HIDUPKATOLIK.COM – Tidak sedikit orang menggambarkan dengan pengunduran diri Paus Benediktus XVI dan terpilihnya Paus Fransiskus akan ada goncangan dan pertentangan di dalam tubuh Gereja, karena adanya dua pribadi kuat yang berada dalam puncak kehidupan Gereja. Sayang harapan itu tidak terjadi.
Di tengah ungkapan bahwa tidak ada sesuatu yang baru di muka bumi ini, tetap akan senantiasa ada kejutan-kejutan yang dihadirkan. Setelah abad yang panjang Gereja tidak pernah mengalami ada Paus mengundurkan diri, Paus Benediktus XVI tiba-tiba menyatakan pengunduran dirinya. Penyataan pada awalnya tidak sangat dimengerti, selain karena dikatakan dalam bahasa Latin namun pula hal itu tidak pernah terpikirkan oleh nyaris semua umat Katolik, bahkan oleh para kardinal sekalipun. Itulah kejutan sejarah.
Kejutan lain dihadirkan beberapa saat setelah itu: terpilihnya Jorge Mario Bergoglio sebagai Paus dan mengenakan nama Fransiskus. Selain pribadi Bergoglio itu sendiri mengejutkan, bahkan oleh Benediktus XVI sendiri yang tidak menduga akan terpilihnya Bergoglio, namun juga nama yang dipilih itu mengejutkan pula. Namun itulah sejarah, selalu tidak lupa memberikan kejutan.
Memang ada isu bahwa Bergoglio pada awalnya mendapatkan suara kedua terbanyak saat konklaf yang akhirnya memilih Joseph Ratzinger. Setelah di masa kepausan Benediktus XVI, nama Bergoglio nyaris tidak lagi terdengar sebagai papabilis yang favorit. Benediktus XVI mengakui itu pula. Maka ketika nama Bergoglio diumumkan terpilih sebagai penggantinya, Benediktus XVI mengakui awalnya tidak merasa pasti, namun akhirnya setelah melihat sosok Fransiskus keluar dari loggia di Basilika Santo Petrus dia mengakui gembira dan bahagia. Gereja sedang berubah, dan Fransiskus menandakan hadirnya perubahan tersebut.
Selanjutnya seakan ada dua Paus. Namun keduanya, terutama bagi Benediktus XVI jelas: hanya ada satu Paus. Dia telah meletakkan jabatan dan kuasa sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik. Jabatannya dalam Gereja dilepaskan, namun pelayanannya bagi Gereja tetap dijalankannya. Kini perannya berbeda: berdoa bagi Gereja dan mendukung Paus yang baru. Maka dia tidak bisa ditarik ke sana-sini untuk mengabaikan apalagi mengkritik Fransiskus.
Keduanya, baik Benediktus XVI maupun Fransiskus, saling mengagumi satu sama lain. Benediktus XVI tidak ragu memuji Fransiskus, baik sejak dikeluarkannya Evangelii Gaudium, bahkan juga surat Patris Corde dan sinodalitas Gereja, diikuti dan dipuji oleh Benediktus XVI. Berulangkali dia menyatakan terima kasih atas kepemimpinan Fransiskus dan perhatiannya kepadanya. Dia merasa aman dan gembira bersama Fransiskus.
Demikian pula Fransiskus sering mengungkapkan pujian pada Benediktus XVI. Bagi Fransiskus, Benediktus XVI itu orang suci namun juga nabi, terlebih bagaimana dia memandang Gereja masa depan. Kecermelangtan intelektual Benediktus XVI diakui, bahkan Fransiskus berulangkali meminta nasehat darinya. Kehadiran Benediktus XVI sebagai Paus emeritus bagi Fransiskus merupakan suatu anugerah bagi Gereja. Dia disebutnya sebagai hamba yang rendah hati, setia dan bijaksana (Lih. Luk. 17:7-10) di dalam Gereja. Benediktus sangat mencintai Gereja dan Tuhannya, dan cintanya itu ternyatakan hingga akhir hidupnya. Demikian Fransiskus menggambarkan pendahulunya.
Sejarah itu mengajarkan kepada kita bahwa jabatan bukan segalanya, dan perbedaan karakter maupun pendekatan bukanlah sesuatu yang negatif, bahkan baik. Maka Fransikus pun bagi Benediktus XVI suatu anugerah bagi Gereja, walau ada perbedaan antara kedunya. Sejarah dan tradisi Gereja terus berjalan, Tuhan senantiasa menyertai para pengganti Petrus dan Gereja-Nya (Lih. Mat. 16:18).
T. Krispurwana Cahyadi, SJ (Teolog, Tinggal di Girisonta)
HIDUP, Edisi No. 02, Tahun ke-77, Minggu, 8 Januari 2023