Permenungan dari Bukit Sinaksak: Kharisma Kekudusan

94
Frater Nicolaus Heru Andrianto, Kontributor, tinggal di Sinaksak, Pematangsiantar, Sumatera Utara

HIDUPKATOLIK.COM – DALAM hidup sehari-hari kita kerap menemukan pribadi-pribadi dengan kharisma dan pembawaan yang teduh, memiliki sikap dan hidup yang senantiasa bersumber dari relasi yang dekat dengan Tuhan. Hal itu juga terwujud dalam kebijaksanaan, cara bertutur, dan pola hidup yang baik. Di balik itu semua tentu ada ketegasan dan militansi dalam hal iman dan prinsip hidup yang matang, bukan sesuatu yang instan dan mudah untuk ditiru begitu saja.

Hari ini kita pun diundang untuk semakin mengenal pribadi Yesus yang sungguh memiliki kharisma kekudusan dalam pengajaran-Nya. Bahkan Injil mengatakan bahwa Ia mengajar sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli taurat. Selain itu, melalui kehadiran Yesus sebagai seorang Penyembuh, Markus hendak memperluas pemahamannya dari kebijaksanaan sebagai seorang yang ingin menyatukan kembali semua ciptaan Allah. Markus juga menekankan bahwa sebagai Guru dan pengajar, Yesus tetap memberikan Diri-Nya bagi semua manusia.

Tak heran, bahwa setan pun menyebut identitas Yesus sebagai Mesias, Yang Kudus dari Allah. Namun Yesus menghardiknya agar setan diam. Yesus ingin berhati-hati dalam mewahyukan Diri-Nya. Yesus tidak ingin dilihat sebagai pemimpin politis, pembuat mukzizat, atau bahkan tukang sulap yang bisa dimanfaatkan demi kepentingan banyak orang. Dengan peristiwa ini, Ia mewartakan hadirnya Kerajaan Allah.

Dalam Bacaan Pertama, kharisma Kenabian pun juga dihadirkan dalam pengalaman bangsa Israel. Kharisma itu pun juga bersumber dari firman yang ditaruh Allah dalam mulutnya, sehingga kharisma itu pun harus terwujud dalam setiap tindakan dan ucapan sebagaimana dikehendaki Allah.

Demikian juga Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Korintus, kharisma kekudusan seseorang pun tampak dalam usahanya membina diri, fokus pada panggilan istimewa yang dianugerahkan Allah dan pelayanan bagi Allah tanpa paksaan dan kekuatiran.

Apakah saya sudah membuka diri terhadap kharisma kekudusan dari Allah untuk turut ‘mengusir setan’ dalam aneka model kehadirannya di zaman ini?

Atau bersediakah kita bekerjasama dengan Allah mewujudkan kehadiran Kerajaan-Nya? Selamat bermenung.

(Renungan berdasarkan bacaan, Minggu, 31 Januari 2021, HM Biasa IV, Bacaan Pertama Ul. 18:15-20, Bacaaan Kedua: 1Kor. 7:32-35, Injil: Mrk. 1:21-28)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini