PENGALAMAN IMAN PASTOR INNO NGUTRA: PAYUNGILAH SAJA YESUSKU, PASTOR!

887

HIDUPKATOLIK.COM-“KETIKA Hosti dan Anggur kuangkat dan kutahu akan terjadi perubahan menjadi Tubuh Darah-Mu, kupandang saudaraku si timpang yang ada di luar Rumah-Mu dengan mata hatiku, dan kuberbisik, Seandainya Aku memiliki kuasa seperti-Mu maka akan kuminta si lumpuh mendatangi-Mu di Altar ini dengan kakinya sendiri sama seperti Engkau menyuruh si lumpuh di Kolam Betesda pulang memikul tempat tidurnya. Tapi apa dayaku? Imanku belum sebesar biji sesawi yang bisa memindahkan gunung dan pohon.

Ketika tiba waktu komuni dan setelah melayani umat yang datang menyambut komuni di depan altar, aku berjalan menuju halaman depan kapel untuk menerimakan Komuni Kudus kepada si lumpuh yang duduk di kursi rodanya. Sejak 3 bulan terakhir saya memimpin Misa di Kapel Susteran ini, mungkin baru 3 kali si lumpuh menghadiri Misa dan selalu memilih halaman depan pintu gereja sehingga bisa melihat langsung ke altar dan mengikuti dan menjawab semua bagian umat dalam perayaan Ekaristi yang kupimpin.

Pada Minggu kemarin, Misa pun sudah berlangsung beberapa menit. Tiba-tiba dari kejauhan kulihat (karena daun pintu kapel tetap dibiarkan terbuka) si lumpuh dengan kekuatan tangannya mengayuh kursi rodanya dan berhenti di tempat biasanya persis sejajar dengan altar kapel. Jarak antar rumah si lumpuh dan kapel kira-kira 2 kilometer jauhnya, dan ia harus mengayuh kursi rodanya dengan kekuatan tangan melalui jalan aspal kasar dan tanah liat yang bisa berbecek bila musim hujan tiba seperti sekarang ini di Kota Ambon.

Kira-kira pada waktu lagu Kemuliaan, hujan rintik-rintik pun mulai turun. Dari kejauhan aku melihat si lumpuh tidak beranjak dengan kursi rodanya. Entahkah ia tetap mau tinggal di situ karena berserah diri pada Tuhan (hanya Tuhan dan si Lumpuh yang tahu) atau memang karena ia tak bisa meraih payung umat di teras Kapel karena harus menaiki satu anak tangga. Memperhatikan kesulitan atau kepasrahan si lumpuh, aku memberi isyarat kepada suster yang menempati bangku depan untuk keluar dan memberi payung kepadanya.

Aku Tidak Apa-apa

Tibalah moment yang menggetarkan jiwaku yakni saat menyambut Komuni Kudus. Karena aku sudah berniat untuk menulis tentangnya maka kuberi isyarat kepada Diakon untuk memotret ketika aku membagi komuni kepada si lumpuh seperti apa yang Anda lihat dalam foto-foto ini.

Diakon pun mengikutiku untuk mengambil gambar. Tapi karena hujan dan tidak mungkin Diakon memegang payung sambil memotret atau pun melindungi si lumpuh maka kami dua bingung untuk mendekati si lumpuh. Memperhatikan kebingungan diakon dan saya, tiba-tiba terdengarlah suara penuh keyakinan dari si lumpuh kepadaku, “Pastor, payungilah saja Yesusku. Aku tidak apa-apa. Ini hujan berkat bagiku.”

Bila saja yang kugenggam bukan sibori maka pasti akan terjatuh secara spontan. Dalam kekaguman dan keharuan, aku mempererat gengamanku pada sibori, lalu memberi isyarat kepada seorang bapa yang Anda lihat di foto memegang payung karena beliau duduk pada bangku deretan belakang, lalu datang dan memegang payung untukku sementara si lumpuh tetap melindungi dirinya dengan payung pemberian suster tadi.

Moment kedua yang mengharukan adalah ketika kotak kolekte diedarkan. Si anak pembawa kotak kolekte pun menghampiri si lumpuh. Dan dari tas kecil yang tergantung pada lehernya, ia pun mengeluarkan lembaran uang dan memasukkan ke dalam kotak derma. Aku hanya berpikir dan bertanya, mengapa ia harus berani memberi kolekte padahal hidupnya susah. Dari mana ia mendapatkan uang sehingga tiap kali menghadiri Misa Kudus, ia selalu memberi kolekte. Maka teringatlah aku akan pujian Yesus kepada si Janda Miskin di Bait Allah (Mrk. 12 : 41 – 42).

Yesus Mendatangiku

Misa pun selesai. Demi kepentingan tulisan ini maka aku menghampiri si lumpuh untuk bertanya lagi tentang beberapa hal penting yang akan melengkapi data. Dan inilah moment ketiga yang mengharukan sekaligus menggetarkan jiwaku. Kubuka pembicaraan dengan bertanya, “Mengapa bapa tidak meminta umat lain untuk memasukan bapa ke dalam Kapel demi menghindari hujan atau panas, karena selama bapa mengikuti perayaan Ekaristi dari sini. Saya memperhatikan bapa lebih suka memilih tempat yang sama ini, yakni di luar gereja. Dan ia pun menjawab; “ Pastor, Beta (saya) merasa tidak layak dengan keadaanku untuk bergabung bersama umat yang lain di dalam kapel. Beta juga tidak mau menyusahkan umat lain untuk mengangkat (memasukan kursi rodaku) ke dalam dan keluar dari kapel setelah Misa. Biarlah aku tinggal di sini, karena aku yakin bahwa Yesuslah yang akan mendatangiku setiap saat.

Aku ini tipe orang yang cepat sekali meneteskan air mata bila melihat dan mendengar hal-hal yang mengharukan seperti ini. Maka aku menahan tekanan air mata yang hendak membasahi pipiku. Teringatlah kisah si lumpuh di Kolam Betesda, yang tinggal di sana selama bertahun-tahun menunggu turunnya Malaikat mengguncangkan air kolam tersebut sehingga barangsiapa masuk pertama ke dalam air, ia akan sembuh. Sayangnya, setiap kali ia memaksa diri ke sana, orang lain sudah mendahuluinya masuk ke dalam kolam (Yoh. 5 : 1- 18). Sampai di sini, aku tidak bisa melanjutkan lagi pertanyaanku karena keharuan sudah mengguncangkan rasaku seperti guncangan air kolam Betesda. Maka aku akhiri pembicaraan dengan memesan kepadanya supaya hati-hati dalam perjalan pulang.

Kursi Roda

Para sahabat sekalian, saya tahu dan yakin bahwa banyak di antaramu adalah orang baik dan suka membantu. Namun kadang karena keraguan atau ketidaktahuan tentang mereka yang harus dibantu maka Anda tetap menyimpan uangmu. Karena itu, tulisan tentang si lumpuh ini menjadi undangan bagimu untuk bersatu denganku mengusahkan sebuah kursi roda atau kendaraan motor yang bisa dihidupkan dengan menekan tombol secara otomatis dan yang bisa memiliki atap atau rumah sehingga bisa membantu si lumpuh ini dalam melakukan aktivitasnya termasuk ke gereja setiap hari minggu.

Terus terang, saya juga terbeban dengan karya kecil seperti ini, karena bisa saja orang berpikir bahwa saya menggunakan orang nasib orang miskin demi mendapatkan uang. Namun, apa yang kucari lagi sebagai seorang Imam? Tuhan telah begitu baik bagiku selama 20 Tahun Imamatku. Aku hanya mau melakukan tindakan-tindakan kecil dengan cinta yang besar demi membantu orang-orang yang benar-benar mengalami kesusahan dan penderitaan.

Ingatlah sabda Yesus,. “…Apa pun yang kalian lakukan kepada salah satu saudara-Ku yang paling hina ini, itu kamu lakukan untuk-Ku” (Mat. 25 : 40). Yesus dalam diri si lumpuh sedang menanti uluran tangan Anda sekalian.

Bila Anda tergerak untuk membantu maka bisa menghubungi langsung Romo Inno Ngutra secara pribadi (Hp.081343131300 ).

Pastor Inno Ngutra

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini