”Jas Merah” PESPARANI, Sebuah Catatan ‘Historis’ Romo Guido Suprapto

633
Pembukaan PESPARANI TINGKAT NASIONAL PERTAMA di Ambon, Maluku, 2018

HIDUPKATOLIK.COM – CIKAL bakal adanya PESPARANI sekarang ini berasal dari Ambon, Keuskupan Amboina. Pesparani  Ambon diseleggarakan sebagai kenangan dan penghormatan umat Katolik Keuskupan Amboina terhadap Mgr. Yohanes Aerts (Uskup Vikaris Apostolik) bersama dengan 14 imam, bruder san suster dari Belanda yang tidak mau meninggalkan umat Amboina saat penguasaan Jepang.

Mereka akhirnya dibunuh oleh tentara Jepang. Untuk mengenang kemartiran para misinonaris tersebut Umat Amboina membuat kegiatan yang ditempatkan sebagai perayaan atau pesta iman. Dalam acara ini banyak diadakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan umat dan masyarakat serta mendapatkan dukungan dari pemerintah.

Keuskupan Amboina memberi nama PESPARANI untuk acara ini. Jelaslah bahwa Pesparani  sebuah gerakan umat sebagai perayaan atau pesta iman. Pesparani diadakan sebagai puncak kegiatan pesta iman menggelar macam-macam perlombaan liturgi diantaranya paduan suara, cerdas cermat Kitab Suci, menyanyikan mazmur. Kegiatan-kegiatan lain  sebelum Pesparani diselenggarakan di antaranya seminar, dialog lintas iman dan bakti sosial yang melibatkan masyarakat luas. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan berdampak baik terhadap masyarakat.

Kegiatan-kegiatan dalam kaitannya dengan Pesparani sangat didukung oleh Pemerintah Daerah Maluku. Dukungan moral dan dukungan dana diberikan oleh Pemerintah.

Agar pelaksanaan Pesparani berjalan dengan baik maka dibentuklah lembaga sebagai penanggung jawab, namanya Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik (LP3K) Keuskupan Amboina. Kegiataan Pesparani bersifat Gerejani yang mendapatkan dukungan resmi dari Pemerintah, bahkan masyarakat lintas iman. Dukungan tergambar dalam personalia LP3K: Penasihat Gubernur. Wakil, Sekda dan Kakanwil Kemenag Propinsi Maluku. Duduk sebagai Penasihat Uskup Amboina dan tokoh-tokoh agama lintas iman.

Acara ini dipandang baik oleh Gereja Katolik Keuskupan Amboina karena menjadi sarana perayaan atau pesta iman  yang bisa mempertemukan umat  dan menjadi gerakan umat yang berdampak baik bagi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan pengalaman penyelenggaraan Pesparani yang sudah dilaksanakan dan dampak baiknya, maka Keuskupan Amboina mengusulkan agar Pesparani Ambon dijadikan acara yang berskala nasional. Usulan disampaikan kepada Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Pemerintah Pusat melalui Kementerian Agama RI.

KWI merespons dan mejajaki usulan  agar keputusan yang diambil tepat dan benar. Pada kesempatan Pesparani  Ambon III yang diselenggarakan di Dobo Kepulauan Aru – Maluku bulan Oktober tahun 2014, saya selaku Sekretaris Eksekutif Komisi Kerasulan Awam diutus oleh KWI untuk mengikuti acara Pesparani dari awal sampai akhir. Mandat KWI agar saya mengamati, mempelajari dan memberikan penilaian acara Pesparani Ambon III, selanjutnya memberikan rekomendasi kepada KWI sebagai landasan untuk memberikan tanggapan atas usulan yang diminta.

Dari Maluku untuk Indonesia

Pesparani Ambon III bulan Oktober 2014 di Dobo diberi tema: Dari Maluku untuk Indonesia. Seremoni pembukaan diawali dengan Misa Akbar dan dilanjutkan dengan acara resmi pembukaan yang dihadiri oleh Gubernur, Sekjen Kementerian Agama, Kapolda, yang mewakili Pangdam, DPRD, Kejaksaan dan unsur-insur pemerintah Daerah.  Ketua Panitia Sekda Kab Kepulauan Aru yang beragama Kristen. Upacara sangat meriah dan melibatkan Pemerintah dan masyarakat lintas iman yang ada di Dobo maupun dari Ambon. Peserta pada umumnya live in  di keluarga-keluarga baik Katolik maupun non-Katolik.

Mewakili Presiden RI, Ignasius Jonan membuka secara resmi Pesparani Tingkat Nasional Pertama.

Selain acara perlombaan  “Gerejani”, diadakan dialog tokoh-tokoh lintas iman dan penyampaikan deklarasi kerukunan umat beragama. Saya mengikuti kegiatan tersebut dan saya ingat himbauan Ketua MUI agar umat Islam mendukung acara Pesparani. Seluruh pimpinan Daerah Maluku,  pimpinan umat Katolik Maluku (Bapak Uskup) dan yang mewakili pemerintah pusat (Sekjen Kementerian Agama) sangat mendukung agar Pesparani Ambon menjadi event acara/kegiatan nasional, menjadi Pesparani Nasional.

Rekomendasi kepada KWI

Setelah pulang dari Pesparani Ambon III di Dobo saya menyampaikan “makalah” kecil hasil pemantauan, penilaian dan rekomendasi kepada Presidium KWI didampingi Mgr. PC. Mandagi, MSC sebagai Uskup Amboina. Hal penting yang saya sampaikan berkaitan dengan acara Pesparani Ambon adalah sebagai gerakan awam yang ingin membangun kebersamaan dan perjumpaan sebagai perayaan atau pesta iman. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan berdampak baik pada masyarakat. Perhelatan Pesparani menjadi salah satu cara peneguhan  eksistensi umat Katolik di tengah masyarakat dan di hadapan pejabat pemerintah. Dengan demikian acara Pesparani berdampak baik (bonum commune) terhadap masyarakat dan pemerintah.

Hal penting lainnya adalah bahwa acara Pesparani menjadi ajang untuk pengembangan  pengertian dan iman umat dengan kegiatan liturgi yang ditampilkan dan dilombakan. Secara liturgis ada aspek inkulturasi yang memperkaya kasanah budaya dalam berliturgi. Perlobaan yang diadakan mengembangkan kreasi dan peningkatan kualifikasi dalam berliturgi dan pemgembangan pengetahuan iman umat.

Ketua KWI, Ignatius Kardinal Suharyo (kiri) mendampingi Ignasius Jonan saat upacara pembukaan.

Dua hal penting harus berjalan beriringan dalam pelaksanaan Pesparani. Nilai strategis dan signifikansi Pesparani adalah pada gerakan umat Katolik sebagai sarana perayaan atau  pesta iman yang berkontribusi kepada masyarakat, maka Pesparani dikoordinasi oleh perangkat pastoral KWI yang bernama Komisi Kerasulan Awam, bekerja sama dengan Komisi HAK, Komisi Liturgi dan komisi yang  terkait dengan materi yang dilombakan dalam Pesparani.

Respons KWI

Para Bapa Uskup di KWI pada umumnya menilai  baik acara Pesparani Ambon dan terbuka untuk diadakan Pesparani Nasional. KWI menitikberatkan alasan Pesparani sebagai perhelatan umat Katolik untuk mengadakan perjumpaan yang mengungkapkan perayaan atau pesta iman bagi umat. Katolik.

Tujuan Pesparani diadakan bukan yang utama  untuk  ajang perlombaan yang merebutkan nilai atau kejuaraan. Semangat kopetitif dalam berlomba  tidak boleh menimbulkan kebenciaan atau permusuhan karena semua peserta adalah saudara dam saudari seiman. Akhir dari Pesparani harus semakin menguhkan iman, harapan dan kasih bersama kepada Kristus, serta menguatkan persekutuan.

Gerakan Tindaklanjut

Semangat “Panitia Pesparani Ambon” dan angin segar dari KWI menjadi landasan untuk melanjutkan perjuangan mempersipakan Pesparani Nasional. Agar Pesparani Nasional bisa diadakan maka unsur Pemerintah harus ada, bahkan yang utama sebagai penyelenggara. Oleh karena itu Ditjen Bimas Katolik menjadi institusi yang merepresestasikan Pemerintah dalam menyiapkan Pesparani. Beberapa kali diadakan diskusi yang melibatkan pihak Panitia Ambon, KWI dan Ditjen Bimas Katolik. Setelah satu pemahaman dan komitmen mengenai Pesparani Nasional maka disampaikan permohonan kepada pemerintah melalui Kementerian Agama untuk menerbitkan peraturan dalam penyelenggaraan Pesparani Nasional.

Adrianus Meliala (kiri) saat pembukaan Pesparani I di Ambon, Maluku

Pemerintah memberikan dukungan dengan menerbitkan Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 35 Tahun 2016 Tentang  Lembaga Pembinaan Dan Pengembangan  Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik. Dalam PMA Nomor 35 Tahun 2016 terbentuk lembaga yang bernama Lembaga Pembinaan Pengembangan  Pesparani  Katolik Nasional (LP3KN) dengan salah satu peran penting untuk menyelenggarakan Pesparani Nasional dan mengadakan pendapingan/pembinaan  terhadap Lembaga Pembinaan Pengembangan  Pesparani  Katolik Daerah (LP3KD). Ketua LP3KN adalam Prof. Adrianus Meliala. Beliau waktu itu sebagai Wakil Ketua Komisi Kerasulan Awam KWI.

Babak Baru

Benih semangat dan harapan yang ditabur tahun 2014 (Pesparani Ambon III – Dobo) berbuah baik di tahun 2016 (PMA Nomor 35 Tahun 2016). Setelah keluar PMA, LP3KN bergerak cepat untuk menindakljuti, terutama mempersiapkan pelaksanaan Pesparani Naional I. LP3KN menyelenggarakan Munas Luar Biasa untuk membuat statuta  dan penetapan tempat penyelenggaran Pesparani Nasional I. Saya ikut dalam kegiatan ini. Dalam Munas Luar Biasa ditetapkan Kota Ambon sebagai tempat penyelenggaraan. Tempat yang tempat karena asal-usul  Pesparani dan sebagai bentuk penghargaan kepada Umat Keuskupan Amboina dan Pemerintah Propinsi Maluku.

Pesparani Nasional I

Pesparani Nasional I diselenggarakan di Kota Ambon tanggal 27 Oktober – 2Nopember 2018. Terselenggara kurang lebih 2 tahun setelah  PMA (ditetapkan 26 Agustus 2016). Ribuan Umat Katolik dari Pelbagai Keuskupan datang baik sebagai peserta dan ada yang datang untuk menyaksikan. Pesparani Nasional I di Kota Ambon berjalan dengan sangat baik, dalam hati saya “hanya bisa terjadi di Ambon”. Dukungan Pemerintah sangat total dan maksimal.

Salah satu mata lomba.

Pesparani dijadikan sebagai eventnya pemerintah. Panitia yang bekerja dan sarana yang diberikan sangat optimal. Selama Pesparani diselenggarkan Kota Ambon menjadi bernuansa Pesparani. Bisa dikatakan penyenggaraan Pesparani Nasional I sangat berkesan di hati. Keyakinan saya, Pesparani terselenggara dengan baik karena kerjasama yang baik dari pelbagai pihak yang dikoordinasi oleh LP3KN dan LP3KD Propinsi Maluku. Kekurangan pasti ada dan akan menjadi evaluasi. Selesai Pesparani tampak dalam diri para peserta dan Panitia bergembiran. Kita  pulang dengan penuh syukur dan suka cita.

Menjaga Semangat dan Identintas  Pesparani Nasional dan  Daerah

Acara dan aktivitas Pesparani  juga diselenggarakan  ditingkat daerah oleh LP3KD.  Setelah Pesparani Nasional I dipelbagai daerah menyelenggarakan Pesparani. LP3KD berkoordinasi dengan LP3KN agar penyelenggaraan Pesaprani berjalan dalam semagat dan identitas Katolik yang telah menjadi gaya dan model penyelenggaraan Pesparani.

Saat defile kontingen

Penyelenggaraaan Pesparani harus menjadi sarana  Gereja (umat Katolik) berkontribusi terhadap Gereja dan masyaraat sebagaimana termuat dalam  Visi LP3KN  yakni terwujudnya Aktivitas Menggereja, Seni Budaya Gerejani yang hidup dalam Kehidupan Menggereja, Bermasyarakat dan Bernegara. Bagian dari acara Pesparani adalah mengadakan kegiatan-kegiatan yang berdampak baik dan melibatkan  masyarakat seperti seminar dengan tema yang relevan, dialog lintas iman dan bakti sosial.

Kegiatan lain dan khas gerejani adalah perlombaan bidang liturgis (paduan suara, Mazmur dan baca Kitab Suci) dan bidang katekese seperti cerdas cermat Kitab Suci dan bertutur Kitas Suci. Acara Pesparani harus mengadakan kegiatan yang berdampak eksternal Gereja dan internal Gereja. Kegiatan tersebut perlu mendapatkan perhatian yang sama-sama dianggap penting. Aktivitas kehidupan beragama itu sangat kaya dan menjadi bagian dari interaksi sosial kehidupan beragama di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia demi memupuk kebersamaan dan kerukunan hidup beragama dalam kemajemukan bangsa..(Bag Pembukaan dari Statuta LP3KN).

Pembukaan panggung hiburan dan Expo Maluku

Dengan demikian acara Pesparani tetap menjaga semangat awal dan menjadi perwujudan identitas Gereja Katolik yang insklusif dan berkontribusi untuk kebaikan bersama (bonum commune), sebagaimana dimandatkan  dalam statuta: Meningkatkan kualitas komunitas Gerejani, terutama dalam hal persaudaraan, keharmonisan, persatuan dan kesatuan, kerja sama, solidaritas dan semangat pengorbanan dari masyarakat Katolik, agar dapat mewujudkan diri dan perannya dengan baik dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat ( Statuta Psl. 8). Pesparani mempunyai pembeda  dengan acara di  Gereja lain, yakni  terletak pada semagat dan identitas yang mewarnai seluruh model kegiatannya.

Strategi dan Harapan

Acara Pesparani Nasional baru akan kedua kalinya yang  akan diselenggarakan di NTT tanggal 28 – 31 Oktober 2022.  Dari hitungan umur masih sangat muda. LP3KN dan LP3KD sebagai penyelenggara boleh dikatakan belum berpengalaman. Tantangan yang tidak ringan adalah memberikan pengertian atau pemahaman tentang Pesparani bagi Umat Katolik sendiri dan kepada Pemerintah. Kurangnya pemahaman tentang Pesparani dalam internal Gereja menyebabkan kurangnya antusiasme dan dukungan. Pimpinan Gereja, tokoh awam dan pengurus LP3K harus mempunyai pengertian/pemahaman yang sama tentang Pesarani agar tercipta sinergitas.

Para uskup dan imam berfoto bersama di panggung utama Pembukaan dan Penutupan Pesparani I

Pengurus LP3K harus mengadakan pendekatan dan komunikasi dengan Pemerintah untuk menjelaskan PMA Nomor 35 Tahun 2016 agar mengerti peran dan tanggung jawabnya. Kurangnya dukungan Pemerintah terhadap Pesparani bisa jadi karena kurangnya informasi dan sosialisasi yang diterima. Walaupun penyebab lain mungkin ada. Tantangan dan hambatan yang ada tidak boleh mengurangi semangat Gereja (umat) Katolik untuk mendukung Pesparani. Perjuangan untuk Pesparani kita tempatkan dalam perwujudan iman 100% Katolik dan 100% Indonesia karena Pesparani bukan seksdar  kegiatan internal Gereja  tetapi juga kegiatan pemerintah  dan  masyarakat.

Romo Guido Suprapto, Rektor Seminari Tinggi Santo Petrus, Sinaksak Pematang Siantar (Sumut), anggota Tim Persiapan Pembentukan Lembapa Pembinaan Pengembangan PESPARNI Katolik Nasional dari Konferensi Waligereja Indonesia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini