Renungan Minggu, 22 Januari 2017 : Kita Mempunyai Panggilan

672
[telegraph.co.uk]

HIDUPKATOLIK.com - Minggu Biasa III: Yes 8:23b-9:3; Mzm 27:1,4,13-14; 1Kor 1:10-13,17; Mat 4:12-23

DALAM Injil hari ini Yesus memanggil murid-murid-Nya yang pertama. “Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia” (Mat 4:22). Sesungguhnya ini merupakan panggilan kepada setiap orang, kita masing-masing, yang mengimani Kristus. Petrus dan yang lain-lain dipanggil untuk meninggalkan dunia lama mereka dan membantu Yesus dalam tugas perutusan-Nya.

Persisnya untuk apa kita dipanggil? Sederhana saja. Kita dipanggil untuk melanjutkan misi perutusan Yesus. Kita dipanggil untuk membuat Dia dan Injil-Nya dikenal dan dicintai. Seringkali dikatakan, “Anda dan saya adalah satu-satunya Injil yang akan pernah dibaca oleh sejumlah orang.” Ketika mereka melihat kita menghayati dengan penuh sukacita jalan yang diajarkan oleh Yesus, mereka akan terinspirasi.

Apa jalan yang diajarkan Yesus? Dalam Injil hari ini kita membaca, Yesus meninggalkan Nazaret, kampung halaman-Nya, dan diam di Kapernaum, di daerah Zebulon dan Naftali, wilayah bangsa-bangsa lain. Di sanalah Yesus tampil sebagai Terang yang besar bagi mereka yang diam dalam kegelapan. Di situ pulalah Ia memanggil murid-murid-Nya yang pertama. Selanjutnya, Ia mulai berkeliling di seluruh Galilea untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah. Penulis Kisah Para Rasul menyatakan, Dia “berjalan berkeliling sambil berbuat baik” (Kis 10:38). Itulah pula panggilan kita!

Paus Fransiskus berkali-kali menegaskan dengan kata-kata ini, “Orang-orang Katolik harus berani keluar dari zona aman mereka, dan bersama dengan saudari-saudara mereka dari golongan lain melibatkan diri dalam pergulatan membangun sebuah dunia yang lebih baik.” Sesungguhnya, jauh sebelum Paus Fransiskus menegaskan hal itu, umat Katolik Indonesia sudah menyadarinya. Pada 1995, bangsa Indonesia merayakan pesta emas Kemerdekaan Indonesia. Sebagai bagian integral dari bangsa Indonesia, umat Katolik Indonesia ketika itu menggelar sebuah kegiatan akbar dengan nama “Sidang Agung Konferensi Waligereja Indonesia (KWI)-Umat”. Selanjutnya kegiatan ini berubah nama menjadi “Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia” (SAGKI), yang secara rutin diselenggarakan setiap lima tahun. Sidang Agung KWI-Umat pada 1995 ini menelorkan tekad: Gereja Katolik Indonesia bertekad menjadi Gereja yang sungguh memasyarakat, dengan semboyan: “100% Katolik, 100% Indonesia”.

Sebuah kisah menarik saling lempar komentar antara Paus Fransiskus dan Donald Trump. Dalam kampanyenya sebagai salah satu bakal calon Presiden Amerika Serikat, Trump menyatakan ingin membangun tembok yang memisahkan Amerika Serikat dan Meksiko.

Ditanya komentarnya atas pernyataan itu, Paus menjawab, “Seseorang yang hanya berpikir tentang membangun tembok, di manapun, dan bukan membangun jembatan, bukanlah orang Kristen.” Dikomentari demikian, Trump balik menyerang, “Bagi seorang pemimpin agama, mempertanyakan iman seseorang itu tak patut.”

Sambil mengutip satu survei, John Sides, guru besar ilmu politik di Universitas George Washington menyatakan bahwa mayoritas rakyat Amerika Serikat sudah kadung lebih suka kepada Paus (69%) ketimbang Trump (34%). Kita bertanya, berapa dari 69% rakyat Amerika Serikat itu yang pernah membaca Injil? Tetapi survei menyatakan, mayoritas rakyat Amerika Serikat telah membaca dan tertarik pada Injil yang hidup: kesaksian hidup Paus Fransiskus! Saudari- saudara, mari kita menjadi injil-injil yang hidup dalam kehidupan nyata kita setiap hari!

Mgr Johannes Liku Ada
Uskup Agung Makassar

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini