HIDUPKATOLIK.COM – ANTUSIASME para Vikaris Jenderal (Vikjen) dari 21 keskupan di Indonesia mengemuka manakala seorang Vikjen mendapat kesempatan berbagi pengalaman dalam pertemuan Vikjen Nusantara di Jakarta, 6-9 Februari 2023. Kehangatan satu sama lain tampak menjadi tanda kentalnya persaudaraan di antara mereka. Tak jarang percakapan diwarnai celetukan menyegarkan. Kendati sejumlah Vikjen berhalangan namun hal itu tidak mengurangi hangatnya suasana dan dinamika pertemuan yang sarat makna dan kesan ini. Berikut ini sharing dari sejumlah Vikjen.
Pastor Alphonsus Tjatur Raharso, Vikjen Keuskupan Malang
Tangangan Pastoral Mahasiswa
“DARI pertemuan Vikjen Nusantara ini, ada hal yang penting bagi saya seabgai Vikjen. Saya perlu belajar banyak dari para Vikjen keuskupan lain soal kinerja. Dari sharing bersama saya menangkap ternyata tidak mudah menjadi Vikjen apalagi merangkap jabatan lain karena kekurangan imam. Beberapa sharing terkait dinamika keuskupan masing-masing soal tantangan dan peluang pastoral yang saya amati juga beragam. Di Keuskupan Malang tantangan pastoral sendiri adalah pastoral mahasiswa karena Kota Malang selalu dibanjiri mahasiswa-mahasiswi dari berbagai daerah. Kurang lebih saat ini sekitar 8-9 ribu mahasiswa Katolik. Mereka datang dengan budaya mereka sendiri yang mungkin tidak sejalan dengan budaya di Malang. Hal ini terkadang mendatangkan gesekan antara masyarakat dengan mahasiswa. Meski begitu, ini juga menjadi peluang karena seringkali keterlibatan mereka di Gereja juga sangat terasa misalnya menyumbang kor dan membantu perayaan besar Gereja. Harapannya Keuskupan Malang bisa memiliki banyak tenaga sehingga pastoral mahasiswa ini bisa berjalan baik karena disadari ini masih menjadi pekerjaan rumah. Saya berharap pertemuan para Viken ini tetap dilaksanakan tetapi dipertimbangkan apakah setahun sekali atau bagaimana. Di satu sisi terkadang ada Vikjen yang setiap tahun diganti (datang dan pergi) di sisi lain materi atau modul sharing perlu dibuat lebih variatif.”
Pastor Leonardus Miau, Vikjen Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat
Terpaksa Rangkap Jabatan
“SAYA merasa dikuatkan dan diteguhkan oleh sharing dari berbagai Vikjen dari setiap keuskupan. Saya belajar banyak dari apa yang disampaikan soal karya misi dan karya pastoral masing-masing keuskupan. Ternyata, tantangan pastoral itu bukan saja soal medan yang sulit tetapi juga karakteristik umat, pembinaan iman masih sangat kurang. Hal ini kami rasakan di Keuskupan Sintang. Umatnya 200-an ribu tetapi imamnya hanya 80-an dan tidak semuanya di paroki, hanya 48 imam saja. Tak jarang satu imam bisa merangkap jabatan untuk dua paroki atau rangkap jabatan lainnya. Medan yang berat dengan umat yang rata-rata di pedalaman menguras tenaga para pastor. Sebagai Vikjen juga saya berusaha membantu uskup sebisa mungkin dengan tugas dan wewenang. Harapan saya semoga para Vikjen tidak saja melihat jabatan ini sebagai sesuatu yang istimewa tetapi harus menyadari bahwa kita adalah wakil uskup (gembala) bagi domba-domba. Sebagai wakil maka harus lebih mengembangkan pastoral kehadiran.”
Pastor Gregorius Fau, OFMCap, Vikjen Keuskupan Sibolga, Sumatera Utara
Merajut Persaudaraan
“PERTEMUAN ini pertama-tama untuk saling mengenal satu sama lain para Vikjen Nusanara se-Indonesia. Memang ada beberapa keuskupan yang berhalangan hadir, yang tidak bisa bergabung. Pertemuan ini menjalin kekeluargaan, persaudaraan, persahabatan sekaligus sharing masing-masing keuskupan seturut konteks partoral di keuskupan masing-masing. Harapan saya, pertemuan seperti ini dapat diteruskan ke depan karena saya melihat kami dapat menjalin kebersamaan satu-sama lain, dapat mendekatkan, dan juga berbagi pengalaman pastoral yang ternyata berbeda-beda. Ada yang kelihatan ada yang lebih mudah, ada juga yang lebih sulit seturut konteks pastoral di keuskupan masing-masing.”
Pastor Joni Payuk, CICM, Vikjen Keuskupan Agung Makassar, Sulawesi Selatan.
Saling Memperkaya
“PERTEMUAN ini sungguh-sungguh saya apresiasi karena baru pertama kali sebagai Vikjen, saya bertemu rekan Vikjen. Sharing suka-duka memperkaya sebagai Vikjen tetapi juga melihat bagaimana rekan-rekan Vikjen di keuskupan masing-masing mencoba menjangkau umat dari segala segi. Bukan hanya dari segi pastoral tapi bagaimana meningkatkan daya ekonomi umat dan saling menguatkan. Sharing tentang kekuatan mereka tapi juga dream untuk ke depan. Ini sungguh suatu masukan yang baik yang bisa kita bagi dan bawa bersama di keuskupan masing-masing. Kita tidak sendiri, tetapi kita berkarya bersama. Melihat apa yang mereka lakukan menjadi cerminan bagi keuskupan saya sendiri.”
Pastor Samuel Pangestu, Vikjen Keuskupan Agung Jakarta
Bersinergi
“TUJUAN dari pertemuan Vikjen Nusantarta ini sebenarnya kami ingin meningkatkan persaudaraan dan persahabatan serta kesatuan keuskupan-keuskupan di Indonesia ini. Supaya kita bersaudara, bersatu-padu mewujudkan Gereja yang satu. Harapannya kami bisa saling bersinergi, saling membantu, saling bersaudara. Bukan sekadar diomongkan. Pertemuan ini kami buat rileks saja, ada formal dan ada informal.”
Pastor Agus Bulu, CSsR, Vikjen Keuskupan Weetebula, NTT
Saling Keterbukaan
“DARI sharing masing-masing keuskupan, kami mendapatkan gambaran tentang Gereja lokal yang hidup di masing-masing keuskupan dengan segala kegembiraan dan harapan, tantangan dan perjuangannya masing-masing. Pertemuan ini menjadi kesempatan berjalan bersama melayani Gereja yang “satu” sebagaimana digaungkan oleh Paus Fransiskus dalam Sinode. Meski terpisah oleh batas-batas teritorial dan otonom, disadari bahwa kita dipersatukan misi Katolik yang sama. Karena itu, pertemuan kali ini sangat bermakna. Ada keterbukaan untuk saling mendukung dan menolong dalam sharing sistem dan tata kelola. Ada sinergi untuk berjalan bersama ke depan. Untuk itu, sangat baik bahwa pertemuan ini dijadikan kegiatan rutin dan melibatkan semua Vikjen di bumi Nusantara ini.”
Pastor Gabriel Unto da Silva, Vikjen Keuskupan Larantuka, NTT
Saling Peduli
“PERTEMUAN ini menyatakan Gereja Katolik yang satu dan perlu bersinode, berjalan bersama-sama dalam semangat Gaudium et Spes: kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan dunia ini, terlebih bagi mereka yang sangat membutuhkan merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan murid-murid Tuhan. Jadi kita mengikuti ajakan Paus agar sinodalitas merupakan gaya Gereja dalam semua gebrakannya baik dalam komunio (persekutuan) maupun dalam misio (perutusan) dan untuk keduanya kita mesti participatio (berpartisipasi). Para Vikjen bisa dipertemukan meski belum semua bisa hadir. Ada beberapa kesepakatan yang saling mendukung misalnya. Perlunya program by data BIDUK. Sosial karitatif seperti BAKKAT dari KAJ memberi contoh kita perlu saling peduli. Dan, masih banyak hal ainnya seperti dalam kesepakatan akhir bersama.”
Hasiholan Siagian/Yustinus Hendro Wuarmanuk
HIDUP, Edisi No. 09, Tahun ke-77, Minggu, 26 Februari 2023