HIDUPKATOLIK.COM – Romo, kita mengenal keledai sebagai binatang yang
kesannya lemah, lambat dan bodoh. Tapi dalam Alkitab, Tuhan menggunakan keledai dalam berbagai kesempatan. Contohnya, Tuhan Yesus menunggangi keledai untuk masuk
Yerusalem. Apakah penggunaan simbol keledai ini ada maksudnya?
Paternus Wisaksana, Bogor
Kesan terhadap keledai (Equus asinus) sebagai binatang yang lemah, lambat dan bodoh merupakan kesan orang yang terburu-buru membuat kesimpulan. Sebenarnya, keledai bukan binatang yang seperti dikatakan orang tersebut. Keledai memiliki kemampuan yang tak terduga yaitu memiliki kemampuan untuk mengangkut barang-barang berat dibandingkan kuda. Keledai sejak zaman lampau bahkan menjadi alat transportasi yang penting bersama dengan kuda. Namun, perbedaan keledai dan kuda adalah kuda lebih digunakan sebagai kendaran berperang oleh seorang pemimpin atau raja.
Kini, “Mengapa Yesus memilih keledai untuk masuk ke Yerusalem?” “Apakah ada kaitannya dengan pemahaman keledai di atas?” Banyak orang terkesan bahwa penggunaan keledai bagi Yesus adalah suatu kekeliruan karena Dia adalah Raja. Tentu ini membuat seorang yang berpandangan secara umum melihat apa yang dilakukan Yesus itu tidak benar. Namun, menunggang keledai bagi Yesus bukan sekadar pantas atau tidak pantas sebagai seorang Raja. Sebaliknya, Yesus menunggang kuda merupakan suatu simbol akan suatu harapan bagi bangsa Israel. Maka, keledai yang dikatakan bodoh, lemah, dan lambat itu memiliki makna yang dalam, yang hendak ditunjukkan oleh Yesus ketika memasuki gerbang Yerusalem.
Pertama, dalam Kitab Zakharia ada suatu nubuat, nubuat yang memperlihatkan ciri khas unik dan tidak biasa dari seorang Raja Israel yang disebut Mesias, yaitu menunggang seorang keledai. Dikatakan: “Bersorak-sorailah dengan nyaring, hari puteri Sion, bersorak-sorailah, hai putri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda” (Zak 9:9). Di sinilah inti dari makna di balik penggunaan keledai oleh Tuhan Yesus. Ia hendak memenuhi apa yang telah dibuatkan kepada orang Israel. Ia mau menunjukkan bahwa Sang Mesias itu telah datang. Maka, tidak heran dalam Injil Matius digambarkan bahwa ketika Tuhan Yesus memasuki gerbang Yerusalem, “Orang banyak yang sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan” (Mat 21:8).
Selain hendak menunjukkan Yesus sebagai Mesias yang dinubuatkan oleh Nabi Zakharia, penggunaan keledai oleh Yesus masuk ke Yerusalem hendak menggambarkan karakter Raja Israel yang dinantikan tersebut, yaitu Raja yang bukan membawa perang tetapi membawa damai. Hal ini dikarenakan bahwa pada waktu itu ketika bangsa Israel dijajah oleh bangsa Romawi muncul kaum Zelot yang meyakini bahwa Sang Mesias datang untuk melawan bangsa Romawi. Akan tetapi, hal tersebut disangkal Yesus sendiri dengan menunggang keledai ini. Ia menunjukkan dengan tindakn-Nya tersebut sebagai pemenuhan apa yang dinubuatkan oleh Nabi Yesaya bahwa “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan Namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai” (Yes 9:6).
Dan akhirnya gambaran Yesus menunggang keledai untuk masuk ke Yerusalem adalah hendak menegaskan keberpihakan Sang Raja Damai yang diharapkan oleh bangsa Israel. Yesus tidak berpihak bagi kaum yang berkuasa tetapi bagi kaum yang menderita dan miskin seperti yang selalu dikatakan-Nya: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa” (Mrk 2:17).” Maka, tepatlah bahwa keledai yang kesannya bodoh dan lemah itu ternyata sangat membantu manusia dalam membawa beban. Demikian pula, Tuhan Yesus yang adalah Raja itu tampak lemah dan tidak memiliki kekuatan, ternyata memberikan penebusan dan keselamatan bagi umat manusia.
HIDUP NO.12, 21 Maret 2021
Romo Yohanes Benny Suwito
(Dosen Teologi Institut Teologi Yohanes Maria Vianney, Surabaya)
Silakan kirim pertanyaan Anda ke: [email protected] atau WhatsApp 0812.9295.5952. Kami menjamin kerahasiaan identitas Anda.