Mengusir Sirik Lewat Apel

268

HIDUPKATOLIK.COM – SEBAGAI junk-food fans, sejujurnya saya kagum sekali pada temen-temen yang berhasil mendisiplinkan diri menjadi vegetarian, atau frutarian. Dari semua jenis buah, saya paling suka apel, karena rasanya yang garing dan manis. Apel sesekali menjadi pengganti makan malam saya, saat saya gak PD dengan berat badan saya hingga kembali ke ‘diet kambuhan’ yang biasanya gak bertahan lama. Atau saat tiba-tiba saya memutuskan usus saya udah kebanyakan dikotori oleh junk-food sehingga harus segera di ‘detox’.

Saya hanya paham dua jenis apel: apel manis (apel apa saja yang warnanya merah) dan apel asam (apel apa saja yang warnanya hijau). Baru-baru ini saja, saya menyadari ternyata ada begitu banyak jenis apel merah yang rasanya manis. Ada Apel Royal Gala yang bentuknya kecil, Apel Fuji Rosy yang berwarna pink tua yang berselubung warna putih halus. Ada Apel Pacific Queen dan Pacific Rose. Semuanya rata-rata berbentuk bulat, kecuali Apel Washington yang bagian bawahnya berlekuk-lekuk dan warnanya merah gelap. Apel Envy sebaliknya kulitnya berwarna merah cerah dengan guratan kuning bergaris-garis.

Menurut saya pribadi sih, Apel Envy inilah yang paling enak. Rasanya garing dan banyak airnya. Tapi sejujurnya saya agak terganggu dengan namanya ‘Envy’ alias sirik. Apa karena apel ini paling manis, sehingga bisa bikin ‘sirik’ apel-apel lainnya?

Apa yang memberi nama apel ini, dulunya fans berat film Disney klasik “Snow White”. Sehingga saat kita memakan Apel ‘Envy’ kita langsung teringat pada apel manis yang dipakai untuk menggoda Snow White agar tergiur untuk memakannya.

‘Envy’ alias sirik, sepertinya adalah jebakan sepele tapi paling berbahaya bagi orang beriman. Sirik pada teman yang wajahnya awet muda akibat Mesotherapy, Skin booster atau Laser treatment teratur di Cosmetologist.  Sirik pada temen yang Instagramnya penuh dengan foto-foto cantik, di berbagai tempat eksotis, lengkap dengan kostum yang keren-keren pula. Sirik pada temen yang businessnya sukses, sehingga gonta-ganti mobil segampang gonta-ganti status PP di WA.

‘Envy’ dalam batas yang wajar, sepertinya bagus juga untuk membakar semangat diri sendiri, untuk terus memacu prestasi, menggali potensi diri. Yang gawat, kalo ‘Envy’ itu kebablasan, sehingga menimbulkan niat untuk menjelek-jelekkan, bahkan mencelakakan orang yang ‘disirikin’ itu dalam rangka ingin mengambil alih semua miliknya. Paling tidak, itulah modus Si Ular Tua dalam Kitab Kejadian, yaitu merebut kebahagiaan Adam dan Hawa, dan berusaha supaya pasangan pertama itu, kehilangan berkat dan kesatuannya dengan Allah.

Bila ‘Envy-Iblis’ adalah selalu mau menjauhkan manusia dari Allah, di balik ‘Envy-manusia’ dalam skala yang paling sederhana sebetulnya tersimpan kerinduan. Kerinduan untuk berbahagia!

Bila memiliki wajah cantik dan body aduhai, sepertinya akan dikagumi oleh banyak orang, sehingga hati ini tersanjung bahagia. Bila memiliki uang tak terbatas, alangkah bahagianya bisa membeli apa aja dan pergi kemana saja di planet bumi ini, bahkan bisa ikut tur ke Bulan. Alangkah bahagianya menjadi orang yang sukses dan berkuasa, siapapun akan patuh dan tunduk pada perintah kita.

Bila berparas rupawan, terkenal, sukses, harta melimpah serta berkuasa adalah syarat sebuah kebahagiaan, kasihan sekali orang-orang bertampang biasa, yang hidupnya pas-pasan seperti kebanyakan dari kita-kita ini.

Bagaimana bila bahagia itu menjadi sebuah kondisi hati yang bisa dirasakan sekarang juga, saat ini juga, apapun kondisi kita. Bahagia itu sesederhana makan sebutir Apel Envy. Nikmati saja sensasi rasa yang manis dan segar itu bermain di lidah kita, meneguk air buah untuk menyegarkan dahaga kita, menghayati bahwa semua vitamin yang terkandung didalam sebutir apel itu menyehatkan tubuh kita.

Steve Jobs menamakan perusahaannya Apple Inc., karena terkesan “fun, spirited and not intimidating”. Bagaimana kalau bahagia itu kita wujudkan dengan cara “fun, spirited and not intimidating”?

Salah satunya mungkin dengan bersyukur dengan semua berkat yang sudah Tuhan berikan, selama ini…saat ini, yang sudah kita terima, tapi mungkin belum disadari sepenuhnya, karena terlalu sibuk fokus pada semua hal yang belum diterima. Bahagia akan keadaan kita apa adanya, saat ini, seperti sekarang ini, dengan kesadaran penuh, bahwa tanpa berkat Tuhan, bisa saja kita terjerumus dalam kondisi yang jauh lebih buruk daripada yang kita alami saat ini. Bahagia dalam proses mencari dan mengembangkan semua talenta yang Tuhan sudah sediakan bagi kita semua. Menjadi versi terbaik dari diri kita seperti yang Tuhan rencanakan sejak semula.

Fransisca Lenny, Kontributor, KPKS Tangerang Angk.3, Gaphic Designer, Writer

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini