HIDUPKATOLIK.COM – 1Tes. 4:1-8; Mzm. 97:1-2b,5-6,10-12; Mat. 25:1-13
BAGI Paulus, hidup keberimanan seseorang tidak hanya diukur dari betapa dalamnya relasi mereka dengan Allah yang tampak di luar. Relasi yang suci itu harus tampak dalam bagaimana jemaat mempertahankan kekudusan mereka dalam keseharian mereka. Salah satu bahaya laten yang selalu membahayakan hidup jemaat adalah kecemaran. Dalam
konteks jemaat di Tesalonika, godaan hidup dalam kecemaran sangatlah nyata. Itulah
cara hidup mereka yang lama sebelum mereka mengenal Kristus. Paulus berjuang agar jemaat tidak jatuh ke dalam cara hidup mereka yang lama, sebab mereka telah memperoleh hidup baru dalam Allah.
Bagi Paulus, para pengikut Kristus ini harus bisa menguasai nafsu-nafsu duniawi mereka, bukannya sebaliknya, mereka yang diperbudak oleh nafsu-nafsu tersebut. Salah satu cara untuk bisa mengatasi hal itu adalah dengan memiliki kebijaksanaan ilahi, seperti yang diceritakan dalam Perumpamaan gadis bodoh dan gadis bijaksana. Kedagingan membuat seseorang kehilangan kepekaannya terhadap hal-hal rohani, termasuk juga untuk mengenal waktu Tuhan.
Banyak dalih yang dibuat oleh manusia yang sebetulnya hanya untuk menutupi keenganan, kemalasan, tidak mau repot dalam hidupnya, sehingga mereka selalu menunda-nunda pertobatan. Manfaatkanlah waktu yang masih kita punya sekarang untuk memperdalam relasi kita dengan Allah dan sesama. Sebuah relasi yang berkualitas karena diikat oleh
kekuatan kasih Allah. Mengenal Dia yang memanggil dan menyelamatkan kita. Hanya dengan mengenal kasih Allah kita semakin diajak untuk mengenal siapa diri kita di hadapan Allah.
Romo Josep Ferry Susanto , Dosen Kitab Suci STF Driyarkara Imam Keuskupan Agung Jakarta