HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 9 Oktober 2022 Hari Minggu Biasa XXVIII 2Raj.5:14-17; Mzm.98:1,2-3ab, 3cd-4; 2Tim.2:8-13; Luk.17:11-19
BACAAN-bacaan Kitab Suci pada Misa hari ini mengajarkan kepada kita, menurut pendapat saya ada banyak hal, namun secara khusus tentang penyembuhan yang berasal dari iman yang mendalam. Kata Yesus: “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau” (Luk. 17:19).
Setiap orang tak bisa lepas dari penderitaan. Inilah tanda keterbatasan manusia. Penderitaan itu menimpa manusia tanpa memandang latar belakang manusia: kaya atau miskin, laki-laki atau perempuan, pandai atau bodoh, terpandang atau tidak terpandang. Hal itu bisa dilihat lewat contoh Naaman, Panglima Raja Aram yang menderita penyakit kusta (2 Raj. 5:4).
Penderitaan manusia bukan hanya berasal dari penyakit, melainkan dari banyak hal lain. Tidak jarang manusia banyak menderita karena hatinya disakiti atau oleh penolakan dari sesama. Dan hal ini benar bahwa setiap penderitaan mampu diatasi atau dikalahkan oleh Allah yang mahakuasa.
Allah mampu menghancurkan segala kekuatan jahat yang menyebabkan manusia menderita. Allahlah sumber harapan hidup baru “Carilah Tuhan, maka kamu akan hidup” (Amos 5:6). Tetapi harus dikatakan bahwa penyembuhan oleh Allah hanya dapat terjadi bila seseorang yang menderita dan yang ingin disembuhkan, beriman. Hal ini ditunjukan oleh Naaman, Panglima Raja Aram, yang disembuhkan dari penyakit kusta. Kata Steve Jobs, Pendiri Apple Computer: “Terkadang kehidupan menghantam kepalamu dengan batu-bata, tetapi jangan kehilangan iman.”
Penyembuhan oleh Allah dilaksanakan bukan secara langsung, tetapi melalui utusan-utusan Allah, misalnya melalui Nabi Elisa pada Naaman (2 Raj. 5:14), dan terlebih melalui utusan Allah terutama yakni Yesus Kristus pada sepuluh orang kusta (Luk. 17:14).
Para utusan Allah pada umumnya yakni gereja dan para utusan Allah secara khusus seperti nabi Elisa, Rasul Paulus dan Timotius untuk mampu menyembuhkan sesama yang menderita, harus sepenuhnya percaya pada Allah, harus mengandalkan Allah Yang Mahakuasa dalam Yesus Kristus, harus “mati dengan Kristus” (bdk. 2Tim. 2:11). Para utusan Allah “karena pewartaan injil, seperti Rasul Paulus, menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat” (2 Tim. 2:9).
Penyembuhan yang berasal dari iman akan Allah membuat seseorang bertobat, seperti yang terjadi dengan Naaman. Ia meninggalkan dewa Baal dan menyembah Allah. Katanya “sekarang aku tahu bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel (2 Raj. 5:15). Hambamu ini tak lagi akan mempersembahkan kurban bakaran atau kurban sembelihan kepada allah lain kecuali kepada Tuhan (2 Raj. 5:17)”
Salah satu tanda pertobatan kepada Allah akibat penyembuhan dari penderitaan adalah tahu berterima kasih seperti yang dibuat oleh salah seorang dari sepuluh orang kusta yang disembuhkan oleh Yesus, “Seorang dari mereka Ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya (Luk. 17:15).
Memang, sayang sekali bahwa ada banyak orang yang sudah mendapat banyak berkat dari Allah, misalnya penyembuhan, namun tak tahu berterima kasih, sebagaimana dicontohkan oleh sembilan orang kusta yang disembuhkan oleh Yesus. Penyembuhan tak menyebabkan pertobatan dalam arti “memuliakan Allah” (bdk. Luk. 17:17-18).
Seringkali ungkapan terima kasih atas berkat dari Allah justru datang dari orang yang dipandang tak beriman. Seperti orang Yahudi yang selalu menganggap diri lebih beriman dari orang Samaria justru sering tidak tahu berterima kasih kepada Allah yang telah menganugerahkan banyak berkat kepada mereka.
Harus diakui bahwa untuk mampu berterima kasih kepada Allah yang telah mencurahkan banyak berkat, seseorang membutuhkan iman yang dalam.
“Terkadang kehidupan menghantam kepalamu dengan batu-bata, tetapi jangan kehilangan iman.” ~Steve Jobs
HIDUP, Edisi No. 41, Tahun ke-76, Minggu, 9 Oktober 2022