Uskup Banjarmasin, Mgr. Petrus Boddeng Timang: Kuasa Pemulihan Yesus Yang Bangkit

356
Petrus Boddeng Timang, Uskup Keuskupan Banjarmasin

HIDUPKATOLIK.COM – Renungan Minggu, 1 Mei 2022 Hari Minggu Paskah III, Kis.5:27b-32, 40b-41; Mzm.30:2,4,5,6,11,12a,13b; Why.5:11-14; Yoh.21:1-19 (singkat Yoh 21:1-14).

Injil hari ini mengisahkan penampakan Yesus yang ketiga (ay. 14). Penampakan pertama terjadi di Yerusalem (Yoh. 20:19) dan yang kedua, “delapan hari kemudian” (ay. 26) juga di Yerusalem. Penampakan kepada Maria Magdalena tidak dihitung; Maria Magdalena (Yoh. 20: 11-18) mula-mula tidak mengenali Yesus (ay. 14) walaupun kemudian dia bersaksi “Aku telah melihat Tuhan” (ay. 18).

Yesus yang bangkit mendatangi murid-murid-Nya. Seperti pada kesempatan sebelumnya, Yesus tidak mereka kenali. Setelah keajaiban penangkapan ikan yang luar biasa banyak jumlah dan macamnya, barulah mereka menyadari bahwa kuasa Tuhan sedang meliputi mereka. Ahli-ahli penangkap ikan di danau Tiberius itu semalaman gagal menangkap seekor ikan pun. Berkat kehadiran dan atas perintah Yesus, saat hari mulai siang mereka bersukacita karena panen ikan yang berlimpah, 153 ekor ikan-ikan besar, sebanyak jenis ikan yang mereka kenal.

Keajaiban itu “membuka” mata “murid yang dikasihi Yesus” yang berseru kepada Petrus, rekan kerjanya: “Itu Tuhan” (ay.7). Yohanes mengenali Yesus, orang asing yang berdiri di pinggir danau yang memerintahkan mereka untuk sekali lagi membuang jala ke danau. Tetapi Petruslah orang pertama yang segera meninggalkan perahu, terjun ke danau dan menjumpai Yesus di pantai. Petrus pula yang pada kesempatan lain dengan tegas dan berani bersaksi di depan Mahkamah Agama Yahudi. Lihat Kis.5:30-31, Bacaan I.

Tatkala Yesus hadir, para murid dipulihkan kemampuan dan keberaniannya. Dia sudah wafat tetapi ternyata hidup kembali dan hadir di tengah-tengah mereka. Petrus adalah orang pertama yang mengalami dampak kehadiran Yesus itu. Proses pengampunan dan pertobatan sedang berlangsung dalam dirinya. Ada banyak hal dalam dirinya yang perlu dibereskannya.

Perjumpaan dengan Yesus membangkitkan keberaniannya untuk mewartakan Yesus dengan berkobar-kobar. Sama sengitnya ketika karena ketakutan, dia menyangkal Yesus di muka umum dengan bersumpah, “Aku tidak kenal orang yang kamu sebut-sebut ini” (Mrk. 16:71). Petrus pernah juga mencoba berjalan di atas air untuk menjangkau Yesus. Namun dia ketakutan dan hampir tenggelam (Mat. 14: 26-30). Yesus mengulurkan tangan kepadanya dan bersama-sama mereka naik ke perahu. Gelombang danau berhenti, angin pun reda.

Petrus nelayan yang akrab dengan gelombang danau dan angin sakal yang bertiup dari arah barat ternyata masih ketakutan karena ancaman petaka air danau di kala gelap. Di malam gelap itu jalanya kosong. Sebagai nelayan kawakan dia gagal menangkap ikan.

Saat matahari terbit menggantikan kegelapan malam, Yesus memerintahkan dia untuk menebarkan jalanya. Dalam nama Yesus, jala pun penuh dengan ikan. Sukacita kembali meliputi hatinya. Sukacita itu disempurnakan manakala ketulusan kasihnya diuji sampai tiga kali oleh Yesus dengan pertanyaan: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” (ay 15.16.17). Dengan mantap Petrus menjawab: “Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau” (ay. 17).

Dari air danau yang seringkali dipandang sebagai ancaman dan sumber bencana (air melambangkan kuasa kejahatan) Petrus menghela jala penuh ikan. Kendati ikan yang tertangkap sebanyak itu jalanya tidak koyak (ay. 11). Tak seorang pun dikecualikan dari keselamatan yang Yesus tawarkan.

Pentakosta sudah mulai, semua orang dari berbagai suku, bangsa, budaya dan agama termasuk dalam rencana keselamatan Allah. Semuanya dipulihkan dari kegagalan dan kegelapan masa lampau. Apa yang lampau dibersihkan dan ditebus, penyangkalan diampuni, maut dapat dikalahkan. Terbuka peluang untuk diselamatkan dari tubir kematian dan bangkit untuk kehidupan baru.

Keajaiban itu terjadi pula atas kita yang berhimpun di sini dalam nama Yesus. Mujizat penangkapan ikan dan pemulihan keadaan dapat terjadi juga dalam diri kita, keluarga, komunitas Gereja dan bangsa kita dan umat manusia seluruhnya. Terbuka bagi kita kesempatan untuk bersukacita karena maut dan ketakutan sudah disingkirkan dari tengah-tengah kita. Kita diperkenankan menyukuri dan merayakan bersama kehadiran Tuhan di sini di tengah-tengah kita. Allah adalah kasih, Deus Caritas Est.

“Semua orang dari berbagai suku, bangsa, budaya dan agama termasuk dalam rencana keselamatan Allah.”

HIDUP, Edisi No.18, Tahun ke-76, Minggu, 1 Mei 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini