MENJADI DAPUR KEMANUSIAAN SEJUTA INSAN

296
Uskup Banjarmasin, Mgr. Petrus Boddeng Timang mewakili Caritas Keuskupan Banjarmasin memberikan paket sembako kepada masyarakat. (Dok. Caritas Banjarmasin)

HIDUPKATOLIK.COM Prinsip utama kerja kemanusiaan adalah kerja sama.Caritas Indonesia (KARINA), tampil sebagai dapur kemanusiaan di masa pandemi Covid-19.

PENCEGAHAN virus korona (Co-vid-19) menjadi fokus utama peme-rintah Indonesia bersama  ratusan lembaga karitatif lainnya. Caritas Indone-sia (KARINA), sebagai lembaga kema-nusiaan Gereja Katolik yang didirikan oleh Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), dengan cepat memberi respons kesiapsiagaan dan pencegahan atas situasi ini. Respons ini dalam kerja sama dengan jaringan nasional Caritas di 37 keuskupan di Indonesia.

Sebagai lembaga animator, koordinator, dan fasilitator pelayanan kemanusiaan Gereja Katolik Indonesia, respons Caritas lebih memprioritaskan kebutuhan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkirkan, dan difabel (KLMTD). Direktur Caritas Indonesia, Pastor Fredy Rante Taruk mengatakan, “Dengan semangat belarasa yang kami usung dalam setiap pelayanan yang dilakukan, kami mengharapkan agar cinta kasih dan solidaritas saat ini juga bisa menyebar untuk dirasakan dan dilakukan di seluruh Indonesia,” ujarnya. Agar tampil sebagai gugus utama pencegahan Covid-19, Caritas bekerja sama dengan banyak lembaga termasuk Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) KWI dan Caritas-PSE di 37 keuskupan.

Dalam menjalankan tugas kemanusiaan itu, Caritas bekerja sama dengan berbagai organisasi kemasyarakatan (ormas) seperti Ikatan Sarjana Katolik Indonesia, Pemuda Katolik, dan Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI). Ada juga bantuan dari Orang Muda Katolik (OMK), serta ormas-ormas dan lembaga-lembaga lintas agama lainnya. 

Pastor Fredy Rante Taruk (kiri) mengunjungi LDD KAJ dan menemui Pastor Kristiono Puspo, SJ (kanan) selaku Direktur LDD KAJ. (Dok. Caritas Indonesia)

Jaringan Caritas

Gereja Katolik Indonesia merespons pandemi Covid-19 melalui Caritas dapat digolongkan dalam beberapa bagian besar. Barang kebutuhan hidup dasar, media advokasi dan edukasi, alat perlindungan diri diberikan kepada kelompok yang rentan, termasuk perhatian kepada tenaga medis.

Pastor Fredy menambahkan, respons ini pertama-tama mengaktivasi media center, tujuannya untuk melakukan koordinasi, komunikasi, dan mendata situasi setiap keuskupan. Selanjutnya, program bantuan dirumuskan dengan menjalin kerja-sama dengan Komisi PSE KWI, untuk memprioritaskan kelompok yang paling membutuhkan.

Hingga akhir April 2020, Caritas sudah mengirimkan dana respons ke 24 keuskupan (PSE keuskupan) dengan jumlah Rp. 2.379.120.500 dengan total anggaran respons sebesar Rp. 3.504.794.700, dan swadaya keuskupan sebesar Rp. 1.125.674.200. Dana respons ini dipergunakan untuk mengadakan bantuan kebutuhan pokok, seperti sembako, asupan gizi dan vitamin, perlengkapan pencegahan seperti sarana cuci tangan dan alat penyemprot disinfektan, juga perlengkapan kebersihan diri seperti ember dan sabun cuci tangan. Sebagian dana juga diperuntukkan untuk media promosi, edukasi, dan informasi, seperti buku panduan, buklet, dan poster.

Pastor Marianus Dewantoro Welan (Dok. Pribadi)

Hingga kini tercatat jaringan Caritas di 24 keuskupan sudah terlibat aktif dalam merespons Covid-19. Ada kerja sama dengan Lembaga Daya Dharma (LDD) Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) dengan menyumbangkan APD di RS. Elisabeth Purwokerto, Jawa Tengah, RSU St. Maria Pemalang,  dan RSU St. Rafael Cancar-Ruteng, Nusa Tenggara Timur. Caritas Keuskupan Malang membagikan peralatan kesehatan dan sembako kepada KLMTD dan rumah sakit yang membutuhkan. Caritas Keuskupan Agung Semarang (KAS) membagikan peralatan kesehatan dan sembako kepada UMKM, bantuan APD untuk Puskesmas Gondokusman dan Klinik Pratama. Sedangkan Caritas Keuskupan Purwokerto ada pembagian sembako dan ayam potong untuk 100 tukang becak.

Di wilayah Indonesia Timur, Caritas Keuskupan Maumere telah membagikan masker ke Paroki Feondari, APD ke Puskesmas Wolofeo dan Sikka. Caritas Keuskupan Weetebula membagikan paket sembako dan peralatan kesehatan ke paroki-paroki di empat kabupaten di Sumba Timur. Caritas Keuskupan Agung Kupang memberikan edukasi tentang Covid-19 kepada umat di paroki-paroki. Caritas Keuskupan Timika membagi sembako kepada KLMTD.

Direktur Caritas Keuskupan Laran-tuka, Pastor Marianus Dewantoro Welan menambahkan, pekerjaan Caritas ini tak lain adalah panggilan kemanusiaan. Lewat dukungan dari Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Caritas Keuskupan Larantuka terlibat dalam membantu mereka yang kecil dan lemah. “Kami memberikan bantuan berupa paket sembako, paket kesehatan-sanitasi, masker, pemberian nutrisi, dan multivitamin serta penyemprotan disinfektan,” jelasnya.

Di Regio MAM (Makassar, Amboina, Manado), Caritas Keuskupan Agung Makassar memberikan bantuan beras, minyak goreng, dan bahan kebutuhan pokok lainnya. Sedangkan Caritas Keuskupan Amboina terlibat dalam pembagian sembako dan kebutuhan sarana kesehatan.

Pelayanan dari Regio Sumatera, Caritas Keuskupan Padang bersama WKRI Ke-uskupan Padang memberikan sembako bagi yang membutuhkan. Caritas Keus-kupan Pangkalpinang melakukan edukasi warga di seluruh kabupaten bersama BPBD dengan memasang spanduk im-bauan Covid-19. Sedangkan di Keuskupan Agung Medan, Caritas terlibat dalam pembagian sembako dan APD.

Di Regio Kalimantan, Caritas Ke-uskupan Banjarmasin terlibat secara aktif untuk memberi bantuan paket sembako dengan memprioritaskan mereka yang paling terdampak Covid-19. Direktur Caritas Keuskupan Banjarmasin, Rudy Djong menilai, kegiatan ini mendapat respons yang besar dari masyarakat. Sebab, Caritas tidak saja mengandalkan diri sendiri, tetapi membangun jaringan lintas organisasi. Di Banjarmasin, Caritas Keuskupan Palangkaraya dan Caritas Keuskupan Ketapang melibatkan Komisi PSE, Pemuda Katolik, OMK, WKRI, para pastor paroki, termasuk organisasi lintas agama seperti Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan di Kalimantan, untuk bahu-membahu menghadapi pandemi Covid-19.

Serah terima bantuan APD dari KARINA Keuskupan Agung Semarang untuk Puskesmas Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. (Dok. Caritas KAS)
Staf dan relawan Caritas-PSE Keuskupan Agats-Asmat memberikan edukasi kepada masyarakat cara mencuci tangan dengan benar. (Dok. Caritas Agats-Asmat)
Caritas Keuskupan Larantuka melakukan penyemprotan disinfektan di fasilitas umum. (Dok. Caritas Larantuka)

Ketangguhan Spiritual

Selain bantuan-bantuan yang sudah disebutkan, secara berkala, jaringan Caritas Indonesia selalu memberi perhatian kepada masyarakat luas, dengan memberi edukasi dan promosi kesehatan secara terus menerus. Edukasi dan promosi ini dilakukan melalui siaran radio, pemasa-ngan brosur, dan poster di tempat-tempat yang strategis.

Edukasi yang paling penting juga adalah memberi pemahaman kepada masyarakat, yang masih mempunyai stigma negatif terhadap Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP).

Bahkan Caritas juga berusaha mendam-pingi tenaga medis. Caritas hadir memberi pemahaman yang lengkap agar masyarakat terbuka menerima dan membantu mereka. Petugas kesehatan adalah pribadi yang sama di mata Tuhan.

Pastor Fredy menjelaskan, dalam pertemuan di Wisma Keuskupan Agung Jakarta, Rabu, 8/4/2020, Ketua KWI, Kardinal Ignatius Suharyo menyampaikan, prinsip utama kerja kemanusiaan adalah kerja sama. Kardinal Suharyo menilai, Caritas Indonesia sudah mulai bekerja sama dengan baik, dan ditunjang dengan struktur yang jelas. “Diharapkan, ini bisa meminimalisir penyalahgunaan bantuan kemanusiaan,” ujar Kardinal Suharyo.

Uskup Agung Jakarta ini mengharap-kan, Caritas Indonesia selalu memper-hatikan, agar dengan dana yang terbatas, dapat disalurkan dengan profesional kepada mereka yang sangat membutuh-kan. Kardinal Suharyo menambahkan, profesionalitas kerja Caritas Indonesia membutuhkan “ketangguhan spiritual”.

Menanggapi amanat Kardinal Suharyo, Caritas Indonesia bercita-cita menjadi rumah kemanusiaan, gudang inspirasi kemanusiaan bagi sejuta insan. Ada harapan, setidaknya di rumah Caritas Indonesia, setiap orang berharga di mata Tuhan. Inilah wujud nyata ketangguhan spiritual yang bisa dijabarkan dalam praktik kerja kemanusiaan dari Caritas Indonesia.

Meski demikian, Kardinal Suharyo juga berharap, agar keuskupan-keuskupan tidak selamanya terpaku pada bantuan dari Caritas Indonesia. Perlu ada penggalangan dana solidaritas mandiri. Solidaritas juga harus digerakkan antarkeuskupan. Keuskupan yang mapan secara finansial, seperti keuskupan di Regio Jawa, bisa membantu keuskupan lainnya yang kurang.

Dalam melayani, Caritas Indonesia juga searah dengan imbauan pemerintah terkait status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Saat ini, Caritas Indonesia memberlakukan kebijakan work from home (WFH) bagi staf dan mengatur kelompok kecil staf untuk tetap melayani penerimaan dan pengiriman barang bantuan, khususnya APD, kepada rumah sakit dan keuskupan.

Kardinal Ignatius Suharyo (Dok. HIDUP)
Rudy Djong (Dok. Pribadi)

Memang disadari, menghadapi pandemi ini banyak kesulitan mendapatkan APD. Mengatasi situasi ini, Caritas Indonesia dan PT. Imeco Inter Sarana bekerja sama untuk mendatangkan barang bantuan dari China. Sekitar 100.000 masker yang didatangkan sudah tiba di Indonesia, 20/4/2020. Kemudian menyusul APD berupa baju hamzat, sarung tangan, kacamata goggle, dan AP Boots.

Dalam semangat persaudaraan, Caritas Indonesia juga menerima bantuan sekitar 90.000 masker non medis dari Caritas Hong Kong. Bantuan ini dikirim secara cuma-cuma sebagai bentuk belarasa dan solidaritas antaranggota Caritas terdampak di Regio Asia.

Yusti H. Wuarmanuk

HIDUP NO.19, 10 Mei 2020

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini