Semarak Hari Pangan Sedunia di Palembang: Pertobatan Ekologis Dapat Memulihkan Bumi Kita

365
Romo A. Sukari, Pr berpose di depan gunungan hasil pertanian lokal pada persebahan umat KaPal.

HIDUPKATOLIK.COM -Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Agung Palembang (PSE KAPal) merayakan HPS ke-41, Minggu (16/10/2022) di Aula Gereja Katolik St. Yoseph, Palembang, Sumatera Selatan. Lebih dari 100 umat Katolik dari berbagai kelompok, mengikuti dua seminar yang bertemakan lingkungan hidup.

Seminar pertama, mengajak peserta membuat dan memanfaatkan ProMic, yang sangat berguna untuk kehidupan manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan dan seminar kedua dipaparkan Yulia, seoragn ahli membuat pupuk kompos. Perwakilan umat dari paroki-paroki se-Dekanat 1 Palembang mengikuti lomba sajian pangan lokal non beras.

Tim peserta lomba sajian makanan lokal non beras.

Romo Bonifasius Djuana, Ketua Komisi Pengemangan Sosial Ekonomi KaPal di dampingi Romo Ignasius Sukari menjelaskan bahwa tema umum yang diangkat dalam HPS tahun ini adalah Membangun Ketahanan Pangan dan Gizi. Sedangkan subtemanya, Mencintai Pangan Lokal yang Aman dan Sehat.

Adapun gerakan konkret HPS adalah bersolidaritas dengan menghimpun dana untuk mengatasi situasi rawan pangan, yang terjadi di berbagai tempat di tanah air.

Di KAPal, ada tiga acara yang diselenggarakan tahun ini, yaitu Perayaan Ekaristi, lomba sajian pangan lokal non beras, dan seminar.

Romo Bonifasius berharap dengan event ini, umat bisa mengola pangan dan bumi ini dengan lebih baik lagi, sehingga hidup manusia lebih sejahtera.

Romo Jatra Kelana sebagai juri sedang menilai hasil kreasi lomba pangan lokal non beras di Gereja St Yoseph Palembang.

Dalam ekaristi kudus yang dipimpin oleh Romo Bonifasius dan Romo  Sukari. Romo Sukari mengatakan Tema Hari Pangan Sedunia 2022 adalah ‘Leave NO ONE behind’ atau artinya ‘Tidak Meninggalkan Siapa pun  di belakang’.

Bentuk pelaksanaan dari tema ini yakni melalui produksi pangan yang lebih baik, nutrisi yang lebih baik, lingkungan yang lebih baik, dan kehidupan yang lebih baik.

Tema Hari Pangan Sedunia 2022 ini menyerukan solidaritas global untuk mengubah sistem agrifood dalam upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif, mengatasi ketidaksetaraan, meningkatkan ketahanan, dan mencapai pembangunan berkelanjutan.

Dalam situasi krisis ekonomi saat ini banyak jutaan orang di seluruh dunia tidak mampu membeli makanan sehat, menempatkan mereka pada risiko tinggi kerawanan pangan dan kekurangan gizi. Juga perubahan iklim global yang sangat cepat saat ini, peran pertanian terlebih sektor pangan sangat strategis.

Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku pengolahan ini perlu mendapatkan perhatian. Walaupun sektor pertanian sebagai penyangga pangan dunia, namun hampir semua usaha tani ini rentan terhadap perubahan iklim.

Oleh karena itu, perubahan iklim merupakan salah satu ancaman serius terhadap ketahanan pangan yang harus disikapi secara bijak.

Pemateri seminar pertama memberikan materi tentang ProMic. “ProMic merupakan sari buah fermentasi, yang menghasilkan konsorsium microba (probiotik) baik yang melengkapi microbioma tubuh kita. ProMic adalah pengembangan fermentasi dari umbi, buah, bunga, daun-daun yang digunakan dan dikembangkan selama 20 tahun secara alamiah. Tidak menggunakan gula atau tambahan kimia atau kultur, vegan, dan halal,” jelas Ivonne, yang mendapat penghargaan dari Gubernur Provinsi Sumatera Selatan tahun 2021, atas upayanya mengolah sampah dengan metode Biowash ProMic.

ProMic juga dapat digunakan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, seperti stroke, penyakit kulit, gagal ginjal, dan asam lambung.

Selain itu, ProMic juga dapat digunakan untuk menyelaraskan mikroba lingkungan hidup. Misalnya saja tanah tandus yang diberi ProMic, akan menjadi gembur.

Pada seminar kedua dipaparkan Yulia, yang ahli membuat pupuk kompos mengajak peserta yang hadir siang itu, untuk melakukan pertobatan ekologis. “Ada tiga dosa ekologis manusia. Pertama, manusia cenderung malas, membuang sampah sembarangan, konsumtif, menjadi penikmat saja. Kedua, manusia serakah dengan menebang hutan, mengakibatkan polusi udara, tidak mengola lahan tidur. Ketiga, membunuh dengan menggunakan pupuk dan pestisida sintesis, menggunakan deterjen berlebihan, menggunakan 7P pada makanan, penggunaan kemasan makanan dan minuman,” kata Yulia, mengawali materinya.

Yulia

Ketiga dosa ini menurut Yulia, membahayakan lingkungan hidup. Oleh karena itu, pertobatan ekologis sangat dibutuhkan. Ia menawarkan beberapa cara, yaitu dengan mengolah sampah organik dan an-organik.

Sampah organik, kata Yulia, dapat dijadikan eco-enzyme, sedangkan sampah an-organik dapat diolah untuk membuat ecobrick, semacam bata yang ramah lingkungan.

“Pertobatan ekologis dapat memulihkan bumi kita. Selain menyejukkan dan memulihkan bumi, serta menyehatkan tubuh, pertobatan ekologis juga dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Bisa mengelola pangan dan bumi ini dengan lebih baik lagi, sehingga hidup manusia lebih sejahtera,” kata Yulia.

Pemenang hasil lomba pangan lokal non beras.

Daris Awalistyo (Palembang)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini