MARIA DAN URGENSI KEPEKAAN

67

HIDUPKATOLIK.COM PEMERINTAH Provinsi DKI Jakarta memperpanjang masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga 22 Mei 2020. Gubernur Anies Baswedan dalam keterangannya kepada media mengatakan, keputusan perpanjangan ini dilakukan setelah mendengar pendapat ahli di bidang penyakit menular dan hasil pemantauan Dinas Kesehatan. Keputusan DKI ini diikuti kota-kota penyangga Ibu Kota Negara se­­perti Depok, Bekasi, Bo­gor, dan Tangerang. Pemberlakuan PSBB juga di­tempuh sejumlah kota dan daerah. Secara jernih ki­ta melihat, semua pihak ingin menghentikan pe­nyebaran virus ko­­rona ini agar tidak me­nimbulkan korban yang lebih banyak lagi, baik yang dirawat di ru­mah sakit maupun yang meninggal dunia.

Semua kebijakan politik baik yang di­ambil oleh Pemerintah Pusat maupun Pe­­­­­merintah Daerah, termasuk larangan mu­dik, tidak akan berdampak secara mak­si­mal jikalau semua lapisan masyarakat tidak menaatinya secara bersama-sa­ma atas kesadaran sendiri. Harus ada ke­sa­dar­an bahwasanya situasi yang sedang me­nimpa seluruh dunia ini merupakan tang­gung jawab kita, tanpa kecuali. Sebe­rat apapun sanksi akibat pelanggaran peraturan yang diterbitkan pemerintah tidak akan berguna jikalau kita sebagai warga masyarakat tidak ikut memikul tang­gung jawab sosial kita karena di­dorong oleh kekitaan sebagai insan ma­nusia. Manusia, kita, yang peduli ter­ha­dap sesama, yang me­miliki hak dan mar­tabat yang sama untuk mendapatkan perlindungan.

Ayolah, saatnya kita mengobarkan obor se­­mangat kebersamaan sebagai bangsa de­­­ngan nilai-nilai perekat, bergotong-ro­yong, saling menopang. Semangat yang ti­dak lain tidak bukan adalah semangat ber­­larasa terhadap sesama kita, terutama me­­reka yang kini kesulitan mendapatkan re­zeki setiap harinya. Kendati pemerintah telah mengambil langkah-langkah darurat na­mun karena birokrasi yang panjang, kita perlu bertindak di lingkungan terdekat ki­ta masing-masing. Jaring pengaman so­­sial atau bantuan tunai langsung dari pe­me­rintah belum sepenuhnya menyentuh setiap warga yang ku­rang beruntung.

Saudara-saudara ki­ta umat beragama Islam sa­at ini tengah men­­ja­lani ma­sa puasa (Ra­­ma­­­dhan). Ke­sem­pat­an ini sesung­guh­nya me­ru­­pa­kan ke­sem­pat­an emas untuk ma­kin meng­­­asah urgen­si­tas ke­­pekaan ji­wa kita ke­­pa­da yang me­merlukan ulur­an ta­­ngan. Ber­sa­ma­an de­ngan itu, umat Katolik me­masuki bu­lan Mei, bulan menghormati Bunda Ma­ria. Bunda yang juga dihormati umat Islam karena Bun­­da Maria juga disebut da­lam Al-Qur­an, pada “Surat Maryam”. Ibu Maria yang selalu peka terhadap ling­kungan se­kitarnya yang menghadapi ke­su­litan seperti dikisahkan dalam pesta per­ka­win­an di Kana. Ia tidak tinggal diam. Ia pro­aktif alias datang kepada Yesus yang be­­lum tiba waktunya saat itu.

Maka, bersama dengan saudara-sau­dari kita yang tengah berpuasa, marilah kita ber­­­gandengan tangan, ambil bagian dalam meng­­hadang laju penyebaran virus korona ini. Kepekaan akan sesama dipertajam te­rus dengan aksi-aksi nyata bak lilin-lilin ke­­cil yang menerangi kegelapan.  Kita ra­wat se­mangat kebersamaan, gotong-ro­yong yang diwariskan nenek moyang kita. Me­naati imbauan pemerintah adalah sa­lah sa­tu dari semangat gotong-royong itu. Dan, me­nolong sesama yang kesulitan da­lam ma­sa pandemi ini adalah semangat yang ki­ta timba dari Bunda Maria.

HIDUP NO.18, 03 Mei 2020

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini