HIDUPKATOLIK.COM – KALAU berbicara tentang berdoa, setiap kita tentu pernah berdoa. Entahkah setiap menit, jam, hari, minggu, bulan atau tahun. Cara doanya pun beragam, ada yang spontan, ada yang menggunakan teks. Ada yang senang sendirian, ada pula yang beramai-ramai. Kemudian, tujuan doanya ada untuk ucapan syukur, ada pula untuk permohonan. Nah, soal permohonan ini, biasanya terbagi menjadi dua: meminta untuk diri sendiri atau orang lain.
Dua bulan yang lalu, seseorang mengirim pesan padaku, katanya: Jangan meminta lagi, syukuri saja semuanya. Ia bercerita itu pengalaman pribadinya. Ia sudah tidak meminta lagi sama Tuhan. Tanpa meminta pun Tuhan sudah kasi yang terbaik. Perkataannya ini membuatku merenung berhari-hari. Benar juga ya, tanpa banyak meminta, aku sudah mendapat banyak hal dalam hidupku. Ia yang menciptakanku, sangat memahami kebutuhanku.
Di lain kesempatan, aku berbicang dengan seorang teman. Katanya: Kita menjadi kita yang sekarang, entahkah sukses, selalu sehat, dapat rezeki dan lain-lain, itu pasti karena doa dari orang-orang yang kita sayang juga. Lagi-lagi aku merenung. Aku teringat ibuku berkisah, setiap malam ia selalu mendoakan kami anak-anaknya.
Akhirnya, di awal bulan Desember 2020 lalu, aku meniatkan untuk mulai mendoakan orang lain. Tiap kali orang-orang terdekatku berbagi kisah tentang harapan mereka secara pribadi atau mengenai orang-orang yang mereka sayangi, aku akan menyelipkan hal itu dalam doa-doaku. Aku pun mulai belajar peka terhadap hal-hal di sekitarku dan ikut mendoakannya. Perlahan-lahan, aku merasakan sukacita tersendiri dalam mendoakan orang lain, terlebih saat ada perubahan baik pada orang yang kudoakan. Aku jadi belajar, kenapa ada orang yang mau mendedikasikan hidupnya untuk berdoa bagi dunia, gereja dan banyak orang.
Kalau kamu, bagaimana? Apakah kamu lebih senang berdoa dan meminta untuk diri sendiri atau sebaliknya?
Angela Januarti, Kontributor, Aktivis Credit Union dan OMK Keuskupan Sanggau