Empat Keutamaan Mendengarkan dengan Telinga Hati

776

HIDUPKATOLIK.COM – Manusia pada umumnya dianugerahi telinga untuk mendengar. Dalam percakapan setiap hari, manusia selalu mengandalkan telinga untuk mendengar. Tidak hanya melalui percakapan, telinga berfungsi juga sebagai alat pendengaran dari sumber suara misalnya bunyi kendaraan, mesin elektronik, air mengalir, dll. Jika telinga masih berfungsi dengan baik, niscaya baik pula indra pendengaran.

Dalam sebuah literasi perpustakaan digital Gramedia tentang Mengenal 5 Panca Indera Manusia Beserta Struktur dan Fungsinya menerangkan, fungsi telinga dibagi menjadi dua, yaitu mendengarkan bunyi dan keseimbangan tubuh. Keseimbangan yang dimaksud adalah informasi yang diterima oleh telinga dapat disampaikan ke otak dengan seimbang. Berkat fungsi keseimbangan ini maka perubahan kecepatan bunyi dapat diatasi dengan baik.

Dalam hal ini manusia selalu membutuhkan pendengaran yang baik agar bagian otak dapat merespon apa yang didengar secara seimbang. Dengan keseimbangan yang tercipta, maka percakapan akan berjalan dengan baik alias nyambung. Bila terjadi percakapan yang tidak seimbang, berarti ada sesuatu yang menghambat. Percakapan yang tidak seimbang berarti tidak adanya respon balik atau lawan bicara terlambat merespon dan kecepatan bunyi akhirnya tidak bisa diatasi dengan baik (lihat fungsi telinga menurut perpustakaan digital gramedia).

Contoh Penghalang Komunikasi

Berikut ini adalah contoh pendengaran yang tidak seimbang. Ada seorang guru sedang mengajar di kelas. Beberapa siswa memperhatikan apa yang di sampaikan oleh gurunya, tapi ada juga siswa yang berbincang bersama teman sebelahnya. Ada juga siswa lainnya justru asyik dengan dunianya sendiri membayangkan media sosial miliknya mendapat tanggapan dari nitizen, sebab beberapa saat sebelum masuk kelas, ia baru saja mengunggah video lucu.

Tingkah para siswa yang tidak menyimak pelajaran mengakibatkan mereka tidak tahu apa yang di tugaskan oleh gurunya. Contoh lain ketika terjadi pendengaran yang tidak seimbang yaitu pada peristiwa  seorang ibu meminta anaknya mengambilkan sapu di halaman. Si anak hanya menjawab iya tapi tidak segera datang membawa sapu. Rupanya si anak sedang bermain gim di kamar.

Demikianlah yang terjadi bila pendengaran tidak seimbang. Peristiwa diatas menandakan adanya suatu penghalang dalam sebuah komunikasi. Penghalang dalam kasus pertama, ialah siswa yang mengobrol atau siswa yang sedang asyik dengan dunianya sendiri.

Penghalang yang kedua ialah perangkat gim yang mengakibatkan si anak tidak segera menuruti ibunya. Oleh karena itu, baik siswa yang mengobrol atau pun anak yang bermain gim membutuhkan sikap fokus mendengar. Yang berarti para siswa memberi perhatian penuh kepada guru yang mengajar di kelas. Begitu pula anak yang bermain gim di kamar, sudah seharusnya meletakkan perangkat gimnya dan bergegas mengambilkan sapu.

Bukan Mendengar Tapi Mendengarkan

Mendengarkan dengan Telinga Hati, demikian pesan Paus Fransiskus menjadi tema pada Hari Komunikasi Sosial Sedunia Ke-56 tanggal, Minggu, 29 Mei 2022. Membaca dengan seksama pesan tertulis beliau yang cukup panjang dalam terjemahan bahasa Indonesia, sepertinya ada keprihatinan dewasa ini dalam hal mendengarkan antar sesama.

Sudah selayaknya beliau yang dikenal sebagai pencinta damai segera tergerak atas keprihatinan yang timbul. Apalagi sekarang jika kita membaca dan mengikuti berita di dunia, banyak peristiwa dunia yang kemudian berujung pada sebuah konflik. Berita perang Rusia – Ukraina misalnya, tiada kunjung usai.

Bukan maksud selesai dalam arti menang dan kalah, tapi bagaimana kedua negara yakni Rusia – Ukraina bisa berdamai. Beberapa kali sempat di upayakan perundingan, tapi nyatanya selalu gagal. Seolah ada kepentingan pribadi diatas kepentingan masyarakat. Begitu jelas ke-egoisan mengalahkan kerendahan hati.

Informasi terbaru dari sumber kompas.com memberitakan “Perundingan Damai antara Rusia dan Ukraina Terhenti, Keduanya Saling Menyalahkan”, (berita tanggal 18 Mei 2022). Entah sampai kapan ada damai di antara mereka, mari kita doakan bersama.

Mendengarkan Dengan Telinga Hati

Kembali pada bukan mendengar tapi mendengarkan. Mendengar saja tidak akan cukup, tapi harus dengan sikap mendengarkan yaitu fokus dan seksama. Fokus mendengar berarti mengalihkan semua pikiran di luar dan hanya berpusat pada apa yang didengarkan. Mendengarkan dengan seksama berarti memberikan hati, yaitu memberi perhatian pada apa yang didengarkan.

Bila perlu bertatap mukalah saat mendengarkan. Sebab dengan cara ini, selain sebagai bentuk sikap menghargai sesama manusia, juga sebagai cara menghindari penghalang ketika sedang mendengarkan. Menjadi keistimewaan ketika mendengarkan dengan hati yaitu meredam gejolak emosi negatif misalnya marah.

Mendengarkan dengan hati akan memampukan setiap manusia menampung dan meresponnya tanpa kemarahan dan dendam. Mendengarkan dengan hati berarti mau menyambut dengan kepala dingin, sebab hati telah menjadi telinga atas apa yang sedang di dengarnya.

Dalam banyak kasus atau konflik yang terjadi berkepanjangan, beberapa orang pun selalu mengajak untuk berbicara dari hati ke hati agar masalah bisa di selesaikan dengan baik tanpa merugikan salah satu pihak.

Contoh masalah berikut ini menggambarkan betapa posisi hati berperan dalam sikap mendengarkan. Salah satu media ternama kompas.com misalnya yang di unggah tanggal 23 April 2009 dengan judul berita “JK-Mega Akan Bicara dari hati ke hati”.

Atau masalah korupsi yang sempat menyeret lembaga KPK di beritakan media Kompas TV hari Selasa tanggal 15 Maret 2022 dengan judul “Didatangi Firli Bahuri, Gus Yahya: Dari Hati ke Hati, Bicara Korupsi dan KPK”.

Dari judul kedua pemberitaan tersebut kita bisa menangkap bahwa ada masalah yang harus diselesaikan oleh para pejabat publik. Ada persoalan yang harus selesai agar tidak berlarut dan menjadi penghambat di suatu hari nanti.

Untuk itu melalui pembicaraan dari hati ke hati diharapkan ada sikap saling mendengar bukan dengan telinga tetapi kini dengan hati yang menjadi tempat bagi telinga.

Keutamaan Mendengarkan dengan Telinga Hati

Membaca kembali uraian diatas, betapa posisi hati menawarkan banyak keutamaan yang pada akhirnya memberikan kita nilai positif nan bermanfaat. Sangat beruntunglah kita bila mendapatkan keutamaan yang ternyata ada dalam sikap mendengarkan dengan hati.

  1. Menghargai Sesama

Banyak cara bisa dilakukan untuk menghargai sesama. Salah satunya ialah mendengar dengan hati. Sebab dengan cara ini kita sedang fokus dan seksama mendengarkan orang lain.  Dengan hati untuk mendengarkan, sebenarnya kita sedang menerima orang lain secara terbuka. Tiada penghalang apapun karena kita memberikan perhatian 100 % kepada sesama.

Dalam rangka menerapkan konsep memanusiakan manusia ialah, sebuah perusahaan akan melakukan salah satu cara yaitu “Mendengarkan masukan dan pendapat orang-orang di dalam perusahaan dan berusaha memahami keinginan mereka untuk didengar dan dihargai sebagai manusia seutuhnya” (Sumber Artikel varashcareer.id 29 Mei 2020; Apa Sih Itu Memanusiakan Manusia,).

  1. Mengajarkan Kerendahan Hati

Selain menghargai sesama, keutamaan berikutnya ketika mendengarkan dengan hati ialah kita sedang diajarkan sikap kerendahan hati. Dengan fokus mendengarkan orang lain, sebenarnya kita sedang memberi waktu kepada orang lain dan kita menyadari betapa ada kekurangan dalam diri kita. Untuk itu maka kita membutuhkan pengetahuan baru yang dimiliki orang lain dan kita mendengarkan mereka.

Menurut sumber  Wikipedia, Kerendahan hati (Inggris: humility) artinya ialah suatu sikap menyadari keterbatasan kemampuan diri, dan ketidakmampuan diri sendiri, sehingga dengannya seseorang tidaklah mengangkuh, dan tidak pula menyombong.

  1. Membangun Demokrasi

Secara resminya pengertian demokrasi menurut para ahli salah satunya bernama Abraham Lincoln mengatakan, demokrasi ialah pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Suatu negara yang menganut azas demokrasi akan selalu mengutamakan kepentingan rakyat. Salah satunya mengadakan pemungutan suara untuk menentukan pemilihan kepala negara atau presiden. Pemungutan suara di artikan sebagai mendengar suara rakyat.

Dalam skala kecil, saya lebih memaknai demokrasi sebagai pembicaraan dari hati ke hati, atau mendengarkan dengan hati. Sebagai mahluk sosial tentunya kita akan sering berjumpa dan berkomunikasi dengan orang lain. Bahkan tidak jarang terjadi gesekan- gesekan diantara sesama manusia sebagai dampak kebersamaan. Dalam situasi inilah sikap mendengarkan dengan hati menjadi solusi terbaik.

  1. Introspeksi diri

Dalam banyak pengertian kata intropeksi selalu mengarah kepada sikap menyadari kesalahan dan kekurangan diri. Orang akan mudah mengatakan “kamu harus intropeksi diri .. “ mana kala melihat orang lain mengalami kesalahan atau kegagalan.

Dengan mau mendengarkan menggunakan hati sebagai telinga, Sebenarnya kita diajak untuk intropeksi diri. Masuk kedalam hati melihat dan mendengar apa yang terjadi. Sebab hati adalah tempat untuk merekam, menyimpan dan mengolah.. Dengan telinga ditempatkan dalam hati, membantu kita mendengarkan dan merenungi apa yang telah kita alami. Dan akhirnya memampukan kita menyadari kesalahan.

Demikian empat keutamaan bila kita mendengarkan dengan telinga hati. Semoga setiap pembaca yang budiman mendapatkan manfaat positif dengan mulai membiasakan diri mendengarkan dengan hati. Dan semoga pesan bapa Paus Fransiskus menjadi nyata terlaksana ditengah dunia dan kita yang acapkali masih suka dan terbiasa mendengar daripada mendengarkan.

Semoga!

Yulius A. Purwanto

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini