Cruella. Jangan Kasih Kendor! Keep Fighting!

114
Grafis: Fransisca Lenny

HIDUPKATOLIK.COM – SAYA punya saudara kembar, namanya Cruella. Kami berdua ini serupa tapi tak sama. Wajah kami sama persis, tapi Cruella jago dandan dan sangat stylish, sementara saya lebih suka tampil sederhana dan natural. Cruella suka banget aksesori ‘bling-bling’, statement necklace dan oversized sunglasses. Sedangkan saya lebih sering menggunakan kaca mata plus, yang memang diperlukan buat baca. Cruella selalu pake high heels yang ramping dan sexy, saya lebih suka flat shoes empuk yang nyaman dipakai.

Saya pake lipgloss itu pun supaya bibir gak kering-kering amat, sedangkan Cruella punya segala macam lipstick dengan segala macam warna; orange-plum-burgundy-mauve-purple, dalam segala bentuk; sheer, matte, glossy, cream, pencil. Cruella lebih suka jalan-jalan, party, atau nongkrong di Cafe baru yang lagi hits, sementara saya lebih suka baca buku atau nonton film bagus di rumah. Satu-satunya kesamaan kami hanyalah; sama-sama suka makan enak dan leyeh-leyeh.

Sejak masa pandemi, semua orang jadi lebih banyak tinggal di rumah, untuk meminimalisir kontak dengan orang lain…kuatirnya banyak OTG yang berkeliaran di luar sana, dan tanpa sadar menebarkan pesona sekaligus menebarkan virus.

Bagi saya yang memang orang rumahan, disuruh stay at home mah biasa-biasa aja. Tapi bagi Cruella yang suka jalan-jalan, hal ini tentulah sangat membosankan dan menjengkelkan. Wajah manisnya terus merengut sepanjang hari, dengan gelisah dia sibuk memencet remote TV, gonta-ganti channel sampai ketemu tayangan yang ‘asik’. Atau mondar-mandir gelisah di sekitar rumah…bener-bener mati gaya. Mau belajar berkebun, tapi Cruella enggak suka panas, alasannya kulitnya suka gatel-gatel kalo kena panas matahari, lagian kelewat banyak ‘Bug’s life’ alias berbagai serangga yang terbang atau merayap di sekitar dia….hiiiiii. Ke dapur juga males, sebab Cruella cuma suka makan, bukannya masak. Alasannya sih karena takut kena panas kompor, sebab bisa membuat flek hitam muncul di wajahnya.

OMG!!! bosen berraaattttttt….mo ngapain lagi neeeh…...otokewhat should I do?” Saya tersenyum kecil, dasar si Cruella kebanyakan nonton drakor, jadi ikut-ikutan artis Korea kalo lagi bingung…‘Otoke’ itu kalau di-translate ke bahasa gaul artinya kurang lebih “gimana nih?”.

Relax aja kenapa sih? Kau kan suka musik, dengerin aja Spotify cek lagu-lagu baru sekalian update playlist kamu,” saran saya.

“Kita keluar yuk, sebentaaaaaar aja….,” katanya merengek-rengek.

Gak mau ah, aku harus menulis artikel nih. Lagian gak baca berita apa? Tiap hari muncul puluhan ribu kasus baru yang positif kena Covid. Gak serem apa?” jawabku dengan nada sedikit mengomel.

“Maskernya double deh, triple kalo perlu. Kita naik mobil ajalah muter-muter bentar, gak usah mampir. Bosen banget niiih… ayolah… pleaseeeee…?” Saya tetap menggeleng. Cruella mendengus sebal, lalu pergi ke kamar. Ngambek.

Kali lain saya mendapati dia membongkar lemari pakaian, semua bajunya berantakan di atas ranjang yang baru saja dirapikan.

“Kamu ini gimana sih, disuruh beresin ranjang malesnya setengah mati. Giliran aku dah beresin, malah kamu berantakin lagi. Awas ya, kalo gak mau rapiin lagi!”

“Sabaaar, aku kan lagi cari-cari kostum nih, mau selfie. Masa tiap hari kucel terus, biarpun di rumah aja, tetep harus cantik dong!” sahutnya sambil mengedipkan mata. Kali ini giliran saya yang mendengus sebal.

Sebetulnya, saya paham sekali kegelisahan, keresahan dan kemarahan dia yang free-spirit, tiba-tiba terhalang untuk menikmati hidup. Semuanya mendadak abnormal, semuanya mendadak terasa nggak aman. Bagaikan Zombie Apocalypse, rumah menjadi satu-satunya zona aman. Keluar rumah risikonya adalah kehilangan nyawa. Bukan dikeroyok Zombie, tapi dikeroyok Virus Corona yang tak diundang. Virus yang pintar bermutasi, sehingga sampai saat ini belum bisa diatasi. Virus yang jumawa, karena bisa terus merenggut nyawa.

Tapi Cruella ada benarnya juga, virus ini sudah merenggut kebebasan kita, jangan sampai dia merenggut juga kebahagiaan kita. Di satu sisi, masalah bosan sepertinya kelewat sepele, dibandingkan menjaga anugerah terbesar dari Tuhan kepada manusia, yaitu kehidupan. Tapi disisi lain ‘hati yang gembira adalah obat’. Bila demikian, tertawa gembira tentunya bisa menjadi vitamin jiwa. Gimana caranya supaya keduanya bisa dilakukan, tetap stay (safe) at home tapi juga terhindar dari rasa jenuh dan bosan.

Saya memutuskan untuk berusaha lebih memahami dan gak mau marah-marah lagi sama Cruella. Lebih baik saya bekerja sama dengan dia untuk menciptakan “Happiness Project” versi kami berdua. Saya bertekad mengajarkan Cruella, kebahagiaan itu bisa dirasakan di mana aja, kapan aja. Kebahagiaan itu mesti diusahakan.

Langkah pertama tentunya hati harus diajarkan untuk bisa ikhlas menerima realita saat ini. Langkah berikutnya melatih diri untuk bersyukur pada apa yang kita miliki. Seperti ‘Mata Lebah’ yang sudah terlatih mencari madu di dalam sari bunga, kita juga harus melatih ‘Mata Hati’ kita agak semakin mahir menemukan sesuatu yang indah, di tengah semua keruwetan ini. Jangan tunggu mendapat hadiah spektakuler, baru bisa bersyukur. Sebaliknya berlatih untuk mensyukuri hal-hal sederhana yang kelihatan sepele, dan sering terabaikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Contoh paling sederhana saat ini adalah mensyukuri bila sampai saat ini kita masih bisa bebas menghirup oxygen sebanyak-banyaknya tanpa perlu bantuan tabung oxygen atau malah ventilator!

Sambil mendesah saya menatap Cruella di cermin meja rias kami. Wajah kami bagaikan pinang dibelah dua, itu karena Cruella adalah saya, saya bila saya adalah pribadi yang sensible, maka Cruella adalah bagian dari diri saya yang bersifat ‘pemberontak’ dan selalu mau ‘live life to the fullest’.

Ok, Cruella… ayo kita menikmati hidup kita lagi. Ayo kita gembira lagi meski masih pandemi. Jangan keseringan cemberut supaya gak muncul banyak kerut, seperti katamu biar di rumah aja kita tetep harus tetap cantik dan ceria. Ayo kita mulai “Happiness Project” kita sekarang juga. Tetap jaga semangat ya…jangan kasih kendor! Keep Fighting!

Fransisca Lenny, kontibutor, alumna KPKS Tangerang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini