HIDUPKATOLIK.COM – Pekan Biasa XXXIV, Dan.7:2-14; T. Dan. 3:75-81; Luk. 21:29-33
MEMBACA tanda alam itu disebut juga kearifan alamiah. Di masa lalu maupun kini, para petani sangat peka akan tanda alam. Petani yang menggantungkan hidupnya pada pertanian, membaca tanda alam kapan mulai menggarap ladang atau sawahnya, kapan harus mulai menabur, bertanam, menyiangi, dan memanen. Kepekaan petani terhadap bahasa alam untuk menolongnya mengambil sikap dan bertindak. Lewat perumpamaan dengan fenomena alam ini, Yesus hendak mengajak para pendengar-Nya untuk memiliki
ketajaman spiritual yaitu mendasarkan hidup pada sabda Allah. “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Luk. 21:33).
Memang Sabda Allah senantiasa relevan menyapa manusia sepanjang masa. Semuanya akan berlalu, hari berganti hari, hari kemarin sudah lewat, hari ini diganti hari esok, demikian seterusnya. Hidup manusia pun akan berlalu. Sabda Tuhan akan tetap, maka harus jadi pedoman dan pegangan hidup. Mendasarkan hidup atas sabda Allah untuk menghidupi hidup dan menantikan Kerajaan Allah. Sabda Allah sungguh hidup dan menyapa manusia sepanjang masa. Berbahagialah orang yang mendengar, merenungkan, dan melaksanakannya dalam hidupnya.
Pastor Octavianus Situngkir, OFMCap , Komisi Kateketik Keuskupan Agung Medan (KAM)