HIDUPKATOLIK.com – Kota Geel, Belgia memelopori perawatan kesehatan mental dan semuanya dimulai dengan seorang santa remaja.
Di Kota Geel, Belgia yang menawan, yang berjarak kurang dari satu jam berkendara dari Antwerp, ada
sebuah gereja yang didedikasikan untuk St. Dymphna, seorang kudus yang dipercaya memiliki kekuatan untuk menyembuhkan gangguan mental. Gereja peninggalan arsitektur abad pertengahan ini telah menjadi sakai betapa selama lebih dari 700
tahun, penduduk Geel telah menerima orang-orang dengan gangguan mental.
Di Geel, orang dengan gangguan mental tidak dimaksudkan untuk menjalani perawatan atau terapi. Mereka pun tidak disebut sebagi pasien, tetapi tamu. Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) ini akan tinggal dalam sebuah keluarga, untuk
berbagi kehidupan dengan penduduk setempat, yang dapat mengawasi mereka.
Penerimaan terhadap perbedaan mental telah menjadi semacam tradisi di Geel. Di seluruh dunia, berbagai percobaan telah dilakukan selama berabad-abad untuk memberikan perawatan manusiawi bagi orang dengan penyakit mental. Geel adalah salah satu yang telah bertahan.
Penduduk Geel tidak hanya menerima perilaku eksentrik atau mengganggu dari para “tamunya”, tetapi juga menemukan cara-cara kreatif, untuk membantu mereka mengelolanya.
Integrasi orang dengan gangguan mental ke dalam masyarakat Geel juga telah memesona para akademisi selama berabad- abad. Pada tahun 1862, dr. Louiseau, seorang dokter Prancis, datang ke Geel dan melihat kota ini sebagai fenomena
luar biasa. Ia melihat sekitar 400-an ODGJ hidup bebas di tengah-tengah masyarakat yang memberi toleransi tanpa rasa takut dan emosi.
Begitu pula, psikiater awal yang mengamati Geel memperhatikan, bahwa perawatan yang diresepkan untuk pasien gangguan jiwa, pada kenyataannya, tidak ada perawatan sama sekali. Bagi mereka, memperlakukan ODGJ, berarti hanya
tinggal bersama mereka, berbagi pekerjaan, dan menjadi pengalih perhatian. Cara seperti ini pun dianjurkan. Di sebuah komunitas, seperti di Geel, orang-orang dengan gangguan mental belum sepenuhnya kehilangan martabat mereka sebagai
manusia. Apa yang dilakukan di Geel seiring waktu dianggap sebagai standar praktik terbaik untuk gangguan mental. Stigma takut dengan ODGJ perlahan dihapus di Geel yang bermula dari St. Dymphna.
Memasuki abad ke-20, Kongres Psikiater
Internasional telah menetapkan Geel sebagai contoh terbaik bagaimana merawat ODGJ. Metode ini dapat dijalankan di mana saja. Program ini pun menjadi sumber kebanggaan warga lokal. Program
ini mencapai puncaknya pada tahun 1930 di mana sekitar 4.000 “tamu” bermukim di Geel. Jumlah ini adalah setengah dari jumlah populasi penduduk di sana.
Ada beberapa kriteria penting untuk diterima dalam program Geel. Pasien biasanya dipilih dengan karakteristik penyakit mental parah atau disabilitas kognitif yang menyebabkan seseorang
mengalami kesulitan hidup mandiri. Pada tahun 2003, hampir setengah dari 516 “tamu” di kota itu memiliki disabilitas kognitif, dan lebih dari 20 persen terdiagnosa skizofrenia atau gangguan psikotik lainnya. Data ini diperoleh sebagai hasil dari penelitian yang dilakukan Jackie Goldstein, Universitas Samford. Beberapa rumah secara tradisional menerima kondisi lain seperti ketidakmampuan belajar atau autisme.
Felicia Permata Hanggu
HIDUP NO.05 2020, 2 Februari 2020