HIDUPKATOLIK.COM – EMPAT PULUH tahun bukanlah waktu yang singkat bagi seorang imam untuk menjaga eksistensi panggilan hidupnya diperhadapkan dengan pelbagai tantangan hidup yang telah dan sedang dialami. Pastor Johanis Mangkey, MSC, yang ditahbiskan imam pada 29 Juni 1981, adalah seorang imaam yang telah 40 tahun memberi diri sepenuhnya melalui pelbagai karya pelayanan, baik dalam lingkup Tarekat MSC di Indonesia dan di luar negeri (Generalat MSC di Roma, Italia), maupun untuk pelayanan umat dan masyarakat.
Perayaan syukur atas perjalanan imamat selama 40 tahun diadakan secara sederhana dalam Perayaan Ekaristi yang dipimpin Uskup Manado, Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC, didampingi beberapa rekan imam konselebran, di Outdoor Manado Convention Center (MCC), Sabtu, 10/7/2021, lalu.
Rasa syukur itu diwujudkannya secara nyata dengan menerbitkan, dalam kerja sama dengan Kawanua Katolik Jabodetabek, Buku Kenangan 40 Tahun Imamat, dari mana terkumpul sejumlah donasi yang dipersembahkannya untuk kelanjutan pendidikan dan pembinaan para generasi muda di lembaga-lembaga pembinaan dasar MSC dan untuk calon-calon imam di Seminari Menengah Xaverianum Kakaskasen, alma maternya tingkat SMP dan SMA, dan Seminari Agustinianum Tomohon. Donasi juga diberikan untuk mendukung Gerakan Orang Tua Asuh Untuk Seminari (GOTAUS) Keuskupan Manado.
Sejatinya, acara syukur tersebut hendak digelar di kompleks Seminari Xaverianum Kakaskasen. Ia menyampaikan alasan kenapa memilih Seminari Kakaskasen sebagai tempatnya bersyukur. Pertama, di situlah ia memulai pendidikan formal sebagai calon imam. Kedua, seminari itu tetap menjadi sumber panggilan MSC. Ketiga, di seminari ini dua rekan tahbisannya ialah alm. P. Aloysius Roong MSC dan P. Frans Rares MSC, dimakamkan. Pada Sabtu pagi, 10 Juli 2021, ia mengadakan ziarah ke makam rekan-rekannya ini didampingi oleh keluarga-keluarga mereka.
Gagasan Pastor Mangkey untuk datang bersyukur di Seminari Menengah Kakaskasen, sambil mengumpulkan dan memberikan donasi, mendapat tanggapan positif dari sejumlah umat. Recky Raco, dosen Universitas De La Salle Manado, menyambut baik gagasan ini. Sebagai alumnus seminari ia terinspirasi untuk ikut menunjang pendidikan para calon imam. “Ini adalah contoh yang baik tidak hanya untuk para alumni yang menjadi imam tetapi juga untuk semua alumni yang pernah mengecam pendidikan di seminari.” Iwan Sumakud, seorang awam, memberikan tanggapan positif yang senada. “Semoga keteladanan P. Mangkey ini menggerakkan seluruh umat untuk mendukung pendidikan para calon imam,” ujarnya.
Dalam khotbahnya Pastor Julius Salettia, Pr mengatakan bahwa P. Mangkey telah mengangkat piala syukur selama 40 tahun. Piala ini berbeda ketika sebuah tim sepakbola mengangkat piala yang diperoleh karena kekuatan fisik mereka. Namun, piala syukur yang diangkat oleh seorang imam bukanlah piala yang melambangkan gengsi dan kekuatan, melainkan kurban syukur, piala keselamatan (Mazmur 116:13). “Jika dalam suatu perayaan Ekaristi seorang imam mengangkat piala dan berseru atas nama Tuhan, maka itu tidak hanya mengangkat piala syukur, namun juga piala kurban Kristus sendiri,” ungkap Pastor Julius.
“Setelah ditahbiskan imam 40 tahun lalu, Pastor Mangkey tidak hanya bekerja melayani umat, namun menjadi bagian dari Tubuh Kristus sendiri. Dia tidak hanya bekerja dan bertindak atas nama Allah, tapi Allah sendiri yang bekerja di dalam dia. Tuhan sendiri yang memakai dia untuk bekerja di ladang-Nya,” tandas Pastor Julius.
Uskup Manado Mgr. Rolly dalam sapaannya mengungkapkan bahwa Pastor Mangkey, yang sebagian besar pelayanannya tidak tinggal di wilayah Keuskupan Manado, memiliki ladang pengabdian yang luas.
“Ia memang tidak seperti pastor MSC lainnya yang setiap periode pelayanan pindah paroki, namun dengan karunia yang ada padanya sebagian besar tahun-tahun pelayanannya dijalankan di dalam lingkup Tarekat MSC,” ucapnya. Menunjuk pada tugasnya dalam Pimpinan Umum MSC di Roma selama 12 tahun, Uskup mengutip sapaan seorang kerabatnya: “Ia layaknya seorang traveller kelas atas. Tetapi di situlah panggilan dan perutusannya terwujud.” Dilanjutkannya, “Ia adalah seorang pribadi yang dengan kesederhanaan dan kerendahanhatinya memiliki kualitas hidup seorang rohaniwan yang mampu menyampaikan heavenly words di mana pun ia berada melalui tutur kata, tulisan dan perbuatannya.”
Dalam ungkapan terima kasihnya Pastor Mangkey menyatakan bahwa perayaan ini adalah perayaan syukur atas kebaikan dan kemurahan Allah baginya. Maka ia ingin membagikan kemurahan dan kebaikan Allah secara nyata dengan peduli pada pendidikan generasi muda MSC maupun calon-calon imam. Ia juga menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas semua cinta dan dukungan yang boleh dia rasakan selama ini dari keluarga, para rekan MSC dan imam, para biarawan-biarawati, para sahabat dan kerabat serta umat. Ucapan terima kasih yang khusus disampaikan kepada GOTAUS keuskupan Manado, yang mendukung perayaannya ini.
“Saat ini pembinaan calon imam membutuhkan perhatian dan dukungan bersama dari seluruh umat awam. Saya menghimbau seluruh umat untuk mendukung pendidikan dan pembinaan para calon imam dengan berpartisipasi melalui GOTAUS Keuskupan Manado,” katanya.
Henny Praktiknyo, Sekretaris Gotaus, menandaskan, “Pengurus GOTAUS Keuskupan Manado berterima kasih kepada Pastor Mangkey MSC, yang walaupun lebih banyak berkarya di luar Keuskupan Manado, tetapi menunjukkan kepeduliannya dengan mendukung secara nyata kegiatan-kegiatan GOTAUS keuskupan Manado, dengan berbagi donasi kepada seminari-seminari di sini dan kepada GOTAUS sendiri. Semoga menginspirasi rekan-rekan pastor yang lain dan para alumni seminari,” tandasnya.
Perayaan syukur imamat P. Mangkey diadakan juga secara sederhana di paroki asalnya, Tataaran II, mengingat pembatasan-pembatasan akibat pandemi Covid-19, pada hari Minggu, 18 Juli 2021. Sebelum perayaan ini, ia juga mengadakan napak tilas ke Sekolah Dasar Katolik, Tataaran, di mana ia menempuh pendidikan dasar sebelum melanjutkan ke jenjang pendidikan tingkat menengah di Seminari Menengah Kakaskasen.
Frangki Wullur (Kontributor, Manado)