Berjalan Bersama Sang Panglima Surga

228

HIDUPKATOLIK.COM – Tidak berpuas diri dengan prestasi yang didapat, SMK Mikael terus mengembangkan diri. Sekolah vokasi ini menjadi tujuan untuk studi tiru dari SMK lain di dalam maupun luar negeri.

PASCA proklamasi kemerdekaan keadaan negara kita belumlah stabil. Para founding fathers kita masih terus menata bangsa ini diberbagai bidang. Selain itu, harus menghadapi berbagai ancaman baik dari Belanda maupun perpecahan yang timbul akibat pemberontakan. Bangsa yang kaya akan sumber daya alam ini menjadi modal utama dalam pembangunan. Bidang yang digenjot untuk membangun negeri ini adalah sektor pertanian.

Pada awal tahun 60-an, Pastor Henricus Wakkers, SJ, seorang imam Jesuit yang bertugas sebagai Pastor Paroki Purbayan sadar bahwa bangsa ini tidak akan bisa berkembang maksimal jika hanya mengandalkan sektor pertanian. Kondisi lahan pertanian yang semakin berkurang, kecakapan sumber daya manusia yang belum maksimal menjadi dasar utama dia untuk segera menemukan jalan baru bagi bangsa ini. Dia melihat peluang besar bagi kemajuan bangsa ini di sektor industri. Industri yang ada pada saat itu hanyalah pabrik-pabrik peninggalan masa kolonial yang sudah ketinggalan zaman.

Suasana SMK St. Mikael Surakarta zaman dulu. (Foto: Dok SMK St. Mikael Surakarta)

Sebagai anggota Serikat Jesus (SJ) yang memang sejak abad ke-16 menjadi salah satu pionir dunia dalam bidang pendidikan, dia berinisiatif untuk mendirikan sekolah. Bukan sekolah menengah umum seperti pada umumnya yang didirikan, melainkan sekolah kejuruan. Hal ini dilatarbelakangi bahwa bangsa ini butuh tenaga-tenaga ahli di bidang industrial. Tepat pada 1 Agustus 1962, Pastor Wakkers berhasil mendirikan STM yang diberi nama STM Kanisius dibawah naungan Yayasan Kanisius.

Pada awal perjalanannya dengan segala keterbatasan di masa itu, STM Kanisius meminjam gedung SD Kanisius Pasar Kliwon dan Gedung Paroki Purbayan. STM Kanisius menancapkan tonggak sejarah di bidang kejuruan dengan membuka dua jurusan yaitu Mesin Umum dan Bangunan Gedung. Pada waktu itu, jam sekolah berlangsung dari pukul 13.30 sampai pukul 18.50 WIB.

Selang setahun kemudian, STM Kanisius berpindah meminjam gedung SMP Kanisius II di Jalan Honggowongso. Wahyosudibyo, A. Sudirjo, Nico Suharjo, Inigo Sutarmo, Slamet Atmoprajitno, dan Tongaedi lah yang selalu setia berjuang bersama Henricus Wakkers, SJ untuk membangun bangsa ini melalui STM Kanisius.

Be The Light

Perjuangan Pastor Wakkers akhirnya menemukan jalan. Tepat pada 21 Mei 1964 didirikan Yayasan Karya Bakti yang menaungi STM Kanisius. Di tahun yang sama didatangkan mesin-mesin dari Eropa sehingga bisa lebih mempertajam kecerdasan dan keterampilan para siswa. Beberapa tahun kemudian, pimpinan STM Kanisius diserahkan kepada Pastor Chetelat, SJ yang memiliki latar belakang guru teknik. Selain mejadi Pimpinan STM Kanisius ia juga menjadi pastor pembantu di Paroki Purbayan.

Dibawah pimpinan Pastor Chetelat, STM Kanisius mulai berkembang pesat. Bahkan pada saat itu dia berkeinginan untuk mendirikan perguruan tinggi sebagai lanjutan pendidikan teknik. Pada 1 Januari 1967, berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah tertanggal Jakarta, 30 Desember 1966 No. 4464/BS/F.II nama STM Kanisius diubah menjadi STM Katolik Santo Mikael Bersubsidi Surakarta. Selang setahun didatangkan guru dari Swiss yang ahli di bidang manufaktur sebagai wujud keseriusan di bidang kejuruan.

Pancaran sinar Santo Mikael semakin terang dibuktikan pada tahun 1968 lewat pembelian tanah di Jalan Mojo No. 1 Karangasem, Laweyan, Surakarta. Dari situ dimulailah pembangunan gedung sekolah. Hanya butuh waktu dua tahun untuk menyelesaikan pembangunan. Tepat pada 1 Januari 1970, STM Katolik Santo Mikael Bersubsidi Surakarta pindah seutuhnya ke Karangasem dan juga jurusan Bangunan Gedung dihapus.

Di kampus baru ini akhirnya para siswa bisa melaksanakan kegiatan praktik secara penuh dibawah naungan Akademi Tehnik Mesin Industri (ATMI) saat para mahasiswa sedang mengikuti kelas teori. Porsi kegiatan praktik pun bisa semakin banyak. Selang setahun kemudian, pimpinan diserahkan kepada Pastor J. Casutt, SJ dan Pastor Amman, SJ sebagai wakil pimpinan yang kemudian digantikan oleh Pastor Almering, SJ.

Jiwa panglima Santo Mikael juga mengilhami para siswa di masa ini. Selain bersekolah pada masa awal di Karangasem, para siswa juga ikut membantu membangun infrastruktur. Alumni ATMI, Martin Tieseran mengatakan bahwa kabel telepon di Karangasem mengandung darah para mahasiswa ATMI dan para siswa STM. Mereka bahu-membahu ikut menggali tanah, menggergaji besi beton yang digunakan sebagai angker mesin, bahkan ada di antara mereka yang jempolnya harus tergilas saat memindahkan mesin. Kegigihan, kerelaan berkorban, dan kebersamaan ini menjadi nyata dan satu dengan semangat santo pelindung Malaikat Agung Santo Mikael.

Man of Steel

Pada tahun 1983, STM Mikael dapat membangun gedung baru di sisi timur. Setelah sekian lama, akhirnya STM Mikael bisa praktik sendiri tidak lagi meminjam bengkel ATMI. Selain untuk praktik para siswa, bengkel baru ini juga digunakan sebagai pelatihan para lulusan yang tidak melanjutkan studinya. Program ini diberi nama Pendidikan Pelaksana Teknik (PTT).

Progam ini memiliki tujuan agar para lulusan lebih siap di dunia industri. Selain itu, STM Mikael juga membuat program pelatihan bagi lulusan SMA yang ingin bekerja yaitu Pendidikan Dasar Teknik (PDT) dengan lama pelatihan satu tahun, kemudian dilanjutkan PTT selama dua tahun. Keberadaan bengkel baru menjadikan ‘Program link and match’ yang menjiwai pendidikan STM Mikael semakin nyata penerapannya.

Keberhasilan STM Mikael akhirnya mendapat perhatian dari Pemerintah Indonesia. Berdasarkan keputusan Dirjen Sekolah Dasar dan Menengah No.001/C/Kep./1.86 di tahun 1985, STM Mikael mendapatkan status disamakan. STM Mikael menjadi satu-satunya STM swasta di Jawa Tengah yang mendapatkan status tersebut.

Tidak berpuas diri dengan prestasi yang didapat, STM Mikael terus mengembangkan diri. Setelah mendapatkan status disamakan, STM Mikael mulai menerapkan STM Plus, yaitu dengan menambah jam terbang para siswa dengan menambah jam praktik gambar sebanyak 700 jam dan jam praktik mesin sebanyak 400 jam di kelas III. Program link and match yang dilaksanakan STM Mikael semakin mencuri perhatian pemerintah. Pada tahun 1995, Mendikbud RI (1993-1998), Wardiman Djojonegoro berkunjung ke sekolah. STM Mikael mendapatkan apresiasi tinggi dari pemerintah. STM Mikael akhirnya digandeng oleh pemerintah untuk banyak program kerja sama.

Sekolah Unggulan

Kepak sayap Malaikat Mikael semakin memperluas jangkauan kerja sama STM Mikael. Tahun 1997 terjadi perubahan nama menjadi SMK Katolik St. Mikael Surakarta. Pada tahun 2002 SMK Mikael ditetapkan oleh pemerintah sebagai “sister” dari IGI (Indonesia German Institute).

Siswa sedang praktik mesin. (Foto: SMK St. Mikael Surakarta)

Tidak berhenti disini, di tahun 2003 pada usianya yang ke-40, SMK Mikael berhasil menjadi SMK pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000 No. 01100018826 dari PT. TUV International Indonesia. Sekali lagi pencapaian SMK Mikael memang luar biasa. Hal ini dibuktikan dengan Surat Keputusan dari Badan Akreditasi Sekolah Provinsi Jawa Tengah No. 018/BASPROP/TU/I/2006 yang berisi SMK Mikael mendapatkan akreditasi A. Dengan demikian SMK Mikael menjadi “the first and the best” sekolah kejuruan di Indonesia. Sejak itu, SMK Mikael menjadi tujuan untuk studi tiru dari SMK-SMK lain di dalam maupun luar negeri.

Kemajuan SMK Mikael terus melesat. Pada tahun 2010an, mesin-mesin CNC mulai didatangkan untuk meningkatkan keterampilan para siswa. Memasuki usia yang ke-60 tahun, SMK Mikael menjadi SMK Pusat keunggulan. Sekali lagi SMK Mikael membuktikan tajamnya pedang Malaikat Mikael dengan diresmikannya salah satu mesin hasil kerja sama SMK Mikael, ATMI dan dunia industri oleh Wikan Sakarinto, Dirjen Vokasi Indonesia pada tahun 2021. Mesin tersebut diberinama CNC Leanturn.

Our Shield

Kedatangan Pastor Chetelat, SJ pada awal pendirian SMK Mikael melahirkan logo yang hingga saat ini menjadi logo resmi SMK Mikael. Logo yang terdiri dari tiga huruf CTE ini merupakan singkatan dari “Centre of Technical Education”. Logo ini merupakan visi dari SMK Mikael yang memiliki arti bahwa SMK Mikael ingin menciptakan calon-calon engineer (insinyur) yang kompeten.

Bentuk tiga lingkaran yang mengelilingi merupakan perwujudan dari tiga “core values” pendidikan Jesuit, yaitu competence, compassion, dan conscience. Competence memilik makna bahwa SMK Mikael ingin menciptakan lulusan yang benar-benar ahli di bidangnya. Compassion memiliki makna selain ahli juga memiliki kepedulian terhadap sesama dan concience bermakna bahwa hati nurani menjadi pedoman dalam berkarya.

Logo SMK Mikael terdiri dari empat warna yang setiap warnanya memiliki arti berbeda. Warna kuning melambangkan bahwa SMK Mikael adalah sekolah Katolik. Warna merah melambangkan keberanian menjadi pelopor pendidikan vokasi. Warna putih melambangkan ketulusan hati para pastor, pendidik, dan tenaga kependidikan dalam melayani para siswa. Dan warna ungu melambangkan perintis dimana para siswa siap dan berani berjuang untuk menjadi perintis.

Filipus Herlin Winandra

HIDUP, Edisi No. 39, Tahun ke-76, Minggu, 25 September 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini