HIDUPKATOLIK.COM – Mencintaiku tapi
Ini tapi, itu tapi ini itu …
inginnya aku denganmu tanpa syarat,
tulus menjalaninya
cintaku kepadamu sungguh tanpa tapi …
Sebait lirik dari lagu “Cinta Tanpa Tapi”, yang berkisah tentang seseorang yang rela melakukan apa saja untuk kekasihnya, namun dia tidak mendapatkan hal yang sama dari sang kekasih.
Saya pertama kali denger lagu ini, saat dinyanyikan oleh Agnes Mo dan Ariel. Saya menikmati suara mereka yang merdu namun juga mikir, mana ada hari begini cinta tanpa tapi ….sangat langka …. lalu pikiran saya otomatis traveling ke filmnya Mel Gibson “Passion of the Christ”
Saya sudah berkali-kali menonton film ini dan berkali-kali juga saya meneteskan air mata. Dari keseluruhan film, yang paling berkesan bagi saya adalah tatapan mata dari pemeran Yesus. Bagi saya tatapan itu memberikan makna yang sangat dalam menusuk hingga jauh ke lubuk hati saya. Tatapan mata yang membuat hati meleleh dan enggak bisa apa-apa lagi di hadapan-Nya.
Tatapan Yesus di film itu memberikan sesuatu yang berbeda buat saya, entah karena si ganteng Jim Caviezel, pemeran Yesus, memiliki mata yang mengundang atau karena dia memang sangat totalitas menjiwai perannya sebagai Yesus. Tatapannya seolah mengajak saya untuk bukan sekadar nonton dan merayakan Paskah tetapi juga diajak untuk ‘mengalami Paskah’ sesungguhnya bersama Dia.
Setiap tahun dalam permenungan Paskah di Masa Trisuci Paskah, kita selalu diajak untuk mengenangkan kembali tentang kisah sengsara Yesus. Dan setiap tahun pula saya kembali mengenangkan tatapan Yesus dari film itu dalam imajinasi saya.
Di film tersebut tatapan tersebut diberikan kepada Yudas setelah memberikan “Yudas Kiss”, kepada prajurit yang telinganya putus, kepada Petrus setelah ayam berkokok dan juga kepada kepala prajurit dan orang-orang dibawah salib Yesus.
Petrus dan Yudas adalah murid yang berada dalam inner cycle Yesus yang paling dalam. keduanya melakukan kesalahan besar dalam hidupnya. Yudas berkhianat dengan menjual Yesus 30 keping dan Petrus menyangkal Yesus 3x.
Tatapan Yesus diberikan kepada Yudas setelah Yudas memberikan ciuman penghianatan, dan Yudas lari ketakutan setelah menerima tatapan Yesus ini.
Tatapan yang sama diberikan juga pada Petrus, saat ayam berkokok menandakan Petrus telah menyangkal Yesus 3x.
Tatapan Yesus baik pada Petrus maupun Yudas bukan tatapan yang mendakwa, juga tidak memberikan peringatan atas perbuatan Petrus. Tetapi tatapan penuh cinta kasih dan belas kasihan. Tatapan yang sangat memahami keberdosaan mereka seolah ingin mengatakan Aku tahu engkau seperti itu dan aku tetap mengasihi engkau apapun keadaanmu.
Perbedaan Yudas dan Petrus adalah mereka memiliki cara yang berbeda ketika mereka menyadari kesalahannya dan menyesalinya. Yudas melarikan diri karena takut akan kesalahannya dan berakhir dengan menggantung dirinya. Petrus pun pergi menjauh dan menangis sejadi-jadinya sebagai ekspresi atas rasa sesal yang mendalam. Di hadapan Allah ia merasa tidak bisa berbuat lain selain dengan rendah hati membiarkan dirinya dikasihi, diselamatkan, dan diampuni.
Tatapan Yesus tidak hanya diberikan kepada murid-murid dalam inner cycle Yesus,
tatapan yang sama diberikan kepada prajurit Romawi yang telinganya putus terkena pedang Petrus di Taman Getsemani. Saat Yesus memegang telinganya dan menyembuhkannya, ekspresi prajurit yang kesakitan dengan nafas memburu berubah menjadi tenang, terdiam, dan wajahnya menjadi damai.
Saat Yesus meregang nyawa antara langit dan bumi dan menyerahkan nyawa-Nya, tatapan yang sama diberikan kepala prajurit Roma dan pasukannya serta orang banyak, yang berada di bawah kaki salib.
Setelah kematian dan kebangkitan-Nya, mereka menyesal dengan memukul-mukul dada sebagai tanda pertobatan dan mengakui bahwa Kristus adalah orang benar. Kristus adalah anak Allah.
Saat ini tatapan yang sama diberikan juga oleh Yesus kepada kita semua. Tatapan yang ingin mengatakan Aku melakukan semua ini karena Aku mengasihi engkau tanpa syarat dan Aku rela menyerahkan hidup-Ku di atas kayu salib, sebagai tanda kasih, tanda penyelamatan dan tanda kesediaan Allah untuk kita manusia.
Semoga Paskah kali ini, kita semua bukan hanya merayakan Paskah namun sungguh-sungguh mengalami Paskah. Mengalami pengalaman Petrus ‘Membiarkan diri dikasih’ oleh Allah.
“Aku lebih dulu mengasihi engkau, bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilihmu” (Yesus Kristus).
Selamat Paskah 2021
Tuhan memberkati kita semua!
M.F. Fenny S, Kontributor