BAPAK SIBUK BISNIS, IBU SIBUK DI GEREJA

192

HIDUPKATOLIK.COM PENGASUH yang baik, ibu saya aktif di gereja, sedangkan bapak amat sibuk mengurus bisnisnya. Bapak sering menegur ibu karena banyak menghabiskan waktu untuk urusan gereja. Sebaliknya, ibu juga kerap marah kepada bapak karena jarang ke gereja. Situasi ini membuat saya tak betah di rumah, karena sering mendengar bapak dan ibu ribut. Apa yang harus saya lakukan agar orangtua saya saling mendukung setiap aktivitas mereka? Terima kasih.    

Dessy, Surabaya

Hai Dessy, saya ingin memberi gambaran tentang beberapa “tugas” kita sebagai anggota suatu ko-munitas atau masyarakat. Ada be–berapa tugas yang perlu kita ke-tahui dan penuhi, agar kita bisa men-jadi anggota dan diterima oleh jaringan masyarakat. Bila kita men-jalankan tugas dan peran dalam keluarga dan masyarakat secara seimbang, semuanya akan selaras dan membawa kebahagiaan dalam hidup.

Secara tak langsung, peran kita dalam keluarga juga memberi tugas dalam kehidupan. Peran sebagai “ba-pak” yang biasa dianggap sebagai “ke-pala keluarga”, mempunyai konsekuensi tugas sebagai pencari nafkah yang utama. Karena itu, bapak harus bekerja mencari nafkah bagi keluarganya. Jadi, seorang bapak akan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk fokus bekerja. Selain itu, tugas penting lain sebagai kepala keluarga adalah memimpin keluarga. Ia yang menentukan, akan “dibawa ke mana” atau “menjadi seperti apa” keluarganya. Akibatnya, prioritas utamanya adalah bekerja dan memimpin keluarga.   

Peran ibu tentu mempunyai konsekuensi tugas yang ber-beda dengan bapak. Tugas utama ibu adalah mendampingi dan membantu bapak, mengelola keluarga. Ia yang mengatur segala urusan dalam menjalankan rumah tangga. Ibu yang mengatur keuangan, menu makan sehari-hari, bahkan kadang juga menentukan dress code (tata busana) yang dikenakan anggota keluarganya.

Sedangkan tugas utama anak-anak adalah mempersiapkan diri menjadi penerus keluarga dengan membentuk keluarga baru nantinya. Maka, seorang anak harus banyak belajar, mempersiapkan diri untuk menjadi ayah atau ibu.

Selain tugas-tugas domestik itu, para anggota keluarga juga mempunyai tugas publik, yaitu terlibat dalam kegiatan komunitas di sekitar. Sebagai warga negara Republik Indonesia yang ber-Pancasila, kita tentu harus hidup berlandaskan pada sila-silanya. Salah satu sila yang utama adalah Ketuhanan yang Maha Esa. Konsekuensinya, kita juga harus memelihara hidup berketuhanan dengan tidak hanya beribadat, tapi juga mengikuti kegiatan keagamaan lain, seperti pendalaman Ki-tab Suci, doa lingkungan, dan lain-lain. Tugas publik lain adalah ter-li-bat di lingkungan tempat tinggal se-perti RT atau RW, misal mengikuti kerja bakti,  pertemuan warga, dan sebagainya.

Agar bisa hidup secara harmonis, tugas domestik dan publik harus di-laksanakan seimbang. Idealnya se–mua anggota keluarga bisa me-me-nuhi semua tugas itu, tapi tak semua ke-luarga bisa memenuhi yang ideal tersebut. Bila waktu bapak se-ba–gian besar habis menjalankan tu-gas domestik, sementara ibu atau anak-anak mempunyai lebih banyak waktu luang, maka ibu atau anak-anak bisa menjadi “duta” bagi keluarga tersebut dalam kegiatan publik di gereja atau di lingkungan, untuk menggantikan tugas bapak. Bila ibu sedang disibukkan oleh tugas publiknya, maka anak bisa menjalankan tugas domestik ibu, supaya “urusan dalam negeri” tidak terbengkalai.

Ini penting, pembagian tugas domestik dan publik itu harus sepengetahuan dan kesepakatan seluruh anggota keluarga. Hal ini juga untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga itu sendiri, maupun keluarga sebagai bagian dari masyarakat. Jangan sampai, semua anggota keluarga terfokus pada tugas domestik, sampai tugas publik terabaikan, pun sebaliknya. Karena itu, komunikasi dalam keluarga menjadi kunci penting dalam pembagian dan pelaksanaan tugas-tugas tersebut.

George Hardjanta Dosen Psikologi Unika Soegijapranata, Semarang

HIDUP NO.22, 31 Mei 2020

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini