Ketika Kekeluargaan Menjadi Nafas Pendidikan di Domsav

358

HIDUPKATOLIK.COM – Sebagaimana spiritualitas para Bruder FIC “Persaudaraan Ratu Kongregasi”, sekolah wajib bernafaskan kekeluargaan. Penghargaan akan martabat manusia justru jadi pondasi.

Live in siswa Kelas Integrasi di Dusun Plengan, Desa Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi DIY, Mei 2019. (Foto: Dok Domsav)

SMP Pangudi Luhur (PL) Domenico Savio (Domsav) adalah salah satu unit karya Yayasan Pangudi Luhur (YPL) yang berpusat di Semarang, Jawa Tengah. Sekolah ini merupakan bagian integral dari karya kerasulan para Bruder Santa Perawan Maria yang Terkandung Tak Bernoda atau di kenal sebagai para Bruder FIC (Congregatio Fratrum Immaculatae Conceptionis Beatae Mariae Virginis). YPL bergerak dalam bidang pendidikan dengan visi sebagai lembaga penyelenggara pendidikan kaum muda, yang unggul dan holistik, berlandaskan ideologi negara Pancasila, nilai-nilai Kristiani dan spiritulitas Allah adalah kasih. SMP PL Domsav  meletakkan dasar pelayanan pada visi “Lembaga pendidikan yang unggul dan profesional, berdasarkan semangat Allah adalah kasih”.

Domsav selalu berusaha menyelaraskan kehendak, kebijakan dan karya kerasulan para Bruder FIC. Para Bruder FIC dikenal bruder-bruder guru dari Maastricht, Belanda. Mereka mewariskan  kekayaan core values luar biasa kepada setiap orang yang mengenyam pendidikan di PL, tidak terkecuali para Domsavian (sebutan warga Domsav).

Santo Dominico Savio dipilih sebagai pelindung sekolah berserta seluruh warga Domsav. Maka civitas academica harus meleburkan core values pendidikan PL dan spiritualitas St. Dominico.  Hal ini sungguh bagaikan penggambaran trinitaris. Ketiganya saling terkait, bersatu tak terpisah, lebur tetapi memiliki peran masing-masing yang bersama-sama hidup dan dihidupi.

Melihat prestasi yang selalu terukur dari zaman ke zaman, diksi berpengetahuan mewakili perjalanan sejarah Domsav sejak sebelum Indonesia merdeka hingga hari ini. Ilmu pengetahuan, kiranya tidak dibatasi hanya menyoal hal-hal akademis, tetapi menunjuk pada suatu pemahaman akan berbagai informasi yang sifatnya epistemologis, menyoal kehidupan, tata krama dan sopan santun, moral, spiritual, emosional, rohani, maupun pengetahuan tentang cara berada dan beradab.

Pengetahuan saja tidak cukup. Harus ada bersama-sama kebijaksanaan. Kebijaksanaan menjadi kunci pembentukan karakter “Luar Biasa” (Mat. 25:1-13). Dalam banyak hal kepandaian menggunakan akal budi menjadi sangat penting sebagai dasar mengambil keputusan-keputusan. Kemampuan melihat hidup dan segala persoalannya dari sudut pandang Allah menjadi landasan dalam setiap putusan terutama di masa sulit. Di era disrupsi digital ini, kebijaksanaan sungguh menjadi hal penting sebagai pendamping dari ilmu dan pengetahuan. Frase “kejarlah pengetahuan dalam kebijaksanaan” menjadi salah satu bagian dari 6 core values para Bruder FIC.

Kedua hal (pengetahuan dan kebijaksanaan) diejawantahkan dalam kehidupan seluruh civitas academica Domsav. Hal itu tercermin dalam slogan “Luar Biasa” yang sejak awal telah terinternalisasi pada insan Domsavian sebagai harapan yang terus digaungkan sekaligus sebagai kompetensi lulusan.

Lima  Pilar

Pendidikan merupakan persemaian jadi diri. Tonggak ini penting untuk diselami pertama kali. Sebagai lembaga tingkat SMP, tumbuh kembang peserta didik, ada dalam masa remaja muda. Penentuan kematangan identitas menjadi keunikan pendampingan. Sasarannya jelas pada soal keunggulan karakter. Sebagai seorang “ibu yang baik”, Domsav menjadi lahan pengolahan identitas dengan budaya kasih sebagai humusnya. Menerima anak dengan tangan terbuka, merawat penuh cinta, dan mendekap jika kekawatiran datang tiba-tiba. Lahirlah kenyamanan batin. Ketakutan sirna. Adanya rasa bahagia.

Sejalan dengan nilai-nilai kepangudiluhuran yang menjadi citra sekolah, kemanusiawian terkerucutkan. Menjadi kian terasah. Kesembilan nilai dalam slogan utama Domenico Savio terangkum dalam Mars SMP PL Domsav menjadi lima keutamaan pokok, yang digadang sebagai jiwa civitas academica: disiplin, tangguh, setia, belajar, dan berdoa. Kelima hal inilah profil setiap warga dan alumni Domsav.

Pertama, disiplin. Kedisiplinan mestinya lebih luas dari keteraturan dan ketertiban. Semangat kemuridan ditampakkan melalui rasa tanggung jawab terhadap ilmu pengetahuan. Merujuk langsung pada rasa lapar dan haus dalam mengembangkan diri. Sekolah bukan untuk nilai baik melainkan bekal kehidupan. Proses ini tidak habis di bangku-bangku kelas tapi menggulati hingga menemukan jawab dari persoalan-persoalan dunia yang lebih luas.

Kedua, tangguh. Ketika budaya instan menawarkan cepat dan siap saji, bagaimana sekolah tetap menghargai “langkah”. Ketangguhan menjadi pokoknya. Dunia pendidikan sedang berperang dengan kemalasan dan rasa mudah bosan. Kita melawan lewat budaya tandingan; ketangguhan bertahan. Diharapkan lahirlah generasi-generasi penuh militansi. Menjunjung tinggi daya juang demi menggapai mimpi.

Ketiga, setia. Menggulati proses pendidikan memang tidak mudah. Bahkan, sering hingga berdarah-darah. Jatuh bangun itu sesuatu lumrah. Dari sana, ada nilai konsistensi yang diperjuangkan. Kendati risiko dan beban berat menghadang, pastilah terdapat jalan keluar. Awal, tengah, akhir, demikianlah mekanismenya. Dengan setia melakukan apa yang telah dimulai. Utamanya penuh kewibawaan untuk mengakhiri segala tugas serta tanggungjawab.

Keempat, belajar. Semangat ini abadi. Mencerminkan kodrat manusia sebagai makhluk berakal budi dan mempunyai hati nurani. Semangat belajar tanpa henti. Kehidupan menjadi guru sejati. Peran sekolah bukan mencari kesalahan tetapi sejauh mungkin membantu menemukan kebenaran. Memunculkan pribadi-pribadi pemecah masalah bagi kegelisahan dunia bukan bagian dari masalah.

Kelima, berdoa. Sebagai insan beragama, hidup doa merupakan tulang punggung. Doa tidak melulu banyak kata. Akan tetapi, titik beratnya pada akrabnya relasi dengan Pencipta Semesta. Hidup doa ini merupakan sarana refleksi. Menimbang tindakan. Mempertajam langkah. Hingga akhirnya, menuntun sampai ke tujuan.

Gerekan Persaudaraan

Lima nilai unggulan ini diharapkan menjadi persenjataan dasar menggulati seluruh dimensi kehidupan. Berani memasuki dunia yang beraneka ragam. Sebagaimana almamater yang selalu terbuka, para Domsavian diajak untuk memupus paham-paham sempit yang meresahkan masyarakat dewasa kini. Pendidikan menghargai perbedaan menjadi budaya sekolah. Aneka latar belakang, etnisitas, agama, dan sosial-ekonomi adalah kekayaan yang saling melengkapi. Mengurai indahnya warna-warni pelangi.

Misa tahun ajaran baru di Katedral Semarang. Foto sebelum pandemi. (Foto: Domsav)

Untuk menggapai semua ini, tiap-tiap pribadi tidak berjuang sendiri. Jaringan gerakan persaudaraan haruslah ditumbuhkembangkan. Sebagaimana spiritualitas para Bruder FIC “Persaudaraan Ratu Kongregasi”, sekolah wajib bernafaskan kekeluargaan. Penghargaan akan martabat manusia justru jadi pondasi. Hal ini menuntut kejelian dalam memetakan seluruh potensi. Masing-masing pribadi mempunyai keunggulan. Layaklah mereka mendapat apresiasi.

Arah dari segalanya demi masa depan yang jaya. Mencipta “langit dan bumi yang baru” butuh derap langkah bersama. Serupa cita-cita PL dalam mengupayakan hidup mulia, para civitas academica diharap dapat ambil bagian menjaga keagungan seluruh ciptaan. Jalannya dapat berupa kekudusan lewat rasa tanggungjawab terhadap ilmu pengetahuan seperti halnya Santo Dominico Savio. Entah apapun peran dalam kehidupan saat ini dan kemudian hari.

Kesuksesan tidak identik dengan kemewahan. Domsavian dipanggil untuk hidup sederhana yaitu memberikan apa yang mereka punya dengan ketulusan hati dan cuma-cuma. Beruratakarkan semangat berbagi. Kerendahhatian menjadi kunci penggerak saling melayani.

Keteladanan Santo Dominico

Santo Dominico Savio dijadikan panutan, pengabdian ini tidak untuk kemuliaan pribadi. Kegenapan karya dipersembahkan bagi sesama, tanah air, negara serta Gereja. Manusia bermakna bagi yang lainnya. Jati diri lebih nyata bila dipecah dan dibagikan. Buah dari pendidikan menghasilkan spirit kepahlawanan. Bernaung dalam YPL, upaya hidup mulia menjadi cita-cita bersama. Rasa bangga terhadap almamater serta nilai-nilai dasar kepangudiluhuran memunculkan energi tersendiri.

“Menjadi Insan Luar Biasa” bukan sekadar prasasti, tetapi menjadi slogan yang dinamis. Diperdalam dalam tindakan nyata yaitu menghidupi keutamaan kepangudiluhuran. Menjaga kesucian melalui pengorbanan seperti Santo Dominico Savio. Sebagai laboratorium dunia sesungguhnya keutuhan sistem pendidikan sekolah ingin menjembatani itu semua. Perlu mendayagunakan seluruh kemampuan menciptakan hal baru, beriman, cerdas, berkarakter, serta punya manfaat bagi semesta itulah kualitasnya.

Semangat Santo Domenico Savio semakin dikuatkan oleh Romo Herman Yoseph Singgih Sutoro Pr., dalam homilinya saat perayaan  Ekaristi penutupan rangkaian Dies Natalis ke-85 di Gereja Katedral Randusari Semarang, Senin, 30/8/21. “Meski masa pandemi warga SMP Domenico Savio harus terus membangun, menumbuhkan dan mengembangkan pendidikan yang berpengharapan sebagai kabar baik .”

Antonius Wirato Adi/FX Triyas HP (Kontributor, Semarang)

HIDUP, Edisi No. 37, Tahun ke-75, Minggu, 12 September 2021

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini