Kakak Paus Emeritus Benediktus XVI Tutup Usia

642
Paus Emeritus Benediktus XVI mengunjungi adiknya, Monsignor Georg Ratzinger saat dirawat di rumah sakit di Roma pada tahun 2005| Dok. Vatican News

HIDUPKATOLIK.COMMonsignor Georg Ratzinger, saudara laki-laki tertua Paus Benediktus XVI tutup usia pada usia 96 tahun. Direktur paduan suara anak laki-laki Jerman terkenal ini menghabiskan sisa hidupnya di Keuskupan Regensburg di Bavaria, Jerman. Sebelum kematiannya, lebih dari seminggu yang lalu, sang adik, Paus Emeritus Benediktus XVI menemaninya yang sedang sakit. Kunjungan itu dilakukan selama empat hari.

Paus Emeritus Benediktus XVI bersama adiknya, Monsignor Georg Ratzinger | Dok. Vatican News

Ditahbiskan pada hari yang sama dengan saudaranya, Monsignor Ratzinger terbukti menjadi musisi yang berbakat dan terus mengawasi rekaman berbagai mahakarya dan tur konser di seluruh dunia dari Regensburger Domspatzen. Paduan suara termasyur yang sejarahnya dapat dilacak kembali sejak abad ke-10.

Sepanjang hidupnya ia sangat dekat dengan saudaranya. Ia bahkan sempat menyatakan kekecewaannya ketika sang adik, Kardinal Joseph Ratzinger terpilih menjadi Paus sebab tidak akan ada lagi waktu untuk menghabiskan banyak waktu bersama. Paus Emeritus pun sempat meminta tempat tinggalnya di Istana Apostolik dimodifikasi untuk saudaranya yang sering bepergian dari Kota Bavaria, Regensburg ke Roma. Adiknya terpilih sebagai Paus pada tahun 2005, kemudian mengundurkan diri di tahun 2013 dan digantikan oleh Paus Fransiskus hingga saat ini.

Kedua kakak beradik ini dikenal berasal dari keluarga Katolik yang taat. Ayahnya, Josef Ratzinger adalah seorang perwira polisi. Ibunya bernama Maria Ratzinger. Mereka berdua adalah keponakan dari politisi Jerman, Georg Ratzinger, pembaru sosial yang merupakan anggota Parlemen Federal Bavaria.

Dilahirkan pada 15 Januari 1924 di kota Altoetting, Bavaria, Monsignor Georg Ratzinger menunjukkan bakat awal bermusik. Ia memainkan organ gereja sejak usia 11 tahun. Keluarga itu akhirnya menetap di luar Traunstein di dekatnya pada tahun 1937, di mana ia dan saudaranya bergabung dalam seminari. Selama Perang Dunia II, Monsignor Georg Ratzinger mengatakan kepada The Associated Press dalam sebuah wawancara bahwa ia ingat pernah berkerumun sambil membungkuk dibalik tirai dengan adik laki-lakinya beserta sang ayah untuk mendengarkan siaran radio Sekutu, karena ayahnya ingin mereka mengetahui kebenaran tentang rezim Nazi.

Melansir dari www.cruxnow.com, Meskipun keluarga Ratzinger anti-Nazi, Monsignor Georg Ratzinger didaftarkan ke Hitler Youth pada tahun 1941. Dalam bukunya, “Salt of the Earth”, Paus Emeritus Benediktus XVI ikut berkomentar dengan kondisi pada waktu itu di mana ia sendiri didaftarkan pada usia 14 tahun. Rincian resmi Hitler mengenai Hitler Youth itu tidak ada lagi karena semua arsip organisasi untuk wilayah tersebut dibakar sebelum kedatangan Amerika Serikat (AS) pada akhir perang.

Kemudian di tahun 1942, Monsignor Georg Ratzinger pernah direkrut menjadi angkatan kerja federal, dan di saat yang sama masuk angkatan bersenjata Jerman sebagai operator radio di unit sinyal. Setelah bertugas di Prancis, Belanda dan Cekoslowakia, ia dikirim pada 1944 ke Italia di mana ia terluka dalam pertempuran. Ia pernah ditangkap oleh pasukan AS dan menghabiskan sisa perang sebagai tawanan perang, kembali ke Traunstein pada Juli 1945- di mana keluarga tidak mengetahui apakah ia hidup atau mati. Paus Emeritus Benediktus XVI mengingat hal tersebut dan menuliskan dalam memoarnya “Milestone”. Ia menulis, “kekhawatiran menyelimuti rumah kami. Tiba-tiba, pada hari yang panas di bulan Juli, langkah-langkahnya terdengar dan dia yang sudah lama kami nantikan, berdiri lagi di tengah-tengah kami, kulitnya jadi kecokelatan akibat matahari Italia. Kemudian dia duduk di depan piano, bersyukur sambil melepas lega, lalu melantunkan “Holy God We Praise Thy Name” ‘Kami Memuji-Mu Allah Yang Mahakudus’.”

Usai perang, keduanya memasuki seminari Keuskupan Agung Munich dan Freising untuk belajar menjadi imam. Mereka ditahbiskan bersama pada tanggal 29 Juni 1951, di Katedral Freising pada Pesta Santo Petrus dan Paulus. Setelah melayani sebagai imam di wilayah tersebut, Pastor Georg Ratzinger diangkat sebagai direktur musik Katedral St. Peters di Regensburg pada tahun 1964, kemudian menjadi konduktor dari paduan suara katedral terkenal, Regensburger Domspatzen.

Sebagai kepala paduan suara yang terkenal di dunia, yang namanya berarti “Burung Gereja” ini, Pastor Ratzinger membantu membangun reputasinya di seluruh dunia. Ia menjalankan tur yang mencakup perjalanan ke Vatikan, Amerika Serikat, Kanada, Polandia dan Jepang serta mempersiapkan pertunjukan untuk Ratu Elizabeth II dan Paus Yohanes Paulus II.

Mengenang hubungan dengan saudaranya selalu memainkan peran khusus dalam hidupnya. Ia selalu ingin dekat dengan saudara laki-lakinya itu. Ketika sang adik menjadi Paus ia berharap Paus Benediktus XVI dapat melewati cawan itu dengan hati tegar. Saat mengunjungi Paus pada Agustus 2005, Monsignor Georg Ratzinger dilarikan ke rumah sakit di Roma karena detak jantungnya tidak teratur. Akibatnya, alat pacu jantung ditanamkan ditubuhnya. Sang adik pun langsung mengunjunginya di rumah sakit.

Pada bulan Oktober tahun itu, kedua saudara itu berkumpul kembali. “Sanctus,” karya yang ditulis Monsignor Georg Ratzinger dimainkan di konser Vatikan untuk Paus dan dinyanyikan oleh Domspatzen, sementara kedua bersaudara itu menonton bersama.

Paus Emeritus Benediktus XVI mengunjungi sauadaranya selama emoat hari di Jerman. Ini menjadi kunjungan terakhir sang adik semasa hidup| Dok. Vatican News

Ketika kesehatan Monsignor Georg Ratzinger semakin memburuk, saudaranya datang ke Regensburg pada pertengahan Juni tahun ini untuk mengunjunginya. Perjalanan Paus Emeritus Benediktus XVI ke Jerman adalah perjalanan pertamanya ke luar Italia setelah lebih dari tujuh tahun. Di sana Bapa Suci juga menyapa tetangga lama dan berdoa di makam orang tuanya. Ia tinggal di seminari selama perjalanannya untuk mengunjungi saudaranya dua kali sehari. Diketahui kerabat dekat Monsignor Georg Ratzinger hanya tinggal Paus Emeritus Benediktus XVI. Kakaknya Maria, telah meninggal pada tahun 1991.

Felicia Permata Hanggu

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini