HIDUPKATOLIK.COM – KREASI Virtual Katolik Indonesia (KVKI) menjadi kegiatan untuk menampung animo berpesparani yang sudah dirasakan di berbagai daerah. Tidak lupa juga peran dari Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Daerah (LP3KD), yang sudah menantikan KVKI sebagai kegiatan antara menuju Pesparani II yang akan dilaksanakan tahun 2022 di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
KVKI 2021 membawa semangat dan energi baru dari tiap daerah. LP3KD memberi apresiasi terhadap hadirnya KVKI ini. Pandemi tidak menghalangi umat Katolik untuk berkreasi. Hal ini dirasakan oleh LP3KD Aceh, Gorontalo, NTT, dan Papua.
Kesan Pertama
Perencenaan KVKI 2021 sempat menjadi pertanyaan dari LP3KD. Mengapa diberi nama Kreasi Virtual Katolik Indonesia? Pertanyaan itu muncul dari Anselmus Panggal, Ketua Umum LP3KD Aceh. “Awalnya kami bingung kenapa namanya KVKI seperti itu. Mengapa tidak diberi nama Pesparani online saja. Tetapi, saya pikir pihak LP3KN sudah mengambil langkah yang matang untuk menghadirkan kegiatan ini agar terlaksana,” tuturnya.
Bagi Frans Salem, Ketua Umum LP3KD NTT, KVKI 2021 sebagai pemicu dan pendorong baru LP3KD untuk mulai aktif mengikuti persiapan perlombaan. “Kami senang dengan KVKI yang menghidupkan semangat di daerah-daerah untuk bangkit dari kondisi pandemi, dengan cara cerdas yang dikemas oleh LP3KN bersama panitia,” tuturnya.
LP3KD NTT merasakan semangat anak-anak berlatih untuk mengikuti lomba KVKI 2021, walaupun harus membagi waktu dengan sekolah. “Anak-anak yang ikut lomba CCR itu masih sekolah. Kami mencoba berkoordinasi dengan panitia, sehingga saat lomba berlangsung mereka dapat izin. Kalau waktu latihan lomba mereka menyesuaikan dengan pembelajaran sekolah,” ungkap Frans Salem.
Pada kesempatan yang sama, F.X. Motte, Ketua Umum LP3KD Papua menyampaikan adanya dua masalah yang dipikirkan, pertama PON Papua dan KVKI 2021. “Kami, para pejabat lebih fokus mengurus PON, jadi saat mendengar KVKI ini tidak terlalu fokus. Tetapi kami sebagai umat Katolik harus mengikuti apa yang sudah disepakati secara nasional,” tuturnya.
Para peserta merasa kurang puas dengan perlombaan online. Mereka merasa tidak bisa bertemu secara langsung dengan para lawan dan suasana terasa semu. Namun bagi Motte, KVKI ini bukan soal perlombaan menang atau kalah tetapi pembaharuan iman yang dirasakan. “Kami sampaikan pada mereka kalau KVKI ini virtual. Zaman sekarang sudah pakai teknologi baru, mau tidak kamu peserta dari kabupaten harus menguasai. Kita tidak punya masalah kalau tentang itu, tetapi hanya kendala sinyal,” tutur Motte.
Bukan Penghalang
KVKI 2021 di ikuti oleh 34 provinsi Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Peserta lomba direkrut di daerah masing-masing yang diseleksi untuk maju ke tahap nasional.
Aceh merupakan provinsi yang memiliki jumlah Katolik sedikit, hanya sebesar 5,023 jiwa. Ketua LP3KD Aceh, Anselmus Panggal tidak merasa kesulitan merekrut peserta lomba. “Di Aceh cuma ada dua paroki, Banda Aceh dan Lawe Desky. Jadi kami tidak terlalu sulit untuk mencari peserta, hanya saja jarak dua paroki berjauhan. Karena kondisi di Aceh zona merah jadi tidak ada proses seleksi. Maka, ami ambil peserta dari stasi-stasi, tetapi kami bisa mengikuti berbagai macam lomba,” tutur Anselmus kepada HIDUP, Rabu, 15/10/2021.
Bagi Anselmus, inilah langkah yang harus diambil untuk mendukung LPK3KN dalam KVKI 2021. Ia tidak memikirkan menang atau kalah, tetapi bisa tampil dan memeriahkan kegiatan ini.
Hal yang sama dialami LP3KD Gorontalo. “Gorontalo cuma ada satu paroki di satu provinsi. Jadi, bisa dibayangkan. Paroki baru, diproses pemekaran dua tahun belakangan ini, dan jaraknya itu jauh. Di sini jumlah umat sangat sedikit sehingga merekerut peserta sangat mudah. Kami hanya fokuskan paroki yang ada di pusat kota,” ujar Krist Edison Nowinrian selaku Sekretasis Umum LP3KD Gorontalo.
Anak Muda
Bagi sebagian orang, berkompetisi dapat membawa rasa takut atau pesimis karena perlu mengerahkan segenap kemampuan, dan masuk dalam proses yang lama berhadapan dengan orang yang lebih unggul. Namun bagi para pihak LP3KD, kompetisi lomba KVKI 2021 justru membuat para peserta bersemangat mengasah karakter, mental, dan kemampuan untuk menjadi lebih baik.
Seperti yang disampaikan oleh Ignatius Kardinal Suharyo dalam Opening Ceremony KVKI 2021, kita membawa kegiatan ini dengan sukacita sebagai puji kemuliaan Tuhan. “Kegiatan ini dilakukan dengan penuh kegembiraan dan sukacita dan penuh syukur. Semoga Tuhan memberkati usaha-usaha kita menerima apapun yang kita hasilkan sebagai pujian kemuliaan bagi-Nya dan semua yang kita lakukan dan kita usahakan dengan tulus menjadi berkat bagi Gereja dan bangsa kita,” tuturnya.
Apresiasi diberikan oleh LP3KD untuk para peserta. Hal ini dilakukan untuk memberikan semangat bagi anak-anak muda Katolik yang bisa dikatakan sebagai generasi penerus. “Di Alor, anak-anak yang mewakili NTT, setelah ikut lomba kami minta tampil di gereja. Setelah Misa, mereka diberi kesempatan tampil cerita bertutur Kitab Suci. Ini adalah memotivasi anak-anak bahwa mereka bisa. Artinya. Kegiatan virtual ini mendorong daerah untuk tampil,” ungkap Frans Salem. Selain mengikuti KVKI, LP3KD NTT berencana akan mengadakan kegiatan lomba-lomba di daerah untuk mendorong dan memotivasi anak muda Katolik.
Sedangkan LP3KD Aceh memberikan apresiasi penuh untuk para peserta, mendampingi dari awal proses lomba. Para peserta juga diberikan baju adat Aceh sebagai wujud tidak melupakan budaya daerahnya. “Kami beri mereka baju adat Aceh yang sederhana. Saat tampil setiap tim memakai baju itu. Kalau kami ada budget, maka akan dibuat satu kegiatan pembinaan dan pendampingan dengan melibatkan para peserta agar anak-anak senang dan semangat,” ujar Anselmus .
Jangan Ditunda Lagi
Keyakinan Indonesia bisa melalui pandemi Covid-19 dirasakan oleh para pihak LP3KD. Hal ini membawa harapan Pesparani II bisa digelar offline. Motte berharap KVKI dievaluasi bersama-sama LP3KN dan LP3KD sehingga Pesparani dapat mengundang apresiasi lebih dari umat.
“Semoga saja tahun depan kegiatan bisa offline, bertatap muka secara langsung. Karena rasa kekeluargaan sangat berbeda. Peserta lomba tidak dapat bertemu langsung. Kalau offline kan bisa ngobrol dan tahu siapa yang menjadi lawannya,” ujar Motte.
Harapan yang sama juga disampaikan Krist Edison Nowinrian. “Kita bisa kumpul bersama-sama saudara-saudari kita dari seluruh Indonesia. Kita bisa saling menyapa dan bersahabat untuk sharing pengalaman masing-masing. Pokoknya kita bisa saling menguatkan,” tuturnya.
Pesparani II di Kupang terjadi penundaan. LP3KN mengadakan kegiatan LP3KN Virtual Choir Festival (LVCF) dan Kreasi Virtual Katolik (KVKI) untuk mengisi kekosongan waktu. Frans Salem berharap tidak ada penundaan lagi. “Jadi kita harus rundingkan dengan LP3KN tentang format yang akan diadakan untuk Pesparani II. Kita tidak tahu Covid-19 ini bisa naik lagi. Berharapnya juga jika terjadi kenaikan kasus masih bisa dilakukan offline dengan tetap patuh protokol kesehatan,” tuturnya.
Hal serupa juga dirasakan Anselmus. Ia merasa kegiatan lomba yang digelar KVKI 2021 beragam. Ia berharap panitia bisa mengadakan lomba lain untuk mengasah keterampilan anak-anak. “Saya rasa lomba-lomba yang diadakan sudah bagus, dari mulai Mazmur, Tutur Kitab Suci dan Cerdas Cermat Rohani. Saya menyarankan juga agar panitia mengadakan lomba Tutur Kitab Suci menggunakan bahasa Inggris. Tidak usah melihat bagus atau tidaknya nanti, tetapi anak-anak bisa percaya diri,” tuturnya.
Angela Merici (Kontributor)
HIDUP, Edisi No. 44, Tahun ke-75, Minggu, 31 Oktober 2021