ALLAH BUKAN ALLAH YANG PEMARAH

549

HIDUPKATOLIK.COM – Sebuah pengalaman tinggal dengan almarhum Romo Lubbers, OSC

Saya pernah mengalami apa artinya pengampunan. Pada tahun 1994 saya menyelesaikan studi Filsafat dan Teologi. Saya kemudian tinggal dengan Alm Romo Lubbers, OSC di Paroki Buah Batu – Bandung, sebelum ditahbiskan menjadi imam.

Pastor Lubbers, OSC berasal dari Belanda. Pada suatu hari saya membuat kesalahan dalam menulis di buku baptis. Saya ketakutan sekali.

Saya yakin bahwa Romo Lubbers akan sangat marah kepada saya. Akan tetapi, apa yang saya takuti itu ternyata tidak terjadi.

Ketika saya menyampaikan kesalahan saya tersebut, Romo Lubbers dengan tersenyum menjawab : “Tidak apa-apa. Saya sudah tahu bahwa engkau pada suatu saat pasti akan membuat kesalahan. Memang engkau dikirim ke sini agar dapat membuat kesalahan. Dengan membuat kesalahan, engkau dapat melakukannya lagi dengan lebih baik”.

Sejak itu saya mengagumi beliau. Walaupun banyak orang mengatakan bahwa Romo Lubbers adalah keras dan galak, bagi saya beliau adalah seorang imam yang lembut dan penuh kasih sayang.

Pengalaman di atas membuat saya memahami bahwa Allah kita adalah bukan Allah yang pemarah. Ia bukan pemarah bukan berarti Ia tidak pernah marah.

Allah pasti marah atas dosa-dosa kita, ketidaksetiaan kita, dan pemberontakan kita.

Namun demikian, kemarahan-Nya segera mereda karena belaskasihan-Nya berlimpah. Ia senantiasa siap mengampuni kita.

Pengampunan-Nya semanantiasa tersedia bagi kita asalkan kita tidak menyembunyikan dosa-dosa kita dihapanNya. Ia memahami kita.

Memahami tidak berarti Ia menyetujui dosa kita, tetapi Ia memahami kelemahan daging kita. Ia juga mencurahkan kuasa-Nya sehingga kita dapat berbalik arah dari dosa-dosa kita.

Kita sudah sering mendengar bagaimana bangsa Israel melayani Allah dan menikmati berkat-berkat-Nya. Namun demikian, bangsa Israel juga sering berpaling daripadaNya dengan memberontak dan tidak setia kepadaNya.

Akan tetapi, Ia juga segera mengampuni mereka dan memulihkan berkat-berkat mereka sebagai bangsa pilihan-Nya. Ia mengampuni mereka dan mengembalikan keistimimewaan mereka ketika mereka kembali kepadaNya dengan hati yang tulus dan penuh penyesalan.

Kesimpulan dari permenungan ini: Allah adalah Bapa yang penuh belaskasihan dan cinta sehingga senantiasa akan mengampuni kita. Ia memahami kelemahan kita. Kelemahan kita itu membuat kita tidak mungkin senantiasa hidup di jalan yang lurus.

Karena itu, Ia mengutus Putera-Nya yang tunggal untuk menebus dosa-dosa kita.

“Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu”(Mzm. 103:12-14).


Romo Felix Supranto, SS.CC, Kepala Paroki St. Odilia, Tangerang Selatan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini