Paroki Alam Sutera Adakan Misa di Pemakaman Korban Covid, Romo Rudy Hartono: Misa Seperti Ini Pasti Membuat Jiwa-jiwa Bergembira

635
Seorang prodiakon sedang memerciki makam-makam dengan air suci.

HIDUPKATOLIK.COM – Pagi hari itu, kondisi lalu lintas dalam perjalanan menuju TPU Jombang relatif lancar. Menjelang lokasi, ada sepotong jalan sempit sehingga ketika bertemu dengan mobil yang datang dari arah berlawanan, kedua mobil harus berjalan sangat pelan dan hati-hati agar tak bersenggolan. Menjelang lokasi makam, ada satu jembatan penyeberangan jalan tol yang sangat curam saat naik dan turun. Menantang adrenalin. Lokasi TPU Jombang ini sebenarnya sangat strategi, terletak di perbatasan BSD dan Bintaro. Namun agak terpencil harus melewati kawasan padat dan berada persis di samping jalan tol Serpong.

TPU Jombang adalah saksi bisu bagaimana kejamnya Covid-19. Selama pandemi, terlebih bulan Juli tahun lalu, TPU ini dibanjiri kedatangan ambulance pembawa jenasah. Nyaris para petugas bekerja 24 jam selama berhari-hari. Mereka bekerja dibantu excavator untuk mempersiapkan lahan dan menggali liang kubur. Lokasinya yang dikepung perumahan-perumahan besar seperti BSD, Bintaro, Alam Sutera, Gading Serpong, menjadi tujuan terdekat para korban covid diantar menuju  peristirahatan terakhir. Ada lebih dari 2000 jenazah korban covid dimakamkan di sini. Di antaranya ada sekitar 300 non Muslim.

Pemakaman

Lebih tragis lagi, rata-rata mereka dimakam dalam kesepian. Tak boleh dan tak bisa didampingi oleh keluarga dan sanak saudara. Tak ada doa penghantar, apalagi Misa. Ada seorang ibu berkisah, saat itu suaminya meninggal setelah beberapa hari terserang covid. Ia sendiri sedang dirawat karena juga positif, anak-anak yang sedang kuliah di luar negeri tidak bisa pulang. Dalam kedukaan yang mendalam, ia harus merelakan jenasah suami tercinta dimakamkan tanpa pendampingan sama sekali. Baru beberapa bulan kemudian, ia dan anak-anak dapat berkunjung ke makam dan meluapkan rasa duka di pusara suami dan ayah tercinta.

Mempertimbangkan kondisi inilah, Seksi Pelayanan Kematian Paroki Alam Sutera mengadakan Misa Peringatan Semua Arwah Orang Beriman di TPU Jombang, pada Rabu, 2  November pagi.

Di lapangan terbuka yang tak terlalu luas, di tengah-tengah area pemakaman, disiapkan sebuah tenda dan kursi-kursi. Hadir dalam Misa ini, lebih dari 100 orang. Selain di bawah tenda, sebagian memilih duduk di bawah bayangan pepohonan. Pagi itu, cuaca cerah, bahkan matahari sempat bersinar terik. Seakan semesta bersuka cita karena jiwa-jiwa yang tak sempat dimisakan bahkan sekedar didoakan, pagi itu bergembira karena secara khusus diadakan Misa untuk mereka.

Dalam homilinya, Romo Rudy Hartono berulang kali menegaskan bahwa jiwa-jiwa sungguh membutuhkan doa dari kita. Apalagi jiwa-jiwa korban covid, selain tidak mengalami Misa Requiem, saat itu  juga tidak sempat menerima sakramen orang sakit, sehingga kegiatan Misa seperti ini pasti membuat jiwa-jiwa bergembira.

Sedikit berkelakar, Romo mengatakan banyak jiwa-jiwa saat itu juga hadir dalam Misa, mereka duduk di kursi yang kosong dan ada yang berdiri di belakang barisan umat.

Hal mendoakan jiwa-jiwa ini bagi iman Katolik memiliki dasar biblis. Ada kisah dalam Kitab 2 Makabe 12:43-46. Yudas Makabe sangat percaya akan adanya kebangkitan. Maka ketika prajuritnya banyak yang gugur dalam medan perang, ia memerintahkan mengumpulkan uang dari pasukannya dan mengirim dua ribu dirham perak ke Yerusalem sebagai persembahan kurban penghapus dosa. Yudas percaya ada pahala yang indah bagi orang yang meninggal dengan saleh.  Sehingga mendoakan orang yang sudah meninggal bukan tindakan sia-sia.

Hal kebangkitan pun dijanjikan oleh Yesus sendiri. “Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.” (Yoh.6:40). Janji Yesus selalu YA dan AMIN. Namun manusia cenderung lemah, sangat mungkin ketika meninggal manusia dalam kondisi berdosa, sedang memalingkan wajah dari Anak. Atau sedang dalam kondisi meragukan keberadaan-Nya. Jiwa-jiwa ini masih diberi kesempatan memurnikan diri di pulgatorium. Saat inilah mereka sungguh membutuhkan doa-doa kita.

Misa pagi itu berlangsung khidmat. Semua bersatu hati mendoakan para arwah, terutama untuk arwah atau jiwa-jiwa korban covid yang dimakamkan di TPU ini. Bacaan-bacaan dan homili Romo sungguh membuka wawasan dan memperteguh iman. Misa mengenang arwah semua orang beriman tahun ini sungguh berkesan karena hadir langsung di lokasi orang-orang yang didoakan. Selama Misa, mata ini leluasa memandang hamparan makam nan hijau dan rapi. Sangat mudah untuk fokus mendoakan mereka selama Misa berlangsung.

Umat Alam Sutera yang hadir di TPU Jombang

Selesai Misa, Romo dan tiga prodiakon, berpencar menuju area makam guna memerciki makam dengan air suci. Satu per satu makam diperciki sambil juga didoakan agar jiwanya memperoleh Damai Tuhan. Di beberapa makam, ada keluarga atau kerabat yang  membersihkan makam anggota keluarga terkasih serta menabur bunga yang telah diberkati dengan dupa dan air suci oleh Romo. Sungguh pemandangan menyentuh hati.

Setelah semua selesai, dalam perjalanan pulang, ada rasa bersyukur boleh mengalami Misa yang luar biasa ini. Bahwa Tuhan mengijinkan aku ada dan terlibat dalam peristiwa mengenang dan mendoakan jiwa-jiwa di TPU Jombang ini.

Tuhan, berilah kedamaian abadi bagi jiwa-jiwa yang merindukan kerahiman-Mu.

 Darah dan Air yang telah memancar dari hati Yesus, sebagai sumber kerahiman bagi kami, Engkaulah Andalanku. Amin.

Fidensius Gunawan (Kontributor, Tangerang)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini