Saya Adalah Pelari Kenyataan yang Bahagia

466
Eviantine Evi Susanto, Kontributor, Ibu Rumah Tangga

HIDUPKATOLIK.COM – JAM weker di kamar tidur menunjukkan pukul 6.10 pagi ketika aktivitas rutin doa pagi  saya baru saja selesai, lalu saya membuka sedikit kain gorden kamar untuk melihat cuaca pagi hari ini diluar sana. Hmmm…… hari ini langit cerah, ucap saya dalam hati dengan gembira. Tanpa menunggu lebih lama lagi saya pun langsung bergegas berganti baju dan memakai sepatu olah raga untuk melakukan hobi baru saya ini yaitu lari pagi.

Sebelum setiap aktivitas lari ini saya lakukan, tak lupa saya menyalakan aplikasi untuk mencatatnya di hape dan tak ketinggalan musik-musik kesayangan pun juga sudah terdengar di telinga saya. Saya pun berlari sendirian mengitari jalan-jalan di kompleks rumah dan sambil berlari saya tak lupa berusaha menyapa tetangga atau siapa saja yang saya temui di jalan-jalan saat itu.

Setelah 40 menit berlalu keringat saya pun sudah mulai bercucuran dan kaki kanan saya terasa sedikit sakit. Dalam hati saya berkata … nah!, ini ada alasan saya untuk berhenti berlari dan pulang ke rumah, kala itu terdengar lagu Beat It dari Michael Jackson. Lagu Beat It (Kalahkan) ini mengingatkan saya dengan salah satu event race lari yang pernah saya ikuti …. Nekad tapi berhasil dengan bahagia tanpa ada penyesalan.

Kala itu jam 5 pagi, saya dan teman-teman yang suka lari pagi ini sudah berkumpul di tempat di mana event race itu akan diadakan. Sebelum acara ini dimulai, biasa saya pasti berfoto ria bersama teman-teman dulu…. mahlumlah emak-emak ini mau mengabadikan momen tersebut dan eksis dong diacara mana pun.

Ketika terompet start diperdengarkan, saya pun dengan semangat berlari beriringan bersama-sama sambil ngobrol dengan teman yang lain. Oh ya… dalam event race lari kali ini, semua peserta oleh panitia penyelenggara diperbolehkan memilih jarak finish yang sesuai dengan kemampuan yang diinginkan oleh setiap peserta lari, dari 5K, 10K, 15K atau 21K…… bebas, tapi harus selesai sesuai dengan COT, bila ingin mendapat medali finishernya.

Pada saat tulisan tanda Finish 5K sudah mulai terlihat di depan mata saya, terdengar ada yang berkata dari belakang: “Lanjut yuk…. 10K”, dan disambut dengan jawaban … Hayuk, lalu saya pun meneruskan tetap berlari bersama-sama.

Setelah berlari  beberapa lama lagi saya  mulai melihat tanda-tanda Finish 10K dan terdengar kembali ada teman saya yang berkata: “Kita coba ke 15K yuk”, dan dijawab kembali…. Ok. Hm…  saat itu saya berpikir tidak apalah cuman nambah 5K lagi karena saya dan teman-teman sudah pernah beberapa kali ikut race lari l0K, jadi tidak ada salahnya untuk mencoba. Pada saat itu beberapa teman sudah mulai ada yang memilih Finish di 5K dan 10K dan tenaga saya untuk berlari juga sudah lelah serta keringat pun mulai mengucur deras dan baju saya basah.

Dari kejauhan mata saya menangkap kembali tulisan tanda Finish 15K dan saya berkata dalam hati…Yes akhirnya sebentar lagi Finish….., tetapi untuk kesekian kalinya terdengar suara ajakan…. “Yuk kita coba Finish 21K bersama-sama, kalau engak nanti kita nyesel loh”. Kala itu saya hanya terdiam dan ingin mencerna dulu isi dari ajakan tersebut sambil terus berlari. Lalu saya sampai kepada pemikiran bahwa bila saya nanti tidak sanggup lagi berlari maka saya akan jalan kaki saja sampai garis Finish.

Ketika tekad itu pun dilakukan, emak-emak nekad ini sudah kelelahan pastinya dan kami pun tercerai-berai karena berusaha untuk bertahan, sok kuat serta maunya bisa menyelesaikan tantangan lari ini sampai pada garis Finish dengan waktu yang telah ditentukan.

Dalam kelelahan ini saya berdoa dalam hati: “Tuhan, tolong dan mampukan saya untuk kuat dan bisa menyelesaikan lari nekad ini dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan”. Seperti ada tertulis, “Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu (Ibrani 10:36)”. Ada keluar berbagai pikiran penyesalan yang timbul saat itu, saya salah mengambil keputusan tetapi di lain pihak saya bertekad dan nekad untuk bisa menyelesaikannya.

Walaupun dengan terseok-seok akhirnya kami, satu per satu bisa sampai ke garis Finish dan menyelesaikannya dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Ya… saya dan teman-teman bisa mendapatkan medali Finisher, menjadi pemenang atas diri sendiri untuk bisa menyelesaikannya dengan baik, dengan perasaan yang bercampur kesal, sedih, mau nangis dan mau menyerah saja…tapi enggak rela juga gagal…. Tekad dan nekad itu beda tipis, kata salah satu teman saya.

Banyak pelajaran yang saya dapat dari race lari ini, yaitu percaya dengan kekuatan yang hanya datang dari Tuhan maka segala sesuatu yang telah ditentukan-Nya pasti bisa sempurna pada akhirnya. Tidaklah mudah tapi perlu proses belajar tanpa lelah, ketekunan dan perjuangan untuk bisa melakukannya dengan sepenuh hati serta tidak mudah menyerah.

Ada banyak hal yang sudah terjadi pada saat saya mau tetap bertahan bisa tetap berlari sampai saat ini, seperti kedua jari kaki saya memar, sakit dan akhirnya kedua kuku jempol kaki saya copot, terjatuh pada saat latihan dan kedua lutut  saya berdarah. Belum lagi ada suara miring yang sering terdengar “lari dari kenyataan ya…”. Saya tidak menyerah tetapi tetap mau berusaha karena ada sukacita di sana dan tubuh saya bisa sehat dengan impian body yang bak gitar Spanyol tentunya, hahaha.. …..

Ya, saya adalah pelari dari kenyataan yang bahagia. Setelah setiap selesai lari pagi, saya tidak lupa pada kenyataan untuk menjadi ibu atau pun istri yang harus melakukan banyak hal bagi keluarga saya tercinta, komunitas, dan lain-lainny.  Beat ItKalahkan…. Kalahkan….

Eviantine Evi Susanto, Kontributor, Ibu Rumah Tangga

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini