Perlu Adaptasi dengan Kepemimpinan Penggembalaan Mgr. Rolly

189
Mgr. Rolly saat menerimakan Sakramen Krisma. (Foto : Lexie Kalesaran)

HIDUPKATOLIK.COM – Awalnya seperti sesuatu yang tidak lazim dilakukan, namun seiring berjalannya waktu, umat sudah mulai bisa beradaptasi dengan kepemimpinan penggembalaan Mgr. Rolly.

“TEPAT pada tanggal 17 Juli 2022, kepemimpinan Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untu, MSC memasuki usia lima tahun. Dalam kurun waktu tersebut, dalam pandangan kami sebagai awam merasakan perubahan yang cukup besar pada berbagai aspek mendasar dalam kehidupan menggereja.

Beberapa hal yang paling menonjol yaitu soal pengelolaan keuangan paroki, liturgi serta proses perencanaan program kerja dengan lika-liku proses penyusunan program kerja dan budgeting.

Penyusunan program kerja paroki dan budgeting merupakan sesuatu yang baru. Awalnya menjadi suatu masalah bagi setiap personil Dewan Pastoral Paroki yang diharuskan melalui proses yang cukup panjang dan menguras fisik dan pikiran karena harus terlibat dalam dinamika penyusunan hingga larut malam.

Demikian juga dengan pelaporan keuangan paroki yang tidak biasa-biasa lagi. Segala sesuatu yang tercatat sebagai pemasukan dan pengeluaran harus dipertanggungjawabkan dengan jelas dan detail.

Sebagai Ketua Seksi Komsos yang bertugas ‘merekam’ semua aktivitas dan dinamika di lingkungan Gereja, saya melihat bahwa selama lima tahu kepemimpinan Mgr. Rolly menjadi periode untuk menyesuaikan diri dengan sang gembala dengan berbagai terobosan yang telah, sedang dan akan dijalankan nanti.

Lima tahun ke depan dan selanjutnya, menjadi  tantangan bagi seluruh lapisan umat,  tak terkecuali Pengurus  Dewan Paroki, untuk terus berupaya menyesuaikan diri dengan gaya kepemimpinan Uskup.

Namun demikian, ada satu hal yang sepertinya belum tertata dengan baik, yaitu mengenai sejauh mana setiap paroki memelihara dan memlestarikan sumber daya sejarah paroki seperti dokumen tertulis, foto, benda dan lain sebagainya.

Padahal jika melihat ke belakang, Keuskupan yang waktu itu meliputi tanah Minahasa memiliki jejak sejaran yang hingga kini masih harus terus ditelusuri sebagai  suatu kekayaan masa lalu sebagai identitas masa sekarang dan akan datang.

Bagi saya, jika di paroki-paroki dalam Keuskupan tidak memiliki penataan dan pengelolaan arsip dan dokumen bersejarah, maka secara umum, identitas sejarah Keuskupan, baik masa lalu, masa kini dan akan datang akan terasa pincang.

Maka dirasa perlu agar Uskup dengan segala kewenangannya membuat suatu kebijakan bagi semua paroki untuk memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan sejarah. Saat ini, upaya untuk memelihara arsip, dokumen dan benda bernilai sejarah belum dikelola dengan baik dan merata. Upaya pelestarian nilai-nilai sejarah di setiap paroki ke depan juga perlu ditunjang dengan dukungan finansial yang proporsional sesuai dengan kemampuan paroki masing-masing.

Secara teknis, di setiap paroki perlu diadakan fasilitas berupa ruangan khusus untuk dokumen, arsip dan benda bersejarah yang bisa dikolaborasikan dengan perpustakaan dan museum sederhana dengan fasilitas pendukung lainnya.

Hanya dengan memelihara nilai-nilai sejarah, maka jati diri dan rasa bangga kita sebagai orang Katolik saampai kapanpun tidak  akan pernah luntur dan layak untuk terus menjadi sesuatu yang dibanggakan.

Kepemimpinan Mgr. Rolly, awalnya seperti sesuatu yang tidak lazim untuk dilakukan, namun seiring berjalannya waktu, umat sudah mulai bisa beradaptasi.”

Frangki Wullur, Ketua Komsos Paroki St. Petrus Langowan, Keuskupan Manado

HIDUP, Edisi No 27, Tahun ke-76, Minggu, 3 Juli 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini