Prasetyo Nurhadjanto: Makin Produktif di Masa Pandemi

261
Prasetyo Nurhardjanto

HIDUPKATOLIK.COM – MEMBAGI peran sebagai kepala keluarga, profesional perusahaan, tugas sosial dan aktivis Gereja bukan perkara mudah. Terlebih berbagai peran itu bisa dijalankan dengan optimal dan memberi dampak maksimal pada komunitas yang dilayani. Prasetyo Nurhardjanto, anggota Dewan Pleno Harian Paroki Kampung Sawah Santo Servatius, Bekasi, merupakan sedikit sosok yang bisa menjalani hal tersebut dengan paripurna.

Prasetyo yang lahir di Surakarta 31 Agustus 1971, pendidikan formalnya sarjana Hubungan Internasional Universitas Jember (1995) dan Magister Manajemen Unika Atma Jaya, Jakarta (2002). Ditambah bekal ilmu yang masih sedikit dapat dinikmati orang Indonesia, Pendidikan Regular Lemhannas RI (2013).  Profesi formalnya dipercaya sebagai kepala SDM perusahaan e-dagang milik salah satu raksasa bisnis di Indonesia.

“Perusahaan yang saya tangani, sejak awal memang sudah beroperasi secara digital. Selama pandemi, kami bekerja dari rumah. Tidak terlalu sulit karena kami sudah terbiasa hidup dan menghidupi digital,” katanya.

“Ketika Indonesia diterjang pandemi, sejak April 2020 saya masuk tim Gugus Tugas Penanganan Covid19 sebagai Ketua Bidang Pelatihan Relawan berposko di Hotel Media Tower, Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Itulah awal mula saya menjadi tim inti dengan ketuanya Letjen Doni Monardo,” lanjut wakil ketua Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA).

Sebagai ketua bidang Pelatihan Relawan, tugas pokok yang ditangani Prasetyo adalah membuat konsep dan melaksanakan pola pembekalan medis dan non medis, mengingat banyak diantara para relawan yang bukan berlatar belakang sebagai relawan. Sampai saat ini sudah lebih dari tiga puluh ribu relawan yang terdaftar. Mereka berasal dari seluruh Indonesia dengan latar belakang beragam.

Para relawan ini memperoleh pembekalan secara daring dengan materi dasar-dasar kerelawanan serta pengetahuan tentang Covid-19. Belakangan, pelatihan juga dilakukan secara offline di beberapa daerah yang berzona merah dengan tujuan merevitalisasi para relawan terutama non medis, untuk bertindak sebagai garda terdepan pencegahan Covid19.  “Relawan itu harus bisa menjadi inspirasi dan harapan di tengah pandemi,” tegas dosen tidak tetap di FEB Unika Atma Jaya, Jakarta.

Dalam kesibukan yang sangat tinggi di Satgas, pada akhir September 2020, Prasetyo terpapar Covid-19.  Ia dirawat dua belas malam di RS Carolus Jakarta dan dilanjutkan sepekan isolasi mandiri di sebuah hotel. Namun kesembuhannya justru menjadi berkat. Sebagai penyintas, ia menjadi pendonor plasma konvalesen sebanyak lima kali dengan total dua belas kantong. Tidak hanya itu, saat menjalani isolasi mandiri di hotel, ia menuntaskan buku berjudul Berbagi Kebaikan.

Buku setebal dua ratus dua belas halaman ini berisi berbagai refleksi kehidupan kerelawanan Prasetyo. Mulai dari pendakian ke Everest Base Camp di Nepal, rumah singgah Ibu Theresa di India hingga berbagai belahan daerah di Indonesia yang mengalami bencana.  “Seluruh hasil penjualan buku ini saya donasikan untuk  anak-anak penderita kanker di Komunitas Taufan,”  jelas penerima Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Presiden RI tahun 2017.

Pandemi yang sudah berlangsung lebih setahun, justru membuat hari-hari Prasetyo menjadi semakin produktif.

A.M. Lilik Agung, Kontributor

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini