HIDUPKATOLIKCOM – Dapatkah dikatakan bahwa dalam Komuni Batin, Tuhan benar hadir secara nyata sama seperti Komuni Sakramental?
Gregorius Yohan, Samarinda
PERTAMA, satu hal yang perlu diperjelas berkaitan dengan Komuni Batin adalah maknanya. Secara sederhana, Komuni Batin dapat dikatakan sebagai ungkapan pribadi yang rindu akan kehadiran Kristus dalam Komuni Kudus yang disantap pada waktu Ekaristi. Dasar pemahaman ini adalah “kerinduan” akan kehadiran Kristus dalam hidup pribadi orang. Tentu ini juga adalah berdasarkan perkataan Kristus sendiri tentang membandingkan orang Yahudi yang rindu manna karena kelaparan sehingga bisa mati dan mereka akan hidup jika makan Tubuh Kristus (Lih. Yoh 6:49-51).
Inilah mengapa Santo Thomas Aquinas kemudian membedakan Komuni Fisik dan Komuni Batin dengan mengatakan bahwa “ada dua cara untuk menyantap, yang pertama adalah Sakramental (menyantap Tubuh Kristus) dan yang kedua adalah Spiritual (Komuni Batin)”. Keduanya, jika ditanya akan kehadiran Kristus, menghadirkan Kristus; yang pertama langsung secara fisik, yang kedua secara batiniah.
Namun, “Apakah Komuni Batin ini sama dengan Komuni Sakramental?” Jelas sekali Komuni Batin ini tidak bisa disamakan dengan komuni yang dilakukan oleh seseorang ketika merayakan Ekaristi secara fisik. Artinya, benar bahwa kehadiran Kristus dalam Sakramen Maha Kudus yang dilihat dan diamati dengan kerinduan mendalam tidak terbantahkan, seperti ketika seorang sedang beradorasi atau visitasi Sakramen Mahakudus dan melakukan Komuni Batin dihadapan-Nya, tetapi keduanya berbeda tidak bisa dibandingkan.
Komuni Batin bukan Komuni Sakramental (menyambut Tubuh Kristus dan memakannya) tetapi Komuni Batin memberikan manfaat bagi mereka yang merindukan dan melakukan hal itu, terlebih pada masa pandemi sekarang dimana orang tidak bisa hadir ke Perayaan Ekaristi. Inilah mengapa kemudian Santo Yohanes Paulus II memberikan penegasan tentang Komuni Batin dengan menyatakan bahwa seorang perlu sekali dalam melakukan Komuni Batin itu karena “komuni tidak seperti sakramen yang lain karena Komuni sangat sempurna dan memberikan kepada manusia puncak kebaikan, yaitu seorang dapat mencapai Allah sendiri” (bdk. Ecclesia de Eucharistia, 34). Inilah mengapa seorang Katolik perlu dan harus terus menerus menanamkan Komuni itu dalam batinnya (bdk. Ecclesia de Eucharistia, 34). Seperti perkataan Santa Teresa Avilla, “Ketika engkau tidak menerima Komuni dan tidak hadir dalam Perayaan Ekaristi, engkau dapat melakukan Komuni Batin, yang mempunyai manfaat besar karena dengan komuni batin kasih Allah akan sangat mengesankanmu”.
Satu hal lain yang perlu diingat bahwa perbedaan tetap ada antara Komuni Fisik dan Spiritual. Komuni Batin akan memberikan penghiburan akan seorang yang haus dan lapar secara rohani. Namun, Perayaan Ekaristi secara fisik tidak pernah bisa digantikan hanya oleh Komuni Batin. Orang Katolik tidak bisa hanya mengikuti saja perayaan Ekaristi di televisi atau melalui youtube semata karena itu bukan Perayaan Ekaristi yang nyata. Harus diakui bahwa kondisi saat ini membuat kita hanya bisa melakukan Komuni Batin. Tetapi perlu diingat seperti kata Paus Fransiskus bahwa Ekaristi secara online bukan Ekaristi sejati dan bisa membahayakan jiwa kita jikalau relasi dengan Kristus itu tidak dilakukan “secara intim, personal dan juga dalam komunitas”. Bapa Suci juga menegaskan “Gereja memang dalam situasi yang sulit dan Tuhan mengizinkan situasi ini, namun Gereja yang ideal adalah senantiasa bersama umat beriman dan dengan sakramen”. Maka, sebagai orang beriman kita tetap teguh dalam Komuni Batin pada kondisi pandemi ini sebagai gambaran cinta kita kepada Allah, tetapi tetap ingat bahwa kita membutuhkan Komuni Kudus secara fisik, yang adalah pemenuhan kerinduan kita.
Romo Yohanes Benny Suwito, Dosen Teologi di Institut Teologi Yohanes Maria Vianey, Surabaya
HIDUP, Edisi No. 44, Tahun ke-76, Minggu, 30 Oktober 2022