang,” katanya.
Sementara dalam homilinya, Kardinal Suharyo mengajak umat Katolik KAJ untuk memikul tanggung jawab iman sebagai warga negara dengan inspirasi semangat Paskah.
“Kita terus berusaha untuk ikut memastikan bahwa cita-cita mewujudkan kesejahteraan bersama, amanat untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sungguh menjiwai hidup kita dan mendorong kita untuk mencari jalan-jalan kreatif untuk mewujudkannya,” ujarnya.
“Baru kalau demikian, kita tidak hanya merayakan Paskah, tetapi menjadi manusia Paskah.”
Katharina Reny Lestari