Lomba Karya Tulis Ilmiah Perguruan Tinggi Katolik: Usaha Menguatkan Moderasi Beragama

163
Grand Final Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI)/Dok. Bimas Katolik

HIDUPKATOLIK.COM – BERSAMAAN dengan Hari Toleransi Internasional, kegiatan Grand Final Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik resmi ditutup oleh Menteri Agama diwakilkan Staf Ahli Menteri Agama Bidang Manajemen Komunikasi dan Informasi Albertus Magnus Adiyarto Sumardjono, Selasa, (16/11).

Dalam sambutannya, Dirjen Bimas Katolik Yohanes Bayu Samodro menyampaikan harapannya terkait moderasi beragama di Indonesia. Menurutnya, Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementrian Agama merasa penting menyampaikan harapan-harapan bagi terciptanya moderasi beragama di Indonesia sebagai negara yang beranekaragam suku, agama, ras, dan budaya.

Dalam konteks Hari Toleransi Internasional, Dirjen menunjukkan betapa pentingnya toleransi bagi umat beragama dunia khususnya di Indonesia. Sebutnya, toleransi harus diciptakan untuk kebaikan dan kemajuan di segala bidang kehidupan manusia. “Jadilah orang yang toleran terhadap segala bentuk perbedaan yang ada di sekitar kita,” ajak Bayu.

Lanjutnya, toleransi adalah bagian penting dari moderasi beragama. Dengan sikap dan pandangan yang tidak berat sebelah atau tidak berlebih-lebihan, maka akan tercipta toleransi.

Kepada Menteri Agama, Dirjen melaporkan bahwa LKTI tak lain bertujuan untuk mendukung serta menguatkan moderasi beragama sebagai satu program prioritas Kementerian Agama.

Menurutnya, moderasi beragama dapat diukur dari empat indikator antara lain: akomodatif terhadap budaya lokal, antikekerasan, komitmen kebangsaan, dan toleransi menjadi kajian para mahasiswa melalui penelitian lalu selanjutnya dituangkan dalam karya ilmiah dan dilombakan.

Sementara itu, lbertus Magnus Adiyarto Sumardjono mewakili Menteri Agama mengatakan apresiasinya terhadap LKTI mahasiswa dengan tema Moderasi Beragama yang diikuti 71 orang dari 21 Perguruan Tinggi Keagamaan Katolik.

“Penguatan Moderasi Beragama merupakan hal yang sangat urgen diwujudkan. Cara beragama kita harus dikembalikan ke jalan tengah, jalan yang mendepankan esensi agama yaitu jalan memanusiakan manusia,” ungkap Albertus.

Albertus secara gamblang menegaskan bahwa memanusiakan manusia berarti menerima kemanusiaan orang lain sebagai ciptaan Tuhan. Setiap agama mengajarkan bahwa manusia diciptakan baik adanya untuk hidup di dunia ini. Kita diajarkan untuk mengasihi Allah yang tidak kelihatan lewat makhluk-Nya yang kelihatan.

“Saya ada, jika saya bertanggung jawab atas keberadaan yang lain. Artinya kita semua memiliki tanggung jawab atas kemanusiaan sesama,” jelas Albert mengutip Emanuel Levinas seorang filsuf kontemporer.

Albertus menyampaikan harapan Menag agar Perguruan Tinggi Keagamaan di lingkungan Kementerian Agama dapat menjadi pelopor dan penggerak moderasi beragama dalam dunia akademik dengan menguatkan pemahaman dan pengamalan cara beragama yang moderat dalam diri para mahasiswa, sehingga para mahasiswa menjadi duta moderasi beragama dalam hidup berbangsa dan bernegara.

“Jangan lelah mencintai Indonesia. Caranya bagaimana? Caranya dengan menguatkan moderasi beragama, jalan tengah, jalan memanusiakan manusia,” tutup Albert.

Yusti H. Wuarmanuk

Laporan: Dirjen Bimas Katolik

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini